Bedah Kajian Geografi Lembaga Geografi (2): Sistem Informasi Geografis & Vaksin

Aji Putra Perdana
Seorang Geograf(er) yang mengamati lingkungan sekitar dari sudut pandang geografi. Pemerhati Peta dan Toponim. Saat ini bekerja di Badan Informasi Geospasial.
Konten dari Pengguna
23 Juli 2021 9:18 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aji Putra Perdana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jika sebelumnya kita telah bedah pengantar penggunaan peta untuk penanganan pandemi COVID-19 dan juga peran geografer dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) terkait dukungannya untuk kebijakan program vaksinasi. Kemudian, sejumlah berita beberapa waktu belakangan ini memuat kondisi vaksinasi yang kekurangan stok di sejumlah daerah.
ADVERTISEMENT
Izinkan saya meneruskan tulisan sebelumnya. Sebuah tulisan berisi ringkasan dan ulasan dari bedah buku elektronik kajian geografi bertema Distribusi Vaksin karya Lembaga Geografi yang terbit di awal Maret 2021, serial kajian dari The Sukendra Martha Institute for Geography.
ilustrasi vaksin COVID-19. Photo by Mohammad Shahhosseini on Unsplash
Gambaran Pemanfaatan SIG untuk Distribusi Vaksin COVID-19
Lalu, apa sajakah potensi pemanfaatan SIG untuk distribusi vaksin COVID-19? Serial Kajian tersebut memuat 5 gambaran pemanfaatan SIG sebagai berikut:
a. SIG dapat membantu negara-negara dalam pendistribusian vaksin sesuai kondisi geografinya
Di Amerika Serikat, model distribusi vaksin Covid-19 dikembangkan oleh ESRI (perusahaan internasional yang bergerak di bidang SIG -- perangkat lunaknya juga banyak digunakan di Indonesia, termasuk untuk dashboard visualisasi COVID-19 di sejumlah lembaga pemerintahan).
ADVERTISEMENT
Pemodelan spasial untuk analisis distribusi vaksin Covid-19 yang dilakukan dan dikembangkan oleh ESRI (2020) dalam kajian tersebut dituliskan menggunakan 3 pertimbangan berikut:
b. SIG membantu sebaran kondisi suhu penyimpanan vaksin (cold chain) di setiap lokasi
Tiap vaksin memiliki persyaratan suhu yang diperlukan untuk penyimpanan, misalnya vaksin Sinovac buatan China kondisi suhu penyimpanan adalah 2-8 derajat celsius, sedangkan Moderna dan Pfizer buatan Amerika suhu penyimpanan sekitar minus 70 derajat celsius.
Oleh karena itu, bagi negara yang sedang berkembang untuk menjaga suhu penyimpanan atau rantai dingin tersebut dapat memanfaatkan analisis SIG. Pemanfaatan SIG dalam penentuan keberadaan cold chain agar dibangun sesuai dengan persyaratannya.
ADVERTISEMENT
c. SIG memberikan informasi kondisi sebaran infrastruktur penyelenggaraan vaksinasi
Penyelenggaraan vaksinasi memerlukan kejelasan sebaran sarana dan prasarana pendukung vaksinasi, diantaranya seperti ketersediaan vaksinator, jenis dan jumlah vaksin yang dibutuhkan, lokasi vaksinasi, peralatan untuk vaksinasi, cold chain, pencatatan yang telah divaksin, dan lainnya dapat divisualkan dan dianalisis dengan teknologi SIG.
d. SIG menjadi bagian penting dari pendataan program vaksinasi nasional menuju "satu data" yang terpercaya
Satu Data adalah kunci utama terkait kerapian pendataan dan kemudahan penelusuran informasi program vaksinasi untuk memantau keselarasan antara rencana dan realisasi.
SIG dapat menampilkan dan melakukan analisis dengan baik apabila tersedia Satu Data yang handal dan dapat dipertanggungjawabkan.
e. SIG membantu pemantauan komunikasi publik terkait program vaksin
ADVERTISEMENT
Kesuksesan program vaksinasi di suatu negara tentunya bergantung pada keberhasilan pemerintah mengkomunikasikan dan meyakinkan masyarakat betapa pentingnya program vaksinasi sebagai salah satu upaya strategis dalam menghentikan pandemi COVID-19.
Informasi geospasial yang tersaji dan dianalisis dengan menggunakan SIG dapat bermanfaat untuk menentukan kelompok masyarakat yang menjadi target komunikasi dan sosialisasi vaksin COVID-19 agar tepat sasaran.
ilsutrasi urgensi perencanaan distribusi vaksin COVID-19. Photo by Markus Winkler on Unsplash
Usulan Kebijakan Distribusi Vaksin COVID-19 Mengoptimalkan Kemampuan SIG
Belajar dari kebermanfaatan SIG di atas dan implementasinya oleh berbagai negara. Sebagai penutup, berikut saya sarikan ringkasan dari 4 (empat) usulan kebijakan untuk distribusi vaksin COVID-19 di Indonesia para geografer dalam serial kajian tersebut:
a. SIG untuk mendukung Sistem Satu Data Vaksin COVID-19
Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) dapat menugaskan, misalnya PT. Biofarma dan PT. Telkom. Keduanya dapat berkolaborasi untuk merancang Sistem Informasi Satu Data Vaksin COVID-19.
ADVERTISEMENT
Informasi dalam sistem tersebut mencakup informasi penerima vaksin, pasokan dan distribusi vaksin, lokasi vaksinasi, pemantauan keamanan vaksin.
b. SIG membantu menganalisis pengelompokkan kemampuan Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan vaksinasi COVID-19
Kemampuan Kabupaten/Kota berbeda-beda dalam menjalankan program vaksinasi, terutama terkait penyediaan sarana dan prasarannya. Oleh karena itu, SIG dapat membantu dalam visualisasi sebaran geografis tingkat kemampuan masing-masing daerah.
c. Memanfaatkan seluruh kapasitas nasional untuk keberhasilan distribusi vaksin Covid-19
Kemampuan pendistribusian vaksin COVID-19 ke seluruh pelosok wilayah Indonesia merupakan tantangan tersendiri. Pemerintah pusat mesti mensinergikan berbagai kapasitas nasional yang ada, terkait kapasitas transportasi dan sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki Polri, TNI, Pelni, dan sebagainya.
Hal ini perlu dilakukan untuk menjangkau daerah terpencil, terluar, terdepan. Aspek perencanaan dan penyediaan sarana dan prasarana dengan berbasis analisis geografi sangatlah diperlukan.
ADVERTISEMENT
d. Meningkatkan efektifitas koordinasi antar institusi
Pelaksanaan distribusi vaksin COVID-19 sampai ke tingkat perorangan memerlukan koordinasi yang kuat dan ditunjang kepemimpinan yang handal.
Koordinasi dalam penanganan COVID-19 yang saat ini beum optimal, harus diperbaiki dalam pelaksanaan distribusi vaksin. Salah satunya, mengoptimalkan SIG dalam memantau efektifitas koordinasi antar lembaga.
Kesimpulan dan Ucapan Terima Kasih
Berdasarkan ulasan Serial Kajian tersebut bahwa kesadaran geografi dan pemanfaatan analisis geografi itu perlu dalam menjaga distribusi vaksin COVID-19 sampai kepada unit wilayah terkecil atau kelompok orang yang akan divaksinasi.
"No one is safe until everyone is safe", kutipan dari Direktur Jenderal WHO inilah yang jadi catatan kita bersama mengingat bahwa pandemi COVID-19 merupakan bencana nonalam yang perlu menjadi perhatian dan kepedulian kita bersama.
ADVERTISEMENT
Terima kasih Pak Sukendra Martha dan tim senior geografer dalam Lembaga Geografi yang aktif menuliskan kajiannya, terutama mengkritisi dan melihat situasi Indonesia dari sudut pandang seorang geografer, serta membagikannya dalam tulisan.
***
Referensi Utama:
Lembaga Geografi (Ga-Geo). Distribusi Vaksin. SMI Policy Paper 23, Vol. III, No. 1, Maret 2021. ISSN 2655-8696. The Sukendra Martha Institute for Geography.