Belajarlah Menawan dari Arteria Dahlan

Ajo Darisman
~Sebab life sesungguhnya laif.
Konten dari Pengguna
13 Oktober 2019 18:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ajo Darisman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Politikus PDIP, Arteria Dahlan. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Politikus PDIP, Arteria Dahlan. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Dear Mbak Nana, melalui tulisan ini kusampaikan sebuah pengakuan dosa. Tidak seperti biasa, dalam episode Mata Najwa 'Ragu-ragu Perpu', diriku tak lagi fokus kepadamu. Adalah Uda Arteria Dahlan yang membuatku berpaling darimu.
ADVERTISEMENT
Sosok anggota DPR fraksi PDIP itu tampil begitu menawan di atas panggung Mbak Nana Rabu malam (9/10) itu. Dirinya seorang diri saja sebenarnya sudah cukup untuk menghadapi Guru Besar Hukum UI, Profesor Emil Salim; Dosen Hukum Universitas Andalas, Feri Amsari, dan Direktur LSI, Djayadi Hanan. Tidak perlu sampai ditemani politikus lain, Supratman Andi Agtas dan Johnny G. plate.
Pesona Uda Arteria mulai terpancar saat Uda Feri Amsari berpendapat soal DPR dan Presiden yang khilaf mengesahkan RUU KPK. Dalam sesi ini tampak gestur tubuhnya sudah mulai tidak tahan untuk segera meluruskan kesalahan Uda Feri. Tetapi dengan segala kerendahan hatinya sebagai orang Minang, Uda Arteria masih bersabar.
Tak ada gading yang tak retak, kesabaran Uda Arteria pun goyah saat Uda Feri menjelaskan hal ihwal kegentingan memaksa hingga presiden mesti menerbitkan Perpu. Uda Arteria terpaksa juga mesti menyela dengan frasa 'haa apa itu'.
ADVERTISEMENT
Selaan demi selaan 'haa, yang mana itu', bergulir dari mulut Uda Arteria di tiap poin yang dijelaskan Uda Feri. Puncaknya, Uda Arteria terpaksa mesti jujur kalau rekan sekampung halamannya itu tidak pintar.
"Anda ngomong seolah-olah anda pintar, salah terus ini, gayanya kayak orang pintar," ujarnya sembari berpangku tangan tanda masih berupaya menahan diri.
Agaknya, Mbak Nana kewalahan mengatur agar pembicara malam itu tak rebutan bicara.
"Fungsinya (baca: Arteria) memang mengacaukan suasana saja," ujar Uda Feri memberi perlawanan. Tentu saja Uda Arteria tak dapat menahan diri lagi karenanya.
"Woi belajar dulu kamu ya, jangan berlagak pintar," tegas Uda Arteria. Uda Feri patut merenung akan hal itu, sehingga hanya jawaban dirinya selalu belajar yang bisa ia ucapkan.
ADVERTISEMENT
"Haa apa faktanya, olalalah. Digiring opini, ahli atau apa sih ini," bantahnya kali lain, saat Uda Feri mengatakan jatuhnya korban jiwa sebagai hal ihwal keadaan memaksa.
Adegan itu berlangsung nyaris lima menit, tetapi kalau boleh menilai, acara malam itu sepenuhnya milik Uda Arteria. Lalu giliran Profesor Emil Salim yang mesti 'diluruskan' oleh Uda Arteria.
"Beliau (Jokowi) berdiri sendiri, partai pendukung beliau omong kosong, tidak ada yang mendukung," ucap Prof Emil yang kemudian membuat Uda Arteria mesti menjelaskan panjang lebar.
"Berhasil tidak berhasilnya KPK yang tahu kami. Dia buat grand design buat roadmap, isinya janji janji apa yang dia kerjakan. Publik ini enggak tahu, publik ini terhipnotis dengan OTT OTT, seolah olah itu hebat. Padahal janji-janjinya KPK itu banyak sekali di depan DPR yang bisa saya katakan 10 persen pun belum tercapai hingga saat ini," Uda Arteria mesti menjelaskan kepada Prof Emil yang mungkin tidak tahu.
ADVERTISEMENT
"Apa semua ketua partai yang masuk penjara itu tidak bukti keberhasilan KPK," jawab Prof Emil yang agaknya membuat Uda Arteria nyaris hilang sabar.
"Dengan segala hormat saya kepada Prof, Profesor bacalah tugas fungsi kewenangan KPK, tidak hanya penindakan tapi bagaimana pencegahannya, bagaimana penindakan dan supervisi itu yang tidak dikerjakan. tolong jangan dibantah dulu," pinta Uda Arteria.
Kenapa kami buat dewan pengawas saya ingin sampaikan nih, Prof biar Prof juga jelas. Kita bicara hukum sama ahli hukum, bicara pidana korupsi sama ahli pidana korupsi, bukan saya mendiskreditkan prof," ujarnya yang masih sabar.
Saat Prof Emil bicara bahwa KPK selalu menyampaikan laporan tiap tahun pada DPR, akhirnya dengan terpaksa uda arteri harus mengatakan juga itu salah.
ADVERTISEMENT
"Enggak pernah dikerjakan Prof, mana Prof saya di DPR Prof. Enggak boleh begitu Prof. Saya di DPR saya yang lebih tahu Prof Mana, Prof sesat. Ini namanya sesat," Uda Arteria sudah tak kuasa untuk tidak berang.
Setelahnya, perdebatan demi perdebatan dikuasai sepenuhnya oleh Uda Arteri. Dia berhasil menawan lawan debat malam itu.
"Kamu siapa, betapa terhormatnya kamu. Jangan bicara rakyat, kamu ikut pemilu dulu, ubah kalimatmu sopan sedikit," sembari menunjuk, Uda Arteria mengingatkan Uda Feri.
Uda Feri melawan dengan mengatakan kinerja DPR yang sama sekali tidak dapat dikatakan bagus. Ia menyinggung tak terpenuhinya prolegnas, sehingga menimbang bahwa lembaga legislatif itu mesti ada dewan pengawas juga.
"Aduh ini ahli tata negara enggak belajar, ahli tata negara apa kamu," selanya.
ADVERTISEMENT
Djayadi tak luput dari tawanan Uda Arteri. Direktur LSI itu terlihat tak intelek di mata Uda Arteri. Ia meragukan metodologi LSI dalam melakukan survei terkait pelemahan KPK dan desakan menerbitkan Perpu.
"O iya kita tahu DPR paham segala hal," ujar Mbak Nana yang juga tak mampu menghapus pesona Uda Arteri. Kalau Pak Prabowo berkata dia lebih TNI dari TNI, bagiku Uda Arteria lebih ahli dari ahli.
"Anggota DPR juga memberi contoh kepada rakyat agar mendengarkan, ujar Mbak Nana disambut sorak-sorai penonton. Alhasil, Malam itu, Uda Arteria tidak hanya menghadapi pembicara lain, tapi bahkan juga penonton Mata Najwa "Suporternya suporter apa ini," ujarnya kesal.
Acara malam itu berhasil membuat Uda Arteria berkilau dan jadi sorotan netizen seantero dunia media sosial. Banyak netizen kesal dan mengkritiknya habis-habisan.
ADVERTISEMENT
Namun dalam wawancara khusus dengan kumparan, ia mengatakan apa yang ia lakukan sama sekali tak bermaksud untuk lancang.
Sebagai orang Minang, ia paham betul bagaimana adab berbicara dengan yang lebih tua. Apalagi Prof Emil dan Uda Feri juga orang rekan sedaerahnya. Aku yakin Uda Arteria tak bergurau dengan keyakinannya itu.
Menurutnya, apa yang ia perjuangkan malam itu semata untuk meluruskan apa yang kadung salah berkembang di mata publik. Lagipula sesi acara malam itu juga tendensius sejak dalam pikirannya.
Mbak Nana sengaja menghadirkan pembicara agar ia tertawan. Namun baginya, ialah yang justru berhasil menawan. Upaya untuk menista DPR adalah suatu kesia-siaan dalam perjuangan Uda Arteria. Bagi yang penasaran, berikut wawancara khusus kumparan.
ADVERTISEMENT
Agaknya tepat sekali memang Uda Arteria begitu menawan malam itu. Patut untuk dijadikan acuan serta tips menghadapi situasi yang berbahaya.
Andai saja sutradara 'Hollywood' Livi Zheng menonton penampilan Uda Arteria sebelum berdebat dengan Joko Anwar cs. Pasti Mbak Livi enggak perlu susah-susah lagi menjelaskan ia lulusan mana, atau membeberkan segudang prestasi.
"Ahli apa kamu, saya lebih tahu karena saya yang bikin filmnya. Sesat kamu," Mbak Livi pasti akan lebih menawan bila berkata demikian kala itu.
Tetap semangat Uda Arteria, lanjutkan perjuanganmu. Yang fana Perpu, perjuangan Uda abadi!