AKSARA: 3 User Story Terbaik Pekan Ini

Aksara kumparan
Kami menyeleksi user story terbaik setiap hari. Ayo buat story terbaikmu di kumparan!
Konten dari Pengguna
19 Agustus 2017 17:43 WIB
comment
16
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aksara kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
3 user story pilihan pekan ini! (Foto: Bagus Permadi)
zoom-in-whitePerbesar
3 user story pilihan pekan ini! (Foto: Bagus Permadi)
ADVERTISEMENT
Tiap akhir pekan mulai hari ini, kumparan akan menyematkan apresiasi kepada para user yang telah berpartisipasi menghasilkan konten terbaik setiap harinya. Kami akan menyeleksi dengan seksama setiap story yang masuk dari para user, dan menobatkan 3 (tiga) tulisan terbaik dalam kurun waktu sepekan.
ADVERTISEMENT
Sebagai media yang menjunjung tinggi asas kolaborasi, pembaca (dalam hal ini kami sebut user) merupakan kolaborator yang terhormat. kumparan sadar bahwa para user sejatinya adalah kolaborator yang menunjang produksi story dari redaksi; menyingkap isu yang tak sempat digarap langsung oleh kumparan sendiri, serta tak pelak memberi warna dan rupa baru yang lebih beragam bagi konten kumparan. aksara hadir sebagai bentuk penghargaan sederhana --namun bermakna-- bagi para user sebagai kolaborator.
Berikut 3 user story terbaik dalam sepekan, priode 12 Agustus - 18 Agustus 2017:
1. Mari Selamatkan Leuseur! (oleh Manik Sukoco)
Kolumnis serbabisa ini kini bicara tentang pelestarian alam yang tak bisa lepas dari eksistensi luhur peradaban makhluk hidup di Indonesia. Leuser sebagai kawasan hutan lindung dan rawa gambut yang membentang dari Aceh hingga Sumatera Utara, layak dinobatkan sebagai "gerbang waktu" dalam sejarah peradaban alam di Indonesia. Ia merupakan lanskap yang telah hadir sebelum kita lahir, dan telah mengalami ribuan tahun evolusi tanpa putus.
ADVERTISEMENT
Namun, ekosistem "surga hijau" nan kaya ini pun kian terancam dengan adanya deforestasi, baik dalam bentuk pembakaran, penebangan liar, pembangunan di lahan gambut, dan manuever ekspolitasi lainnya yang dilakukan tangan-tangan korporat edan tak bertanggung jawab.
Story ini pun tak hanya memaparkan keagungan takhta ekosistem Leuseur, yang mana merupakan rumah bagi setidaknya 500 satwa dan 8.500 spesies tanaman, melainkan juga mengemukakan keboborokan tingkah perusahaan yang mengancam kelestariannya. Manik pun tak luput menawarkan solusi pelestarian yang seharusnya bisa dilakukan oleh lembaga dan perusahaan.
Bacalah, maka kamu akan sepakat mengapa story "Mari Selamatkan Leuser" layak jadi salah satu story terbaik pekan ini.
2. Anak Muda dan Narasi Hijrah (oleh Nanang Suryana)
ADVERTISEMENT
Jika kamu melihat lebih teliti (atau tanpa perlu ketelitian sama sekali) di media sosial, fenomena hijrah di kalangan anak muda telah mewabah begitu luas. Mereka yang baru berhijrah itu tak mau kelewatan mem-posting evolusi jati dirinya di berbagai platform digital. Tapi tentu, penulis Nanang Suryana tidak meremehkan mereka yang memutuskan untuk berhijrah, mosok berubah jadi lebih baik malah dapat cemoohan?
Yang begitu disayangkan oleh Nanang melalui story-nya ialah, hijrah muncul menjadi narasi yang picik dan tak lagi suci, yang digubah sedemikian rupa agar tunduk pada libido populisme di platform digital. Output yang dikhawatirkan akhirnya lahir, yaitu, mengutip Nanang, "sebuah ekspresi narsistik di balik selimut jubah ajakan kebajikan dalam beragama".
Aksi berhijrah seharusnya bukan semata menjadi soleh secara individu, namun dibarengi oleh praktik "kesolehan sosial" yang berfaedah, seperti melakukan aksi nyata untuk menghapus ketimpangan, memberi akses fasilitas pendidikan bagi mereka yang membutuhkan, dan menumpas ketidakadilan di masyarakat, dan sebagainya. Dalam kata lain, berhijrah bukanlah sebagai komodifikasi keindahan berbalas pengakuan publik di dunia digital --hey, lihat, aku sudah jadi lebih baik! Kalian kapan?-- melainkan untuk menjadi lebih berguna secara sosial.
ADVERTISEMENT
Story Nanang Suryana ini membuka cakrawalamu lebar-lebar!
3. Pancasila di Mata Kyai (oleh Sonny Majid)
Mengilhami Pancasila sebagai dasar negara bukanlah suatu kebatilan bagi agama Islam, sebagaimana opini populer yang mengatakan bahwa Pancasila bertentangan dengan syariat, dan kita buru-buru melabeli mereka dengan tag 'anti-Pancasila'. Bagi mereka yang masih berpendapat bahwa Pancasila bentrok dengan asas-asas syariat Islam, sebaiknya perlu "main lebih jauh" dan memperbanyak bacaan, atau setidaknya, membaca dan meresapi story dari Sonny Majid ini.
Story ini mencoba mengevaluasi Pancasila meminjam bola mata ulama. Pada mulanya, beberapa ulama NU seperti KH Wahid Hasyim, KH Masykur dan lain sebagainya menjadi anggota BPUPKI. Mereka turut merumuskan dasar negara dan UUD 1945, dan menyetujui dengan penuh kesadaran bahwa Pancasila tidak akan menggeser agama, dan agama tak akan menggeser Pancasila. Kedua elemen ini pun tidak overlapping; mereka setia berdiri kokoh dengan asasnya masing-masing dan berjalan beriringan dalam kehidupan beragama dan bernegara
ADVERTISEMENT
Kabar baiknya lagi, para kyai dan ulama justru melihat relasi yang baik antara agama dengan Pancasila melalui argumen yang rasional dan mendasar, entah secara syar’i maupun secara kenegaraan. Mereka pun telah menyoroti bahwa basis moral setiap sila pada Pancasila telah sesuai dengan tujuan syariat Islam.
Itulah 3 story terbaik dari user kumparan yang terangkum dalam aksara pekan ini. Story-mu belum terpilih? Pekan depan mungkin adalah saatnya! Yuk, bagikan story-mu ke kumparan dalam berbagai format: tulisan, foto, maupun video. Story yang menarik akan berkesempatan tercantum dalam aksara tiap pekannya. Cukup dengan login di kumparan, kamu bisa bagikan apa pun dengan mudah, dan dapat dinikmati langsung oleh para pembaca.
ADVERTISEMENT
Jika belum punya akun kumparan, bisa langsung buat dengan mudah. Klik panduan berikut: Q & A: Cara Membuat Akun & Posting Story di kumparan.
Selamat berkarya!