Halusinasi Yayoi Kusama dan Kemenangan Juventus yang Tak Istimewa

Aksara kumparan
Kami menyeleksi user story terbaik setiap hari. Ayo buat story terbaikmu di kumparan!
Konten dari Pengguna
13 Mei 2018 7:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aksara kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
#UserStory pilihan hari ini. (Foto: Bagus Permadi)
zoom-in-whitePerbesar
#UserStory pilihan hari ini. (Foto: Bagus Permadi)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Halusinasi tak selalu berarti kemalangan yang dalam bahasa medisnya disebut dengan penyakit mental. Bagi Yayoi Kusama, halusinasi justru menjadikannya seorang seniman dunia dengan kekhasan polkadotnya yang ia sebut sebagai "jaring tanpa batas". #UserStory yang ditulis Lynda Ibrahim itu akan membuatmu tertarik untuk menikmati karya-karya seniman asal Jepang tersebut di The Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara (Museum MACAN).
ADVERTISEMENT
Kamu juga bisa lho menulis di kumparan untuk membagikan pengalamanmu mengunjungi museum, atau tentang pendapat dan analisa kamu di bidang olahraga seperti dua #UserStory lainnya yang terpilih dalam Aksara edisi ini. Jika terpilih, tulisan kamu akan mendapat pembaca yang lebih luas karena dimunculkan pada timeline kumparan dan disebarluaskan melalui media sosial. Nah, sebelum mulai menulis, mari simak tiga #UserStory pilihan Akasara berikut ini.
1. Yayoi Kusama: Halusinasi & Seni yang Lebih dari Sekadar Wahana Selfie
Mengunjungi pameran seni yang berisi 130 karya monumental Yayoi Kusama di The Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara (Museum MACAN), Jakarta Barat, merupakan pengalaman yang sangat menarik. Bukan hanya karena warna dan bentuknya yang indah untuk latar berfoto, tetapi juga rasa yang terbangun saat menyelami karya-karya seni Yayoi itu.
ADVERTISEMENT
Halusinasi yang dialami sejak pra-remaja bagi Yayoi bukan sebagai kemalangan penyakit mental, melainkan sumber kreativitas yang ia wujudkan dalam bentuk lukisan, patung, video, dan instalasi seni. Yayoi pun menjadi bagian gerakan seni avant-garde yang mengedepankan kebebasan, kesederajatan, dan anti-Perang Vietnam. Karya-karyanya yang bergaris tegas, penuh warna, kadang diimbuhi kebugilan, makin diperhitungkan.
2. F1 GP Spanyol 1981: Kemenangan Terakhir Gilles Villeneuve
Siapa pebalap Formula One (F1) yang paling layak untuk dikenang? Jawabannya mungkin Gilles Villeneuve. Ia juga layak untuk dikenang sebagai salah satu sosok fenomenal di GP Spanyol atas kemenangan sensasionalnya pada 21 Juni 1981. Kemenangan itu juga menjadi yang terkahir dalam kariernya. Bukan karena masalah mobil yang buruk atau kemampuan fisik yang payah, tetapi ini soal kuasa takdir yang menyetop nyawanya.
ADVERTISEMENT
Pada 8 Mei 1982, Gilles Villeneuve meninggal akibat kecelakaan di sesi kualifikasi GP Belgia yang kala itu masih dilangsungkan di Sirkuit Zolder. Disinyalir, cedera patah tulang leher menjadi penyebab kematiannya. Ia masih bernyawa saat perjalanan menuju rumah sakit, tetapi apa daya bahwa, pada akhirnya, pria bernama lengkap Joseph Gilles Henri Villeneuve itu harus berpulang kepada Yang Maha Kuasa.
3. Tak Perlu Rayakan Piala Lokal, Juventus!
Juventus memang berhasil mengangkat trofi Coppa Italia yang ke-13. Namun, apakah ada yang istimewa dari kemenangan di liga domestik itu? Rasanya tidak. Bukanya meremehkan, tapi melihat Juventus menjuarai piala domestik itu hanya sebatas 'makan-makanan' seadanya. Hanya kenyang itu saja, tak ada rasa kelezatan baru, bahkan bisa dibilang jenuh!
ADVERTISEMENT
Juventus memang sudah jadi yang terkuat dan terbaik di Italia. Maka mereka harus terbiasa berlaga di level yang satu kelas di atas liga domestik, yakni Liga Champions. Di level itulah seharusnya Nyonya Tua mematok kemenangan. Tapi kenapa tidak ada hasil yang memuaskan meski berkali-keli Juventus berlaga di final Liga Champions? Allegri dan Juventus harus menjawabnya. Jangan sampai piala Eropa hanya menjadi mimpi Gianluigi 'Gigi' Buffon.
Baca tulisan terpilih Aksara lainnya di sini.