Hidup sebagai 'Triple Minority' hingga Siaga Bencana di 'Cincin Api'

Aksara kumparan
Kami menyeleksi user story terbaik setiap hari. Ayo buat story terbaikmu di kumparan!
Konten dari Pengguna
10 November 2018 6:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aksara kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi bersatu dalam keberagaman.  (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bersatu dalam keberagaman. (Foto: Shutterstock)
ADVERTISEMENT
Sebuah prinsip yang berbunyi "belajar dari kehidupan dan hidup untuk belajar" tentu bukan sekadar kelakar. Justru situasi global kontemporer, di mana masyarakat dipolarisasi berdasar identitas tertentu, kian mendesak manusia untuk mempraktikkan prinsip itu agar memenuhi kebutuhan etis dalam membangun kemanusiaan.
ADVERTISEMENT
Chiara Sari menyentuh persoalan itu melalui pengalamannya hidup di Amerika Serikat sebagai 'triple minority'. Cerita tersebut menjadi satu dari lima user story pilihan Aksara edisi ini, berikut nukilan selengkapnya.
1. Sepenggal Cerita Hidup di AS sebagai Triple Minoritas (Bagian 3)
Saya kadang merenung, saya beruntung memiliki keluarga yang cukup terbuka. Mama saya sedari kecil selalu mengajarkan untuk berteman dengan siapapun, agama apa pun. Interaksi dengan teman-teman di sekolah swasta umum dan negeri juga membentuk pola pikir saya bahwa jangan terlalu cepat memberikan label terhadap orang lain.
Berinteraksi, berteman, dan memiliki hubungan dengan orang lain di luar kelompok kita baik dari sisi agama, etnis, ras akan memberikan pengalaman dan pemahaman tentang orang lain yang berbeda latar belakang dengan kita. Minimal kita tahu bahwa tidak semua orang yang berbeda agama atau etnis itu jahat. Tidak.
ADVERTISEMENT
2. Memahami Gempa Tektonik di Mamasa, Sulawesi Barat
Dalam sepekan terakhir, wilayah Mamasa, Sulawesi Barat, diguncang gempa tektonik yang beruntun. Hingga Jumat (9/11), aktivitas gempa masih terjadi. Berdasarkan data monitoring Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), total aktivitas gempa Mamasa selama 6 hari, sejak 3 November 2018, tercatat ada 217 gempa.
Sebanyak 39 gempa di antaranya merupakan gempa yang guncangannya dirasakan oleh masyarakat. Memperhatikan tren frekuensi gempa Mamasa, ada kecenderungan peningkatan aktivitas kegempaan di wilayah ini. Jika jumlah gempa pada 3 hari pertama hanya sebanyak 31 gempa, maka pada 3 hari berikutnya aktivitas gempa melonjak drastis menjadi 116 gempa.
3. Menggagas Indonesia Siaga Bencana
Salah satu negara yang sangat sering ditimpa musibah gempa dan tsunami adalah Jepang. Jepang dan Indonesia sama-sama berada di dalam wilayah yang terkenal dengan sebutan 'Ring of Fire' atau 'Cincin Api', yaitu wilayah di sekitar bibir Pasifik yang paling sering diguncang gempa dan letusan gunung berapi.
ADVERTISEMENT
Salah satu cerita yang fenomenal terkait dengan tsunami di Jepang adalah cerita tentang 'The Miracle Kamaishi'. Menurut informasi dari berbagai sumber, cerita tersebut berawal ketika setelah terjadinya gempa berkekuatan 9 magnitudo yang mengguncang Jepang, para siswa di Kamaishi East Junior High School keluar dari gedung sekolah dan berlari menuju tempat yang lebih tinggi.
4. Bakso Mahal vs Bakso Murah, Mana Lebih Enak?
Saking terkenalnya hidangan ini, sampai ada yang membuat lagu tentang bakso. Makanan ini pun sangat mudah kita temukan, mulai dari pedagang kaki lima hingga di hotel berbintang lima sekalipun biasanya menyajikan bakso di buffet section mereka.
That’s why kali ini aku ingin share tempat makan bakso favoritku yang pastinya enak! Enggak cuma satu tempat, aku akan share 2 tempat makan bakso yang seru. Jadi di bulan ini aku punya tema untuk membandingan makanan mahal dengan murah. So, kali ini temanya adalah bakso.
ADVERTISEMENT
5. Catatan I Tokyo International Film Festival ke-31: Highlight Festival
Salah satu festival film internasional terbesar dan terkemuka di dunia, Tokyo International Film Festival (TIFF), baru saja selesai digelar untuk kali ke-31 di kawasan Roppongi, Tokyo, Jepang, selama 10 hari dari 25 Oktober hingga 3 November 2018. Saya beruntung mendapatkan undangan dari panitia TIFF dengan dukungan The Japan Foundation Asia Center untuk kembali ketiga kalinya menghadiri dan merasakan pengalaman berfestival yang tak kan pernah menjemukan ini.
Betapa tidak, berada dalam sebuah festival film bagi saya merupakan semacam ziarah, perjalanan menemukan film-film menakjubkan, dan saya mengalaminya: ditemani banyak sekali orang yang juga memiliki kecintaan yang sama terhadap film.
----------------------------------
Tertarik membaca user story pilihan Aksara lainnya? Ikuti Aksara di sini.
ADVERTISEMENT