Menelisik Bahasa Campuran ala Anak Jaksel

Aksara kumparan
Kami menyeleksi user story terbaik setiap hari. Ayo buat story terbaikmu di kumparan!
Konten dari Pengguna
20 September 2018 3:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aksara kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
com-Banyak Pilihan Bahasa (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
com-Banyak Pilihan Bahasa (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Bahasa campuran Inggris dan Indonesia atau sering disebut dengan Englonesian tampaknya sedang menjadi tren di kalangan anak muda masa kini. Terbukti dari gaya bahasa yang mereka ungkapkan baik ketika berbicara maupun menuliskan sesuatu di media sosial. Kali ini, empat orang dari cendikiawan bahasa akan membahas terkait fenomena bahasa campuran ala Anak Jaksel. Berikut selengkapnya.
ADVERTISEMENT
1. Memaklumkan Bahasa Campur ‘Anak Jaksel’, Baik atau Buruk?
Fenomena penggunaan bahasa Indonesia yang dicampur dengan kosakata bahasa Inggris sebenarnya bukan hal baru. Gejala ini sudah banyak muncul setidaknya sejak 2010, tahun ketika saya mulai aktif mengampanyekan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Namun, saat itu memang penggunaannya cenderung terbatas pada orang-orang yang bekerja sebagai agen periklanan.
Saya belum pernah melakukan penelitian terkait fenomena tersebut, tetapi dalam ilmu linguistik hal ini dikenal dengan code mixing atau campur kode. Jadi tidak perlu kaget, ini memang bukan sesuatu yang baru. Isu ini mengemuka kembali ke publik mungkin karena belakangan ini banyak orang yang membicarakannya di Twitter.
2. Q & A: Bahasa ala Anak Jakarta Selatan, Positif atau Negatif?
ADVERTISEMENT
Kali ini, saya ingin menanggapi fenomena yang cukup unik tersebut sesuai dengan perspektif pribadi saya sebagai peneliti bahasa anak/pengamat bahasa anak. Berikut beberapa pertanyaan yang sering saya dengar dan akan saya jawab, semoga bisa memenuhi rasa penasaran kalian mengenai fenomena ini.
Q: Apa yang memengaruhi munculnya bahasa campuran di kalangan anak muda Jakarta Selatan?
A: Hal ini dilatarbelakangi karena tingginya penggunaan bahasa Inggris selain bahasa Indonesia. Jadi, mau tidak mau, semakin orang mendengar, mengucapkan, membaca, maka sangat berpengaruh terhadap bahasa campuran. Jadi, karena adanya dua atau lebih bahasa yang hidup di kalangan masyarakat kita, mau tidak mau ini menjadi salah satu fenomena yang terjadi, dan itu umum terjadi pada tempat-tempat di mana beberapa bahasa hidup berdampingan.
ADVERTISEMENT
3. Englonesian, Bahasa untuk Si Kurang Paham Inggris dan Indonesia
Englonesian. Ini bahasa favorit saya. Mungkin karena saya bule dan kemampuan saya dalam berbahasa Indonesia terbatas. Dan karena saya tinggal di Indonesia sejak masih remaja, Bahasa Inggris saya juga terbatas.
Jadi? Saya pemakai setia Bahasa Englonesian. My English skills were somewhat frozen in 2001. Ini sesuatu yang bisa dibilang "sayang". Tapi karena "Englonesian" lumayan trendy juga di sini, saya masih bisa hidup.
4. Melihat Bahasa Anak Jaksel dari Kultur Pendidikan Internasional
Belakangan muncul istilah ‘anak Jaksel’ dan ‘bahasa Jaksel’ sebagai bahan candaan di sosial media. Poin dari candaan ini adalah bagaimana anak-anak dari daerah ini konon sering mencampuradukkan kosakata bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dalam percakapan bahkan tulisan. Kekerapan penggunaan which is atau literally digabungkan dengan kalimat berstruktur dasar bahasa Indonesia dianggap aneh, keminggris.
ADVERTISEMENT
Semakin ke sini, lebih banyak warganet membandingkan kebiasaan bahasa campur-campur ala Jaksel dengan bahasa anak Utara, bahasa Tangerang Selatan, bahkan bahasa Bekasi. Sebagai guru yang pernah mengajar ribuan anak Tangerang Selatan, ratusan anak Jakarta Utara dan belasan murid privat dari Jakarta Selatan, saya punya analisa sendiri yang datang dari observasi tunggal saya tentang munculnya fenomena tersebut.