news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Persoalan di KPK hingga Bahasa Campur Englonesian

Aksara kumparan
Kami menyeleksi user story terbaik setiap hari. Ayo buat story terbaikmu di kumparan!
Konten dari Pengguna
22 September 2018 0:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aksara kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ada dua story di Aksara edisi ini. Satu story tentang ribut internal KPK, lainnya tentang penggunaan bahasa campur-campur Indonesia-Inggris yang oleh Sacha Stevenson disebut Englonesian.
ADVERTISEMENT
Simak ulasan selengkapnya.
Gedung KPK. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
1. Ribut Internal KPK: Dari Rotasi sampai Tenis Sang Deputi (Desca Situmorang)
Beberapa waktu belakangan ada sejumlah keributan yang terjadi di dalam internal KPK, mulai dari rotasi pejabat struktural tanpa proses seleksi hingga permainan tenis sang Deputi Penindakan bersama dengan orang yang pernah dimintai keterangan oleh KPK.
Perbedaan pendapat dalam satu organisasi sesungguhnya wajar saja, karena organisasi bukan dijalankan oleh satu orang dengan satu pemikiran. Namun bila argumentasi dalam satu organisasi sudah tidak bisa mencapai titik temu, maka risiko merembesnya konflik tersebut ke pihak luar pun tak terelakkan lagi demi perbaikan jalan pikir dan tertib administrasi organisasi.
Salah satu bentuk konflik yang akhirnya harus dibawa ke pihak ketiga adalah gugatan tiga orang pegawai KPK ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta. Ketiganya menggugat lima orang pimpinan KPK dan menjadikan sejumlah surat keputusan pimpinan sebagai objek gugatan.
ADVERTISEMENT
2. Bukan Sekadar Persoalan Bahasa Campur-campur (Yusuf Arifin)
‘’Effort banget. Susah. Somehow malah nggak natural ngomongnya. Karena memang banyak sekali kata yang literally nggak ada bahasa Indonesianya.’’
Ini jawaban salah seorang teman ketika ditanya mengapa ia tidak bercakap-cakap dalam bahasa Indonesia ‘yang baik dan benar’ dan menghindari penggunaan kosa kata bahasa Inggris semaunya.
Kita bisa saja menuduh teman ini malas berpikir, atau kita bisa juga menuduh teman ini pamer saja. Biar terkesan bisa berbahasa Inggris, intelek, bagian dari strata sosial bergengsi, ataupun terkait dengan atribut superlatif lainnya.
Tetapi ketika penilaian semacam di atas sah-sah saja disematkan. Yang perlu diingat, bahasa adalah alat ekspresi dari sebuah bejana lebur (melting pot) kebiasaan, tindak tanduk, tata nilai, tata pikir, dan psikologi kolektif penggunanya.
ADVERTISEMENT