Soal Kemenangan Erdogan hingga Nelangsanya Argentina di Piala Dunia

Aksara kumparan
Kami menyeleksi user story terbaik setiap hari. Ayo buat story terbaikmu di kumparan!
Konten dari Pengguna
26 Juni 2018 5:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aksara kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
3 user story pilihan pekan ini! (Foto: Bagus Permadi)
zoom-in-whitePerbesar
3 user story pilihan pekan ini! (Foto: Bagus Permadi)
ADVERTISEMENT
Empat tulisan dari pembaca kumparan yang dipilih dalam Aksara edisi ini membahas tiga topik berbeda, namun dengan pesan yang sama: mengambil pelajaran dari suatu pengalaman. Dari pengalaman hidup almarhum Ustaz Hari Moekti, pemilihan presiden Turki, hingga pengalaman timnas sepak bola Jepang, Korea Selatan, dan Argentina di Piala Dunia 2018.
ADVERTISEMENT
Baca ulasan singkat keempat tulisan pilihan Aksara berikut ini.
1. Belajar dari Hari Moekti
Ustaz Hari Moekti meninggal dunia di rumah sakit pada Minggu (24/6) sekitar pukul 20.49 WIB. Kabar duka ini tersebar ke telinga sahabat-sahabatnya, termasuk Jamil Azzaini yang tak sanggup menahan air matanya menetes di pipi saat membuka grup WhatsApp sambil menunggu pertandingan Piala Dunia 2018 antara Senegal dan Jepang.
Jamil mengungkapkan kedukaan dan kenangannya bersama Hari Moekti yang pertama kali ia temui pada 1995. Melalui kisahnya ini, Jamil menyuguhkan kesaksian dari dekat tentang hubungannya dengan Hari Moekti sang mantan rocker. Ia juga membagi pengalaman tentang sahabatnya yang berhijrah: dari pembunuh, pengedar narkoba, preman sadis, selebriti urakan, sampai pemabuk.
ADVERTISEMENT
2. Erdogan dan Deretan Kemenangannya
Recep Tayyip Eerdogan mengungguli perolehan suara dalam pemilihan presiden Turki. Dengan selisih 22 persen suara dari lawannya di posisi kedua yang memperoleh 30 persen suara, maka ia terpiih kembali sebagai presiden. Kemenangan juga ditorehkan partai pengusung Erdogan, Adalet ve Kalkınma Partisi (AKP, atau Partai Keadilan dan Pembangunan) dalam pemilihan anggota parlemen.
Dalam artikel ini, M. Syahroni Rofii memaparkan arti penting dari dua kemenangan itu yang ia sebut menjadikan mimpi Erdogan terasa sempurna: mengubah sistem parlementer menjadi presidensial. Kepemimpinan nasional dan stabilitas politik, menurutnya, menjadi kunci Turki menuju target pembangunan 2023. Syahroni juga mengajak pembaca untuk mengambil sejumlah pelajaran dari yang terjadi dalam pemilihan presiden Turki ini.
ADVERTISEMENT
3. Jurang Kualitas Antara Jepang dan Korea Selatan di Piala Dunia 2018
Dua tim nasional dari Asia Timur berlaga di Piala Dunia 2018. Keduanya adalah Jepang dan Korea Selatan. Kualitas kedua tim tampak demikian berbeda saat melakoni dua laga di fase grup. Jepang bermain begitu bagus secara teknik dan kerja sama tim sehingga dapat mengantongi 4 angka, sedangkan Korea Selatan gagal mendapatkan satu poin pun dan berpeluang besar tak lolos ke fase berikutnya.
Artikel M. Rezky Agustyanto ini merupakan uraian mendalam dan lugas untuk menjawab pertanyaan, "mengapa ada jurang kualitas antara Jepang dan Korea Selatan di Piala Dunia 2018?". Bagi Rezky, kualitas kedua tim tidak lepas dari keikutsertaan para pemain dalam kompetisi sepak bola di Eropa yang levelnya berada jauh di atas kompetisi di benua lainnya.
ADVERTISEMENT
4. Asumsi Nelangsanya Argentina di Piala Dunia 2018
Sebagai salah satu tim nasional yang dijagokan pada Piala Dunia 2018, permainan Argentina ternyata jauh dari ekspektasi umum. Tim ini hanya mampu meraih satu poin dari dua pertandingan fase grup. Kemungkinan gagal melanjutkan ke fase berikutnya terus membayangi Argentina. Melalui artikel ini, Nicolas Flamel mencoba mengurai faktor-faktor yang menjungkalkan Argentina pada Piala Dunia 2018.
Sampaoli! Inilah orang yang menurut penulis membawa andil besar dalam kegagalan Argentina meraih kemenangan di dua laga. Tak tanggung-tanggung, Nicolas bahkan menyebut keberadaannya Sampaoli hanya untuk membuktikan bahwa Argentina memiliki pelatih. Sebab keputusan tim cenderung didominasi oleh Messi. Nicolas juga mengurai peran Messi yang memaksa sang pelatih untuk berbagi ego.
ADVERTISEMENT
Untuk membaca tulisan terpilih lainnya dari pembaca kumparan, Anda dapat mengikuti Aksara di sini.