Soal Menghitung Penghasilan Per Jam Seorang Karyawan

Aksara kumparan
Kami menyeleksi user story terbaik setiap hari. Ayo buat story terbaikmu di kumparan!
Konten dari Pengguna
5 Juni 2018 8:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aksara kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
#UserStory pilihan hari ini. (Foto: Bagus Permadi)
zoom-in-whitePerbesar
#UserStory pilihan hari ini. (Foto: Bagus Permadi)
ADVERTISEMENT
Ada yang menarik perhatian dari 6 rekomendasi story yang masuk Aksara edisi ini. Hal ini adalah adanya story Fajar Widi mengenai cara menghitung gaji karyawan per jam, yang kemudian muncul antitesisnya melalui tanggapan oleh story Wandha berjudul Seorang Pekerja yang Tidak Mampu Menghitung Upah Per Jam.
ADVERTISEMENT
Selain itu, juga ada cerita hijrah yang sangat menarik untuk diikuti. berikut 6 rekomendasi user story.
1. Hijrahku Sederhana: Dari Anak Nakal Menjadi Anak yang Bisa Dibanggakan (Raden Wira A. Ganda)
Kehidupanku saat ini sungguh berbeda dengan dahulu. Aku sangat bersyukur bisa menjalani episode demi episode kehidupan saat ini yang aku pilih. Dahulu sewaktu masih menduduki bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) aku adalah anak yang nakal atau bandel.
Singkat cerita, pada saat menginjak bangku Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kehidupanku benar-benar berubah. Saat itu ketika aku sedang mengikuti ceramah, tema yang dibahas adalah mengenai orang tua. Entah mengapa dari momentum tersebut, diriku berubah untuk bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya.
ADVERTISEMENT
2. Catatan Publik RUU Sumber Daya Air antara SPAM dan AMDK (Agus Pambagio)
Pada pertengahan April 2018 silam, melalui Rapat Paripurna DPR – RI, Badan Legislasi (Baleg) bersepakat memajukan Rancangan Undang-Undang tentang Sumber Daya Air (RUU SDA) untuk dapat dibahas bersama Pemerintah.
DPR-RI melalui Panitia Kerja (Panja) RUU SDA akan mulai melakukan pembahasan setelah menerima Amanat Presiden (Ampres) dan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) dari Pemerintah.
3. Yuk Hitung Penghasilan Per Jam Kita sebagai Karyawan (Fajar Widi)
Sebagai karyawan, apakah kita pernah menghitung berapa penghasilan kita masing-masing per jam? Kalau sudah tau cara menghitungnya, bisa dipastikan kamu adalah seorang yang cukup piawai dalam menghitung cash-flow tiap bulan. Pasalnya tidak semua orang pernah melakukan penghitungan seperti ini.
ADVERTISEMENT
Alasan saya iseng nulis artikel ini adalah banyaknya teman-teman saya yang kadang curhat tidak bisa mengatur pengeluaran bulanan di Jakarta. Rata-rata pada bilang, "Gaji gue cuma segini mas, gimana mau nyicil KPR dan mobil."
4. Seorang Pekerja yang Tak Mampu Menghitung Upah Per Jam (Wandha)
Sebagai pekerja, belum pernah aku menghitung upah per jam sejak hari pertama bekerja. Tetapi aku selalu berusaha membatasi pengeluaran setiap hari sebesar dua puluh ribu rupiah. Jumlah itu dibagi dua untuk ongkos makan dua kali sehari, tentu tidak termasuk ongkos transportasi.
Aku mau menghitung dulu jumlah rata-rata upahku per jam. Rumusnya seperti yang ditulis Fajar Widi — dan aku ucapkan terima kasih untuk itu. Upah per bulan adalah lima juta rupiah. Maka lima juta rupiah dibagi tiga puluh hari sama dengan seratus enam puluh enam ribu enam ratus enam puluh enam koma enam enam enam dan seterusnya rupiah.
ADVERTISEMENT
5. Penonton yang Muak, Festival, dan Pasar (Avicenna Raksa Santana)
“And when I get depressed about business things, I get a copy of Sid Vicious's 'My Way', and turn it up to 11, really it does your soul good.”
Dilansir The Guardian, kalimat di atas diucapkan oleh Jim Jarmusch, pembuat film dari Amerika Serikat, saat menjawab pertanyaan audiens. Saat itu, seorang penonton mempertanyakan cara Jim Jarmusch mendapatkan dana untuk film-filmnya sambil tetap memegang penuh kendali sisi kreatifnya.
6. Rekam Sejarah Jalan Daendels di Selatan Jawa
Pasca-Perang Jawa, pemerintah kolonial menjalankan politik untuk menghapus pengaruh dan citra Diponegoro di kalangan pribumi. Tujuan politik ini untuk melemahkan semangat pengikut Diponegoro yang masih bergerilya dan kedudukannya terpecah.
ADVERTISEMENT
Pada 1838, A.D. Daendels menggunakan kesempatan ini untuk mengganti nama Jalan Diponegoro. Daendels mengubah nama jalan kuno penghubung kerajaan Jawa ini dengan namanya, jadilah Jalan Daendels di selatan Jawa. Ia juga membangun kembali jalan tersebut mulai dari Brosot (kulon Progo) hingga Karang Bolong (Cilacap).
Ikuti terus Aksara di sini.