Tentang Kekalahan hingga Krisis Ekonomi 2018

Aksara kumparan
Kami menyeleksi user story terbaik setiap hari. Ayo buat story terbaikmu di kumparan!
Konten dari Pengguna
12 September 2018 6:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aksara kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Dolar-Rupiah (Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Dolar-Rupiah (Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
ADVERTISEMENT
Ada tiga story yang masuk rekomendasi Aksara edisi ini. Ketiganya mencakup beragam soal. Mulai dari story Marini Dewi Anggitya Saragih tentang kalah, lalu Viktor Kamang yang membahas krisis ekonomi, dan Ferizal Ramli dengan pembahasan mengenai politik elektoral.
ADVERTISEMENT
Berikut ketiga story tersebut.
1. Krisis Ekonomi 2018 (Viktor Kamang)
Hingga di tahun 2018 ini, saya sendiri kerap bingung harus mencari referensi mana yang benar dari sekian banyak artikel yang betebaran di internet perihal permasalahan ekonomi yang tengah terjadi. Polarisasi masyarakat yang terjadi karena semakin dekatnya Pemilihan Umum 2019 semakin membuat runyam.
Bagi saya, masyarakat biasa, yang dibilang kaya tidak, namun dibilang miskin juga lumayan, melemahnya nilai tukar Rupiah atas Dolar Amerika Serikat sampai hari ini belum saya rasakan.
2. Politik Elektoral yang Memecah-belah dan Sisi Positifnya (Ferizal Ramli)
Dulu, banyak yang berpikiran jika rakyat menentukan langsung dan terlibat dalam politik, maka inilah pilihan hati nurani rakyat. Jadilah saat disahkan Demokrasi Langsung, baik untuk Pilkada maupun Pilpres, saat itu rakyat Indonesia efroria berteriak gembira atas hal ini.
ADVERTISEMENT
Rakyat bisa memilih sesuai pilihan hati nuraninya. Sayang justru ini ada bayaran yang amat sangat mahal. Ternyata, rakyat memilih langsung itu ada 2 kelemahan dasar: rakyat tidak cukup paham dengan pilihannya; terjadi keterbelahan di masyarakat.
3. Kalah (Marini Dewi Anggitya Saragih)
Kekalahan adalah kawan yang baik. Ia datang dalam banyak rupa.
Sebagaimana mereka yang berlaga sebagai atlet, kita pun tak akan lepas dari kekalahan. Dan ketika ia datang, ketika ia telah menempuh perjalanannya untuk sampai kepada kita, apa lagi yang bisa kita lakukan selain menerima, menyambutnya tanpa bergidik ngeri, dan mengenyam segala petunjuk yang ia wariskan?
Kamu bisa melihat tulisan menarik lainnya dari user kumparan dengan mengikuti akun Aksara.
ADVERTISEMENT