Timnas Kalah Salah Wartawan hingga Socrates Bangkit dari Kubur

Aksara kumparan
Kami menyeleksi user story terbaik setiap hari. Ayo buat story terbaikmu di kumparan!
Konten dari Pengguna
25 November 2018 8:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aksara kumparan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Aksara edisi kali ini memuat dua user story menarik dengan dua topik bahasan yang berbeda. Mulai dari salah wartawan terhadap kegagalan Timnas Indonesia hingga pengandaian akan Socrates yang bangkit dari kubur untuk menentang KPU. Seperti apa? Simak ulasan singkatnya berikut.
ADVERTISEMENT
1. Timnas Indonesia Kalah, Salah Wartawan?
Kita terbiasa menyalahkan orang lain saat terdesak, ini naluri alamiah yang tidak sepenuhnya salah. Salah satu mekanisme pertahanan diri paling tradisional yang dimiliki manusia. Hal ini baru akan menjadi menjengkelkan saat alasan yang dipakai cenderung tidak masuk akal dengan logika yang tak kalah menyedihkan.
Dalam sepak bola, wasit masih menjadi idola utama untuk dijadikan kambing hitam saat sebuah tim didera kekalahan, sisanya akan ber-cocoklogi dengan klenik dan segala macam tetek bengek lainnya. Ngawang, tanpa pendekatan teknis sekalipun.
Setelah berkutat dengan banyak cocoklogi, hari ini saya wajib menambahkan satu lagi alasan untuk memaknai kekalahan sebuah tim sepak bola. Sebuah tim sepak bola (nasional) harus memiliki wartawan yang baik agar dapat berprestasi dengan baik pula (begitu kurang lebih kutipannya). Iya saya ulangi lagi, "Wartawan yang baik".
ADVERTISEMENT
2. Jika Socrates Bangkit dari Kubur, Ia Akan Menentang KPU
Jika filsuf kenamaan Yunani Socrates saat ini juga bangkit dari kuburnya dan kebetulan mengunjungi Indonesia, hal yang mungkin ia akan lakukan pertama adalah lantang menentang kebijakan KPU RI melibatkan penyandang disabilitas mental (sakit jiwa/gila) untuk mencoblos dalam pemilihan umum.
Soal ini, Socrates menjawab dengan begitu “sopan” dalam sebuah metafor ketika berdialog dengan seorang muridnya, Adeimantus. Socrates bercerita tentang sebuah kapal yang dimiliki oleh orang kuat, tapi tak punya pendengaran dan penglihatan yang baik. Pemilik kapal ini juga tak paham betul tentang ilmu navigasi.
Baca terus Aksara edisi lainnya.