Keterkaitan Dialekta Hegel dalam Konflik Agama di Tanjung Balai Tahun 2016

Alfin Ganendra Albar
saat ini saya mahasiswa Sejarah d Universitas Negeri Malang semester 5
Konten dari Pengguna
10 Desember 2020 10:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alfin Ganendra Albar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Filsafat ialah suatu seni yang berkaitan dengan pikiran kritis yang dimana tujuannya ialah untuk membuat sebuah pertanyaan yang dirasa tidak perlu dianggap, yang tidak boleh didebatkan lagi terkait suatu hal. Tidak puas akan kritis dari suatu kegiatan manusia terkait dengan pergulatan kehidupan manusia ini itulah filsafat. Filsafat menjadi hal yang kritis terhadap diri sendiri, filsafat dikatakan suatu ilmu yang memnjelaskan bahwa kritis terhadap diri sendiri yang dimana tidak akan pernah mlewatkan suatu hal yang selesai. Salah satu tokoh pemikir filsafat ialah Hegel, ia adalah seorang filsuf yang dimana ia membuat sebuah jembatan untuk 2 pemikir terdahulunya yaitu Fichte dan Schelling yang dimana kedua orang tersebut kokoh terhadap pendapat masing-masing ekstrem. Disini hegel memberikan sebuah jawban terkait 2 pemikiran tersebut yaitu sintesis. Sintetesis yaitu yang berarti penyelesaian suatu hal yang bertentangan. Sehingga hal tersebut disebut sebagai dialekta hegel yaitu tesis-antitesis-sintesis. Tesis yang berarti suatu ide dan antitesis yang berartu hal yang melawan ide tersebut sehingga muncul sintesis sebagai penyelesaian tersebut. dialekta ini tidak akan pernah berhenti didalam semua sendi kehidupan manusia.Salah satu peristiwa terkait dengan pemikiran dialekta hegel ini ialah konflik agama di Tanjung Balai pada tahun 2016 lalu (Suyahmo’ 2007:143-144).
ADVERTISEMENT
Indonesia ialah Negara yang memiliki banyak ras, suku, dan agama. Sehingga indonesia dikatakan negara yang majemuk unggul dibandingkan negara negara lainnya, Konflik yang sering terjadi di Indonesia sendiri ialah konflik tentang agama yang berkaitan dengan kekerasan. Pada tahun 2015 konflik yang terkait tentang agama dengan kekerasan berjumlah 190 peristiwa beserta 249 tindakan kekerasan, dan pada tahun 2016 terjadi 204 peristiwa beserta 313 kekerasan (Hartana Redi Made I:2017:55).
Konflik agama di Tanjung balai sudah pernah terjadi permasalahan tentang agama pada tahun 1998. Kemudian terdapat konflik antara agama islam dan Buddha pada tanggal 30 Mei 2010 dan 29 Juni 2010 dengan konflik tentang sebuah ormas yang berkaitan dengan gerakan islam bersatu untuk mendesak pemerintah agar menurunkan Patung Buddha yang terletak di atas gedung lantai empat Vihara Tri Ratna, yang memiliki alasan bahwa tidak mencerminkan sebuah islami yang dapat mengganggu kerukunan tengah masyarakat, tetapi konflik tersebut melenyap dan menjadi laten dengan rumor di muara sungai silai didirikan sebuah masjid terapung. Tetapi kembali pada tahun 2016 terjadi konflik antara agam islam dan agama Buddha yang dimulai dengan sebuah protes dari seorang perempuan bernama Meliana memprotes suara adzan di masjid Al-Makhsum (Hartana Redi Made I:2017:56).
ADVERTISEMENT
1 minggu sebelum kejadian konflik tersebut terjadi, terdapat sebuah adanya protes dari seorang wanita yang berusia 41 tahun bernama Meliana, wanita tersebut memberikan sebuah keluhan bahwa suara adzan masjid itu dinilai terlalu keras daripada biasanya, ibu Meliana tersebut melaporkan keluhan tersebut ke ibu uwo yang berumur 47 tahun, alasan meliana melaporkan rasa keberatan tersebut ke ibu Uwo adalah karena bapak dari ibu Uwo adalah seorang nadzir dari masjid Al-Makhsum, kemudian setelah mendapat cerita tersebut, ibu Uwo memberitahu ke adiknya yaitu saudari Hermayanti yang berusia 40 tahun, dan saudari Hermayanti memberitahukan kepada bapak Kasidi yang merupakan seorang nadzir masjid tersebut, konflik kerusuhan Tanjungbalai ini menjadi ramai pada pukul jam 21:00 malam sampai 23:00 malam, karena adanya mediasi di kantor keluarahan sampai dengai Kantor Kelurahan Tanjung Balai Kota I, Kantor Kepolisian Sektor Tanjung Balai Selatan, sampai dengan Kantor Kepolisan Resor Tanjung Balai. Setelah sholat berjamah, bapak Kasidi memberitahukan adanya keluhan dari saudari Meliana yang rumahnya disebrang masjid kepada pengurus DKM di masjid tersebut, pengurus tersebut bernama bapak Dailami dan dilihat oleh beberapa jamaah masjid , setelah menerima informasi tersebut pengurus DKM Masjid Al-Makhsum dan beberapa jamaah mengunjungi rumah saudari Meliana. Sesudah mereka disana sedikit perdebatan yang mengundang beberapa orang penasaran akan hal tersebut, datanglah suami dari saudari Meliana dan meminta maaf atas kejadian perdebatan yang terjadi di rumah saudari Meliana.
ADVERTISEMENT
Sholat isya pun selesai dan setelah itu pukul jam 20:00 WIB, terdapat banyak bertambahnya massa yang berada di rumah saudari Meliana, kepala kampung membawa suami dan saudari Meliana dan beberapa pengurus masjid Al-Makhsum di kelurahan, dan beredarlah rumor bahwa terdapat warga etnis tionghoa mematikan speaker masjid,tidak memperbolehkan adzan, dari hal tersebut semakin bertambah banyak massa tersebut dan mendatangi keluarahan tersebut, pukul 21:00 malam sampai dengan 23:00 malam dari Kelurahan Tanjung Balai Kota I, Kantor Kepolisian Sektor Tanjung Balai Selatan, sampai dengan Kantor Kepolisan Resor Tanjung Balai. Di dapatkan hasil bahwa Meliana dan suami meminta maaf atas kejadian tersebut tentang protes mengecilkan suara adzan yang berada di sebrang rumahnya. sekitar jam 23:00 sampai dengan 03:00 dini hari Jumlah massa dari 600 orang sampai 1000 orang mengeluarkan amarahnya dengan melakukan pembakaran, perusakan terhadap beberapa bangunan ibadah di Kota Tanjung Balai dan rumah Meliana. Hal tersebut kerakibat pada bangunan yayasan sosial, sekitar 15 tempat yang dirusak, pembakaran terhadap vihara, klenteng, bangunan yayasan sosial, dan rumah Meliana (KETERANGAN PERS Konflik Tanjung Agama Balai Nomor : 026/Humas-KH/VIII/2016:1-2) .
ADVERTISEMENT
Dampak yang terjadi di konflik Tanjungbalai pada tahun 2016, ini menyebabkan kerugian tentang bangunan ibadah, selain itu terdapat kendaraan yaitu mobil juga rusak. Meskipun tidak terdapat korban jiwa, tetapi kerugian yang terjadi disana mencapai miliaran, selain itu terdapat sebuah pembakaran 10 tempat ibadah, 1 tempat yayasan sosial yang bertempat di Kecamatan Tanjungbalai Selatan, Kota Tanjungbalai, serta terdapat 8 unit kendaraan berjenis mobil yang dibakar, yayasan sosial tersebut terletak di keluraha indra Sakti, Kecamatan Tanjungbalai Selatan. Hal tersebut menggambarkan dampak yang buruk terkait konflik tersebut (Atriana 2016:1).
Dalam proses penyelasain konflik tersebut ternyata belum selesai dengan pihak dari pemerintah yang mengirim aparat keamanan dan kalangan elit agama dari Tanjung balai ini. Usaha mereka masih belum meredamkan konflik tersebut, sehingga konflik ini diselesaikan oleh beberapa pihak luar tanjung balai dan dari masyarakat lokal dari tanjung balai. Dari pihak masyarakat lokal tanjung balai menggunakan kesadaran mereka untuk mengakhiri konflik ini, selain itu juga terdapat LSM yang memakai cara pendekatan adat untuk menyelesaikan konflik tersebut. pihak dari luar tanjung balai pun mmbantu dalam bentuk moral dan materi untuk masalah konflik tersebut. selain itu juga bidang keamanan juga membantu dijaminnya perdamaian pasca konflik tersebut dan menghentikan kofnlik terbuka serta adanya kegiatan kekerasan untuk mendukung rundingan konflik tersebut, sukses dihentikan oleh bidang keamanan (Susanto 2018:15-17).
ADVERTISEMENT
Sehingga dalam pemikiran dialekta hegel ini ada tesis-antitesis dan sintesis. Dimana tesis pada peristiwa ini adalah suara adzan yang berada dekat rumah Meliana, sedangkan antitesis ini adalah Meliana yang keberatan akan suara adzan tersebut terlalu keras suaranya ketimbang biasanya. Kedua hal tersebut akhirnya menimbulkan suatu masalah. Dari masalah tersebut akhirnya muncul sebuah sintesis yaitu penyelesaian dari 2 hal tersebut. Penyelesain tersebut ialah dari pihak masyarakat loka, LSM, apparat keamanan maupun pihal luar yang membantu perdamaian akan hal tersebut. itulah peristiwa sejarah yang tergambar dalam pemikiran filsuf hegel tentang dialekta hegel yaitu tesis-antitesis-sintesis.
Refrensi:
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. 2016. Peristiwa Penyerangan dan Pembakaran Rumah Ibadah di Kota Tanjung Balai Provinsi Sumatera Utara. KETERANGAN PERS Nomor : 026/Humas-KH/VIII/2016
ADVERTISEMENT
Hartana Redi Made I. Analisis Konflik dan Solusi Pemolisian dalam Konflik Antar Agama di Tanjung Balai Sumatera Utara Tahun 2016. Jurnal Ilmu Kepolisian. Edisi 088. Januari - April 2017
Susanto, Agus. 2018. Pola Komunikasi Masyarakat Muslim Melayu Dan Tionghoa ( Studi Terhadap Penyelesaian Konflik Di Kota Tanjung Balai). Vol 6. No 1. hlm : 15 – 25.
Suyahmo’. Filsafat Dielekta Hegel: Relevansinya dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Jurnal Humaniora Vol 19, No. 2 Juni 2007
Atriana Rina. 2016..https://news.detik.com/berita/d-3264873/ini-data-10-rumah-ibadah-yang-dibakar-saat-bentrok-warga-di-tanjungbalai diakses 18 Februari 2020 pukul 01:46 PM
Sumber Foto:
Waskita, Ferdinand. 2016 https://m.tribunnews.com/regional/2016/07/31/peristiwa-tanjung-balai-bukti-meningkatnya-intoleransi diakses 04 Desember 2020 pukul 07:58
Pembakaran di Tanjung Balai Sumut Sumber: Tribunnews.com