Konten dari Pengguna

Galaknya Liga Inggris, Video 5 Detik yang Merenggut Akun Twitter 9th

Albertus Dio Sukma
to love is to learn, that's why i never stop learning about football.
13 Agustus 2019 18:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Albertus Dio Sukma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gol Perdana di Liga Inggris tercipta hasil dari bunuh diri pemain Norwich City Grant Hanley. Foto: The Sport Bible
zoom-in-whitePerbesar
Gol Perdana di Liga Inggris tercipta hasil dari bunuh diri pemain Norwich City Grant Hanley. Foto: The Sport Bible
ADVERTISEMENT
Saya sedikit terkejut ketika terbangun dari lelapnya malam usai menyaksikan pertandingan perdana Liga Inggris yang mempertemukan Liverpool kontra Norwich, laga yang berkesudahan 4-1 untuk Bango itu menuai cerita kecil dalam hidup saya. Seperti pada normalnya manusia seusai bangun dari tidurnya yakni langsung mencari telepon genggamnya, saya pun lantas demikian, ketika saya menyalakan airplane mode (karena saya pernah membaca suatu riset bahwa tidak baik jika handphone terus bermalaman dengan keadaan sinyal yang menyala) tiba – tiba dengan membuka aplikasi kicauan burung, following dan followers saya menghilang total menjadi 0. Sebuah tanda tanya menyerang diri saya yang kala itu benar – benar masih belekkan “Waduh kenapa tiba-tiba 0 ya” saya mengingat sedikit, apakah akibat saya mengunggah ‘tweet’ video gol bunuh diri yang dilakukan pemain Norwich City which is menjadi gol perdana di Musim 19/20 Liga Inggris ini. Ternyata ketika mengecek surel yang kala itu terdaftar sebagai yahoomail yang saya buat ketika pelajaran TIK jenjang SMP dengan mengharuskan membuat email (untung saya masih ingat password email tersebut) munculah pesan masuk yang menyatakan bahwa akun saya telah disuspend!
ADVERTISEMENT
Pesan Masuk dari Komisi Disiplin Twitter
Kaget?pastinya apalagi dengan kondisi yang masih setengah sadar saat itu. Yang terlintas dipikiran saya ialah “video 5 detik ini benar-benar menghancurkan personal branding yang sedang telah dan sedang saya bangun sejak 2010 ini” ya seperti itu kiranya, apalagi dalam era Revolusi Industri 4.0 setidaknya dibutuhkan personal branding dengan kompeten yang tinggi.
Dalam pesan masuk surel diatas, akun twitter penulis memang dinyatakan telah melanggar hak cipta, sebegitu ketatnya Liga Inggris sehingga sama sekali tidak ada Surat Peringatan terlebih dahulu dan asal langsung suspend. Pelanggaran hak cipta sejatinya terjadi melalui pihak yang melapor, ternyata pihak tersebut ialah Perusahaan Olahraga asal Jerman yaitu Athletia Sports dan bukan akun penulis saja tetapi banyak akun lain yang dilaporkan oleh Perusahaan yang bekerja di bagian monitoring dan penggunaan konten illegal olahraga itu kepada Komite Disiplin Twitter.
ADVERTISEMENT
Jumlah Akun yang Terlapor oleh pihak Athletia Sports
Lantas berbagai upaya telah penulis lakukan untuk meminta maaf sekaligus membuat akun tersebut dapat kembali lagi. Dalam surel tersebut terkandung pesan bahwa jika ingin mengembalikan akun twitter yang telah disuspend akibat pelanggaran hak cipta, akun terlapor harus meminta pelapor untuk menghapus konten yang melanggar. Penulis pun telah menelepon pihak pelapor yang berkota di Koln, Jerman tetapi tidak ada respon. Kejadian diatas setidaknya memberi bukti bahwa memang mahalnya hak siar di Liga Inggris seperti nominal harga yang ditetapkan oleh Mola TV untuk para khalayak yang ingin menyaksikan pertandingan tersebut sebagai satu – satu nya media yang legal dalam menayangkan seluruh pertandingan Liga Inggris musim 2019/2020.
Padahal penulis mengunggah video gol tersebut atas hasil streaming dari Mola TV, mungkin ketatnya hak cipta Liga Inggris musim ini diakibatkan pada musim lalu yakni seperti yang dilansir The Standard, liga yang diklaim sebagai liga terbaik di Dunia itu merugi Rp 6,6 Triliun akibat streaming illegal. Pihak pelapor yakni Athletia Sports mungkin berasumsi video atas tweet yang penulis unggah ialah streaming illegal meskipun video tersebut hanya berdurasi 5 detik dan bukan pertandingan penuh 2x45 menit.
ADVERTISEMENT
Penulis sama sekali tidak menyayangkan jumlah pengikut yang terdapat dalam akun tersebut, terlebih penulis sedikit menyayangkan following yang diikuti karena hampir seluruhnya ialah pesan informatif dan teraktual yang penulis dapatkan selama akun tersebut masih eksis, penulis pun tidak pernah vakum dalam membuka Twitter sejak mayoritas pengguna beralih ke aplikasi Path kala itu.
Kini sebuah personal branding pun harus dibangun lagi mulai dari 0 dan berharap kejadian ini kiranya tidak terulang kepada pengguna lain. Di saat luar sana penikmat Liga Inggris sulit akan menyaksikan tayangan pertandingan tersebut akibat tinggi nya harga paket yang tertera, penulis malah dilanda akan video 5 detik yang telah merenggut akun twitter yang telah dibangun selama 9 tahun. Namun jika boleh jujur penulis masih mengharapakan terjadinya keajaiban dengan kembalinya akun twitter tersebut meskipun sangat kecil kemungkinan, tapi yasudahlah seperti lantunan lagu Bondan Prakoso~
ADVERTISEMENT