Ari, Seorang Penari Kontemporer di Lampu Merah Jogokariyan

Alfin Dwi Rahmanto
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Konten dari Pengguna
10 Desember 2022 21:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alfin Dwi Rahmanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Yogyakarta merupakan kota yang sangat kuat unsur budayanya. banyak kesenian yang tumbuh dan muncul di kota ini. Hingga banyak orang yang mencari rejeki dengan cara turun ke jalanan dengan cara menampilkan kesenian. Ada yang menyanyi, memainkan alat musik tradisional, bahkan ada yang mengecat tubuhnya demi mendapatkan uang dari pengguna jalan yang sedang menunggu lampu hijau menyala.
Ari sedang menari menggunakan kostum yang unik. (Sumber: dokumentasi pribadi wartawan)
Tapi tidak dengan Ari(40), seorang penari yang berasal dari Kebumen, Jawa Tengah. Ia menyajikan hal yang berbeda dari kebanyakan orang yang turun ke jalanan. Orang yang sering dipanggil oleh warga sekitar Mas Ari ini menyajikan tarian kontemporer dengan menggunakan kostum unik dan diringi musik yang modern. Ari biasa melakukan pertunjukan tarinya di lampu merah Stasiun Pengisian Bahan Bakar(SPBU) Jogokariyan.
ADVERTISEMENT
“Aku, Senin sampai Jumat biasanya mainnya sore, dari jam empat sampai jam lima. Kalau hari Sabtu-Minggu biasanya ada tiga sesi; pagi, siang, sama sore. Untuk tiap sesi itu biasanya 30 menit main, kemudian 15 menit istirahat, 30 menit main lagi,” ujar Ari, kepada wartawan di SPBU Jogokariyan, Jumat(09/12/2022). ari menambahkan bahwa tarian yang ia bawakan adalah gerakan spontan yang ia buat sendiri mengikuti alunan musik yang ia putar menggunakan pengeras suara serta kostum yang ia pakai juga hasil buatan Ari sendiri.
Ari bercerita bahwa memulai menari kontemporer di jalan dari tahun 2020 sampai sekarang, yang awalnya di daerah Sagan kini berpindah tempat di dekat SPBU Jogokariyan. Ari menambahkan bahwa ia diterima dan digemari oleh masyarakat, karena ia sering disapa oleh orang-orang yang melintas dan ia juga diberi uang karena tariannya dianggap menghibur. Ari mengaku senang karena hobinya tersebut dapat menghibur masyarakat secara luas.
ADVERTISEMENT
“saya senang mas, banyak anak-anak dan kadang juga orang tua itu merasa terhibur. Bahkan sering ada polisi juga yang awalnya cuek, sekarang sering ngasih juga.” ujar Ari. Kemudian Ari menambahkan bahwa ia kemarin sempat diundang untuk mengisi acara di salah satu bank untuk menghibur tamu undangan di acara tersebut.
“Saya selain nari biasanya saya dipanggil orang buat pijat Mas. Selain pijat juga saya bikin kostum tari, kemarin saya dapat pesanan kostum dari orang Imogiri Barat,” ujar Ari. ari juga menambahkan bahwa Ia pernah ditangkap Satpol PP saat sedang menari di lampu merah tersebut, tetapi ia dapat bebas karena dijemput oleh Pak RT karena kebetulan beberapa hari kemudian Ari diundang untuk mengisi acara di kampung Ari tinggal.
ADVERTISEMENT
"Saya nari begini anggap saja olahraga, Mas. Alhamdullilah badan saya juga masih sehat," ujar Ari kepada wartawan. Susah senang sudah pernah Ari alami dalam menjadi penari kontemporer di jalanan, akan tetapi Ari senang dengan apa yang sudah ia lakukan, karena dapat menghibur sekaligus memperkenalkan budaya kepada masyarakat khususnya anak-anak melalui media seni tari. Ari juga menambahkan bahwa hasil dari menari di jalanan sudah dianggap cukup untuk memenuhi kebetuhan sehari-hari Ari dan keluarga.