Mahasiswa & AI : Ancaman Matinya Sebuah Pola Pikir dan Kreativitas

Alfin Syaghaf Ramadhan
Saya merupakan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNNES
Konten dari Pengguna
20 Juni 2024 17:13 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alfin Syaghaf Ramadhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Manusia yang Bergantung pada AI
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Manusia yang Bergantung pada AI
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kuliah dapat meningkatkan kemampuan kritis mahasiswa dan menjadikannya lebih peduli terhadap isu-isu yang terjadi di sekitar dirinya. Hal ini dapat dirasakan oleh mahasiswa itu sendiri. Mahasiswa dituntut untuk selalu memahami perspektif yang diberikan oleh orang lain dalam suatu isu dan memberikan perspektif yang baru dari pemahaman tersebut sebagai syarat lulus untuk kuliah. Program-program kuliah seperti KKN (Kuliah Kerja Nyata) juga mendukung statement ini karena mengharuskan mahasiswa tersebut untuk terjun langsung ke lapangan dan berpikir kritis terhadap permasalahan yang terjadi di suatu daerah.
Namun, apakah statement kuliah untuk merubah pola pikir masih bisa disebut relevan pada zaman sekarang ini, dimana mahasiswa sekarang lebih mengandalkan AI (Artificial Intelligence) dibandingkan dengan pemikirannya sendiri? AI yang awalnya dibuat untuk mempermudah segala urusan manusia kini telah disalahgunakan secara masif didalam dunia perkuliahan. AI seperti ChatGPT contohnya, AI tersebut telah disalahgunakan oleh mahasiswa untuk mengerjakan tugas-tugas harian hingga skripsi. Mahasiswa kini tidak perlu repot-repot lagi untuk memahami berbagai macam materi perkuliahan dan perspektif yang diberikan oleh orang lain, cukup ketikkan kata-kata perintah atau prompt dan AI akan melakukan hal ini untuk mahasiswa tersebut.
ADVERTISEMENT
Mungkin terdengarnya seperti sebuah skenario film-film utopia, dimana segala keresahan mahasiswa seperti tugas yang menumpuk, pemahaman materi yang sulit, semuanya hilang dikarenakan adanya bantuan AI. Namun, penggunaan AI yang seperti demikian dapat memiliki dampak negatif yang begitu besar pada mahasiswa. Pemahaman materi perkuliahan dan berbagai macam perspektif dari orang lain merupakan esensi dari perkuliahan. Hal tersebutlah yang mengembangkan pola pikir dan kreativitas seorang mahasiswa. Ketika pemahaman yang membutuhkan proses ini digantikan dengan gratifikasi instan oleh AI, maka proses perkembangan pola pikir dan kreativitas mahasiswa tidak akan terjadi. Perkuliahan kini telah kehilangan esensinya. Mahasiswa tidak lagi pergi kuliah untuk mengembangkan pola pikir dan kreativitasnya, melainkan membunuhnya.
Lalu, bagaimana solusi yang dapat kita terapkan agar skenario AI-pocalype ini dapat dikurangi atau diberantasi dalam dunia perkuliahan? Terdapat beberapa solusi yang bisa diterapkan mengenai hal ini. Mulai dari akar, dunia perkuliahan atau bahkan pendidikan secara keseluruhan harus menekankan nilai-nilai kejujuran kepada setiap peserta didiknya. Lalu, kita dapat menggunakan AI untuk melawan AI. Faktanya, pada saat ini sudah banyak AI yang dapat digunakan untuk mendeteksi penggunaan AI seperti GPTZero, Originality.AI, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT