Omotenashi: Keramahtamahan Ala Jepang Khususnya Dalam Bidang Pariwisata

Alfina Mutiara Ramidan
Mahasiswa Studi Kejepangan Univeritas Airlangga
Konten dari Pengguna
4 Oktober 2022 17:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alfina Mutiara Ramidan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : https://unsplash.com/photos/9RZrgD8jaws
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : https://unsplash.com/photos/9RZrgD8jaws
ADVERTISEMENT
Jepang merupakan negara di Asia Timur yang menjadi satu dari negara dengan destinasi wisata terbesarnya yang sering dikunjungi oleh turis dari mancanegara. Para turis tersebut tidak hanya pergi berlibur saja, tetapi biasanya juga ikut mempelajari dan menilai kebudayaan dari negara tersebut. seperti yang kita ketahui bahwa Jepang sangat terkenal dengan pelayanannya yang royal, terutama dalam bidang pariwisata seperti pada penginapan, restoran, ataupun transportasi.
ADVERTISEMENT
Sama halnya dengan omotenashi. Omotenashi (おもてなし) berasal dari kata “motenashi” yang artinya hospitality atau keramahtamahan, sedangkan awalan “O” untuk menunjukkan penghormatan terhadap kata yang dilekatinya. Jadi, omotenashi dapat diartikan sebagai sebuah pelayanan yang diberikan kepada tamu dengan sepenuh hati dan tidak mengharapkan imbalan apa pun.
Omotenashi merupakan sebuah bentuk pelayanan yang di mana bertujuan untuk membuat konsumen merasa sangat puas walaupun hanya dalam satu kali berkunjung. Orientasi dari omotenashi ini sendiri yaitu kesempurnaan dalam pelayanan, kesempurnaan pelayanan yang diberikan bahkan diusahakan agar di luar ekspektasi konsumen.
Omotenashi pada dasarnya merupakan sebuah konsep yang sangat dekat sekali hubungannya dengan keramahan. Sikap keramahan ini menjadi unsur utama yang dijualkan kepada para konsumen. di samping itu, omotenashi juga menjadi hal yang penting dalam aspek hospitality terutama dibidang pariwisata.
ADVERTISEMENT
Berikut lima aspek hospitality menurut Al-Alsheikh yang ada dalam omotenashi.
1. Seiri (整理)
Seiri berarti mengklasifikasikan serta menghapus item-item yang sekiranya sudah tidak dibutuhkan lagi. Selain itu, juga menandai setiap item yang sekiranya masih diperlukan dan menaruhnya jauh dari lingkungan kerja, agar tidak tercampur dengan yang lain.
2. Seiton (整頓)
Seiton berarti mengatur tempat dan barang-barang tertentu, serta mengatur segala sesuatunya sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan. Tempat untuk segala sesuatu dan segala sesuatu ditempatnya.
3. Seiso (清楚)
Seiso berarti membersihkan dan memeriksa secara detail tempat kita bekerja setiap hari. Setiap shift yang sedang melakukan pembersihan harus membersihkan dan membereskan tempat bekerjanya tersebut sebersih dan serapih mungkin, dan mereka tidak diperbolehkan untuk pulang sampai tempat tersebut sudah bersih dan beres.
ADVERTISEMENT
4. Seiketsu (清潔)
Seiketsu berarti menyeimbangkan antara kualitas, kesederhanaan, dan keindahan. Yang juga digunakan sebagai manajemen visual sebagai sebuah panduan untuk makin berkembang ke depannya.
5. Shitsuke (躾け)
Shistuke berarti kebiasaan praktik dengan terus memantau kepatuhan proses serta memvalidasi segala sesuatu yang sesuai dengan standar.
Salah satu contoh dari bentuk pelayanan omotenashi adalah ketika pengunjung meninggalkan restoran, maka para pelayan akan membungkukkan badan mereka sambil mengucapkan “terima kasih”. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk omotenashi dengan cara menghormati pengunjung atau tamu. Rata-rata setiap restoran akan memasang informasi terkait dengan bahan-bahan yang digunakan pada makanan dan minuman yang ada pada menu. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah bahan yang digunakan merupakan pemicu alergi atau tidak. Termasuk juga dengan informasi yang terkait halal atau tidaknya makanan bagi seorang muslim, di sini bertujuan untuk memudahkan para turis muslim agar mereka tidak salah memilih menu yang memang tidak halal.
ADVERTISEMENT
Contoh bentuk omotenashi lainnya, yaitu pelayanan yang ditawarkan oleh penginapan tradisional di Jepang atau ryokan. Para tamu yang menginap di ryokan secara otomatis akan dilayani oleh para staf layaknya seorang raja. seperti ketika staf ryokan sedang mengunjungi kamar tamu, mereka tidak lupa untuk mengetuk terlebih dahulu pintu kamar tamu. Untuk ketukan yang kedua mereka tidak langsung mengetuknya melainkan menunggu beberapa saat, jeda waktu antara ketukan satu dengan yang selanjutnya pun diatur sedemikian rupa. Tujuan dari hal tersebut adalah agar sang tamu tidak terburu-buru untuk membuka pintu, yang pastinya juga demi kenyamanan tamu itu sendiri.
Semua hal tersebut merupakan bentuk dari omotenashi, di mana memberikan sebuah pelayanan agar para konsumen bisa merasa puas dan berkesan ketika mengunjungi suatu tempat, terutama yang ada di sektor pariwisata.
ADVERTISEMENT
________________________________________________
Referensi :
Janti, Ilma. 2020. Peran Omotenashi Dalam Meningkatkan Makanan Halal Di Jepang. Jurnal Sosiologi Reflektif. 14(2): 394-396.
Rosliana, Lina. 2018. Omotenashi: Budaya Keramahtamahan Di Jepang (Akar Budaya Dan Manifestasinya). Jurnal Kiryoku. 2(3): 135-136
Salindri, Yerika dan Annisa, Nurul. 2018. Kajian Omotenashi Dalam Pelayanan Pengunjung Di Restoran Jepang (Studi Kasus : Kepuasan Pengunjung Terhadap Pelayanan Food And Beverage). International Conference of Japanese Language Education (ICoJLE). Hal 22.