Konten dari Pengguna

Trikotilomania: Memahami dan Mengatasi Dorongan Tak Terkendali

Alprida Patmana Laludin Rumi
Mahasiswa Universitas Airlangga
10 Juni 2024 8:34 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alprida Patmana Laludin Rumi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kesehatan mental merupakan hal yang memang tidak terlihat secara langsung namun bisa dirasakan pada setiap individunya. Di zaman sekarang, kesadaran akan pentingnya kesehatan mental semakin mendapat perhatian yang lebih besar. Penyakit mental sudah tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang tabu atau diabaikan, melainkan sebagai masalah kesehatan yang memberikan pengaruh serius pada individu di seluruh dunia. Dengan meningkatnya tekanan hidup modern, tantangan sosial, dan perubahan lingkungan yang cepat, penting untuk memahami bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Kesadaran akan penyakit mental membantu menghilangkan stigma yang melekat pada diri setiap individu, sehingga siapapun yang mengalami masalah tersebut akan merasa lebih nyaman untuk mencari bantuan dan dukungan. Dengan demikian, memperkuat kesadaran terhadap kesehatan mental tidak hanya menguntungkan individunya saja, tetapi juga masyarakat secara keseluruhan, dalam arti membuka pintu untuk pemahaman yang lebih baik, pencegahan, dan perawatan yang lebih efektif.
Foto asli dari penulis sebagai ilustrasi gejala Trikotilomania.
Trikotilomania adalah sebuah gangguan mental yang serius yang memengaruhi banyak individu di seluruh dunia. Trikotilomania diklasifikasikan sebagai gangguan impuls kontrol dan merupakan sebuah gangguan perilaku menarik rambut secara berulang yang bersifat kronis dan mengakibatkan terjadinya kerontokan rambut. Perilaku menarik rambut tersebut tidak hanya dilakukan pada area kulit kepala, namun juga pada area pubis, alis, atau bulu mata. Trikotilomania dapat terjadi pada anak-anak maupun individu dewasa. Pada individu dewasa, Trikotilomania lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria. Individu dewasa yang menunjukkan gejala trikotilomania secara kronis cenderung diawali pada masa remaja awal dan keinginan untuk menarik rambut dapat datang dan hilang dalam hitungan minggu, bulan atau tahun. Selain itu, perilaku ini dapat terjadi dalam episode yang singkat, namun sepanjang hari atau dalam episode yang jarang namun terjadi hingga memakan waktu beberapa jam (DSM IV-TR).
ADVERTISEMENT
Gangguan ini ditandai dengan dorongan yang kuat untuk menarik atau mencabut rambut dari bagian tubuh tertentu secara berulang-ulang. Kebiasaan ini dapat muncul pada saat individu berada dalam situasi yang tenang atau netral, seperti saat menonton TV, membaca buku, bekerja di depan komputer dan sebaliknya dapat juga terjadi dalam situasi yang penuh tekanan. Hal ini dapat menyebabkan kebotakan, luka, dan masalah lainnya yang dapat signifikan memengaruhi kualitas hidup seseorang. Beberapa perilaku lainnya yang dapat muncul dalam gangguan Trikotilomania berdasarkan DSM IV-TR, yaitu memeriksa akar rambut, memutar-mutar rambut, menarik rambut dengan menggunakan gigi atau memakannya, menarik rambut dari hewan peliharaan, boneka ataupun bahan berserat lainnya (DSM IV-TR; Grzesiak dkk, 2017). Meskipun kebiasaan ini terlihat tidak membahayakan, trikotilomania sebenarnya merupakan gangguan serius yang membutuhkan perhatian dan intervensi yang tepat. 
ADVERTISEMENT
Penyebab pasti trikotilomania masih belum sepenuhnya dipahami, namun ada beberapa faktor telah diidentifikasi sebagai faktor yang mungkin berkontribusi terhadap perkembangannya. Salah satunya adalah faktor genetik, dimana beberapa penelitian menunjukkan bahwa individu dengan riwayat keluarga yang memiliki gangguan serupa memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan trikotilomania. Selain itu, faktor lingkungan juga dapat memainkan peran, dengan situasi stres atau tekanan yang tinggi sering dikaitkan dengan peningkatan gejala trikotilomania. Ketidakseimbangan kimia otak juga telah diusulkan sebagai penyebab potensial, dengan zat-zat kimia seperti serotonin dan dopamin dikaitkan dengan perkembangan gangguan tersebut.  Hasil penelitian (Gretchen J. Diefenbach, Tolin, Hannan, Crocetto, & Worhunsky, 2005) menemukan bahwa individu dengan trikotilomania memiliki tingkat kepuasan hidup yang rendah, tingkat distress yang tinggi, rendahnya self esteem, dan adanya kecemasan sosial. Berdasarkan hasil penelitian (Demetriou, 2019) stres merupakan variabel yang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kesulitan regulasi emosi pada individu dengan trikotilomania. 
ADVERTISEMENT
Gejala trikotilomania dapat bervariasi dari ringan hingga parah. Individu yang mengalami trikotilomania merasakan adanya penurunan yang lebih besar terhadap perasaan kebosanan, kesedihan, kemarahan dan ketegangan, diikuti dengan peningkatan perasaan menyenangkan yang signifikan selama menarik rambut. Kemudian terdapat perubahan emosi yang dirasakan individu dengan trikotilomania selama menarik rambut hingga usai menarik rambut, yaitu peningkatan perasaan bersalah, sedih dan marah (Gretchen J. Diefenbach, Tolin, Meunier, & Worhunsky, 2008). Gejala-gejala ini dapat menyebabkan tekanan emosional dan fisik yang signifikan bagi individu yang mengalami trikotilomania, juga dapat mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan mereka. 
Serupa dengan pendapat (Gretchen J. Diefenbach et al., 2008), (Schreiber, Odlaug, & Grant, 2011) menyatakan sensasi fisiologis yang dirasakan saat menarik rambut dapat menjadi penguat positif bagi individu karena bersifat menyenangkan dan memunculkan perasaan lega setelah menarik rambut. Perasaan cemas ataupun depresi dapat mendorong individu untuk menarik rambut dengan tujuan mengalihkan diri mereka dari berbagai hal-hal yang menekan dan pemikiran yang tidak menyenangkan. Perilaku ini kemudian dapat menjadi bentuk coping stress bagi individu. 
ADVERTISEMENT
Jika trikotilomania tidak diatasi, dampaknya bisa sangat merugikan bagi individu yang mengalaminya. Penarikan berulang rambut bisa menyebabkan kerusakan permanen pada kulit kepala dan rambut, seperti kebotakan parsial atau bahkan total di area yang sering ditarik. Selain itu, gangguan ini seringkali memicu perasaan malu dan rendah diri karena individu mungkin merasa tidak mampu mengendalikan perilaku mereka. Hal ini dapat mengganggu hubungan sosial, profesional, dan pribadi, serta mengurangi kualitas hidup secara keseluruhan. Kecemasan, depresi, dan stres yang terkait dengan trikotilomania juga dapat memperburuk kondisi mental seseorang. Dampak fisik seperti sakit kepala, ketegangan otot, dan kerusakan pada kulit kepala juga dapat terjadi. Individu yang mengalami trikotilomania mungkin juga kesulitan menjalani aktivitas sehari-hari dan bisa mengalami isolasi sosial karena rasa malu dan kecemasan yang mereka alami. Oleh karena itu, penting untuk mencari bantuan dan dukungan profesional untuk mengatasi trikotilomania agar dapat mengurangi dampak negatifnya dan meningkatkan kualitas hidup.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi trikotilomania, ada beberapa langkah yang dapat diambil. Pertama-tama, penting untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental yang berpengalaman, seperti psikolog atau psikiater. Terapi perilaku kognitif (CBT) telah terbukti efektif dalam mengobati trikotilomania, dengan membantu individu dalam mengidentifikasi dan mengubah pola pikir, serta perilaku yang memicu atau memperburuk gejala. Penerapan teknik HRT terdiri dari tiga komponen, yaitu awareness training and self monitoring, stimulus control dan competing response procedures. Pada setiap komponsen tersebut, individu akan belajar menyadari kehadiran dorongan menarik rambut, menghindari situasi yang memicu perilaku tersebut, dan mengganti perilaku maladaptif tersebut menjadi perilaku yang adaptif (Morris et al., 2013). Dalam beberapa kasus, dokter dapat meresepkan obat-obatan, seperti antidepresan atau obat penenang, untuk membantu mengurangi gejala trikotilomania. Perlu digaris bawahi juga bahwa penting bagi individu yang mengalami trikotilomania untuk mendapatkan dukungan emosional dan praktis dari keluarga dan teman-teman mereka, serta untuk mengidentifikasi dan menghindari situasi atau stresor yang dapat memicu dorongan untuk menarik atau mencabut rambut.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, trikotilomania adalah gangguan mental serius yang membutuhkan perhatian dan perawatan yang tepat. Kebiasaan dari seseorang yang mengalami gangguan ini tidak bisa dianggap hal yang enteng atau setengah mata saja. Perlu adanya intervensi yang tepat sehingga nantinya akan ada banyak individu yang mengalami trikotilomania dapat belajar mengelola gejala dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Selain itu, penting bagi individu yang mengalami trikotilomania untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental yang berpengalaman dan mendapatkan dukungan dari keluarga dan teman-teman mereka dalam proses pemulihan.
Daftar Pustaka 
P.Y.T. DEWI & A. KURNIAWAN. (2020). Dinamika psikologis individu yang mengalami Trikotilomania. Jurnal Psikologi Udayana. Vol.7, No.1. 42. 
Riza, Wina Lova. PENERAPAN TERAPI BEHAVIORAL KOMPREHENSIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN COPING PADA SUBJEK TRIKOTILOMANIA. Fakultas Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang. 
ADVERTISEMENT