Alternatif Pembalut Sekali Pakai yang Mencemarkan Lingkungan, Berani Coba?

Alvina Patricia
I am an undergraduate student, studying Mechatronics Engineering at Parahyangan Catholic University, Bandung, Indonesia.
Konten dari Pengguna
16 Januari 2022 23:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alvina Patricia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar menstrual cup dan pembalut sekali pakai, source: https://media.istockphoto.com/photos/menstrual-cup-as-a-convenient-alternative-picture-id1160193072?k=20&m=1160193072&s=612x612&w=0&h=HR7SS7jMMLn268vCuIyEc401DIWZtKk4KiEfuYeTZtc=
zoom-in-whitePerbesar
Gambar menstrual cup dan pembalut sekali pakai, source: https://media.istockphoto.com/photos/menstrual-cup-as-a-convenient-alternative-picture-id1160193072?k=20&m=1160193072&s=612x612&w=0&h=HR7SS7jMMLn268vCuIyEc401DIWZtKk4KiEfuYeTZtc=
ADVERTISEMENT
Menurut Setyaningtyas (2018), sampah pembalut sekali pakai di Indonesia mencapai 26 ton per hari. Sampah pembalut tersebut akan mengeluarkan gas metana yang memiliki kekuatan 25 kali lipat dibandingkan gas karbon dioksida dalam menyebabkan pemanasan global.
ADVERTISEMENT
Ditambah lagi kandungan plastik dalam pembalut bekas membutuhkan waktu puluhan sampai ratusan tahun untuk terurai. Saat plastik terbawa ke lautan, plastik akan berubah menjadi mikroplastik yang menjadi sarang zat-zat beracun.
Bayangkan ketika mikroplastik tersebut dimakan oleh ikan-ikan di laut, lalu manusia memakan ikan tersebut. Racun dari mikropastik akan masuk ke dalam tubuh kita, seperti contohnya toksin yang dapat menyebabkan kanker.
Oleh sebab itu, kita perlu menjaga lingkungan karena menjaga lingkungan sama dengan menjaga diri kita sendiri. Salah satu solusinya adalah penggunaan menstrual cup yang dapat mengatasi masalah pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh banyaknya limbah pembalut sekali pakai.
Menstrual cup adalah cawan elastis yang digunakan untuk menampung cairan haid. Cara menggunakannya adalah memasukkan menstrual cup ke dalam organ intim wanita. Setelah 4-12 jam, menstrual cup harus dibersihkan lalu dipakai kembali.
ADVERTISEMENT
Bagi orang-orang yang sudah mencoba, mereka berpendapat bahwa menstrual cup lebih nyaman digunakan dibandingkan dengan pembalut sekali pakai. Hal itu disebabkan karena ketika menggunakan pembalut sekali pakai saat menstruasi, seringkali pengguna mengalami iritasi, terdapat bau yang tidak enak, lembab, gatal-gatal, dan hal tidak menyenangkan lainnya.
Namun ketika menggunakan menstrual cup semua hal buruk itu lenyap, bahkan terasa seperti tidak sedang menstruasi. Mengutip laman CNN Indonesia, Senin (15/04/2019), keram perut yang sering dialami Annisa Steviani saat mentruasi pun hilang ketika menggunakan menstrual cup. Sebenarnya selama ini Annisa mengalami iritasi saat memakai pembalut sekali pakai, namun tidak ada pilihan lain. Sejak Annisa mengenal menstrual cup, Annisa tidak menggunakan pembalut sekali pakai lagi.
ADVERTISEMENT
Selain nyaman dan ramah lingkungan, biaya menggunakan menstrual cup juga lebih hemat dibandingkan dengan menggunakan pembalut sekali pakai. Dalam jangka waktu dekat, memang kelihatannya pembalut sekali pakai lebih murah. Misalkan menstruasi berlangsung selama 6 hari per bulan, dan dalam sehari diperlukan dua buah pembalut untuk siang dan malam. Harga pembalut untuk siang hari adalah Rp1.484 dan untuk malam hari Rp1.753. Maka total pengeluaran dalam sepuluh tahun adalah Rp2.330.640.
Sedangkan harga dari menstrual cup bervariasi mulai dari Rp500.000 sampai dengan Rp700.00, namun dapat dipakai ulang selama 10 tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam jangka waktu panjang, menggunakan menstrual cup terbukti jauh lebih hemat biaya.
Stigma keperawanan yang hilang ketika menggunakan menstrual cup menjadi faktor utama yang menghambat wanita di Indonesia untuk mencoba alternatif pembalut sekali pakai ini. Mereka takut selaput dara mereka akan rusak karena dimasukkan menstrual cup.
ADVERTISEMENT
Padahal selaput dara sejak awal memang memiliki lubang, dibuktikan dengan adanya darah yang keluar saat menstruasi. Namun ukuran lubang dan ketebalan selaput dara setiap wanita tentunya berbeda-beda. Menurut dr. Reza Fahlevi (2021), menggunakan menstrual cup tidak akan merusak selaput dara jika dilakukan dalam keadaan rileks, dengan teknik yang benar, dan ukuran menstrual cup yang sesuai.
Bagi para mahasiswi yang berminat untuk mencoba menstrual cup, disarankan untuk mencari informasi terlebih dahulu sehingga dapat menggunakan menstrual cup dengan teknik yang benar agar tidak merusak selaput dara.
Karena jika kurang paham lalu terjadi kesalahan saat mencoba menstrual cup, ada risiko dianggap sudah tidak perawan saat akan menikah dengan seorang pria. Jika tunangan Anda mengerti bahwa Anda menggunakan menstrual cup demi kenyamanan Anda, hal tersebut tidak akan menjadi masalah. Akan tetapi, jika sebaliknya, akan ada kemungkinan Anda disangka pernah melakukan hubungan seksual dengan laki-laki lain padahal tidak, dan hal itu akan merugikan Anda.
ADVERTISEMENT
Menurut saya, menstrual cup sangat cocok bagi para wanita yang sudah menikah karena produk ini lebih ramah lingkungan, lebih nyaman dipakai, dan lebih hemat biaya.
Referensi:
Fahlevi, Reza. (2021, 1 Maret). ‘Saat Haid, Amankah Menstrual Cup untuk Vagina Perawan?’. Klikdokter. https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3435762/saat-haid-amankah-menstrual-cup-untuk-vagina-perawan. Accessed 16 January 2022.
Steviani, Anissa. (2019, 15 April). ‘Lima Hari Berjibaku dengan Kegagalan Menstrual Cup’. CNN Indonesia. https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190412223617-255-385911/lima-hari-berjibaku-dengan-kegagalan-menstrual-cup. Accessed 16 January 2022.
Veronica, Celine. (2019, 23 Agustus). ‘Pembalut Sekali Pakai, Penyumbang Sampah yang Juga Berdampak Buruk Bagi Lingkungan’. National Geographic. https://nationalgeographic.grid.id/read/131817950/pembalut-sekali-pakai-penyumbang-sampah-yang-juga-berdampak-buruk-bagi-lingkungan. Accessed 16 January 2022.
Tim CNN Indonesia. (2019, 15 April). ‘Dari Pembalut Jadi Bumi yang Kian Tak Lestari’. CNN Indonesia. https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190413184940-255-386049/dari-pembalut-jadi-bumi-yang-kian-tak-lestari. Accessed 16 January 2022.