Tergelincir dan Runtuhnya Keyakinan: Memperjuangkan Ajaran dalam Novel Atheis

Alya Nuraini
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Konten dari Pengguna
23 Mei 2024 11:14 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alya Nuraini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Tersesat (Sumber: https://www.pexels.com).
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Tersesat (Sumber: https://www.pexels.com).
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Novel Atheis merupakan karya sastra dari Achdiat K. Mihardja yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1949 tepatnya di Balai Pustaka. Novel Atheis mendukung keseluruhan unsur secara padu dengan tema yang disuguhkan penuh ketegangan. Novel ini juga memilih latar cerita yang tepat dengan perkembangan watak para tokohnya. Tentu, novel ini juga mengandung pesan moral yang berhubungan dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan.
Burhan Nurgiyantoro mengatakan bahwa unsur-unsur pembangun novel meliputi plot (alur), tema, penokohan, latar, sudut pandang, bahasa, dan pesan moral. Unsur penceritaan dalam suatu fiksi naratif merupakan struktur dari pembentuk cerita. Tulisan ini akan berfokus pada tema dan pesan moral yang terkandung dalam novel Atheis.
Dapat diketahui bahwa tema merupakan konsep dasar yang mendukung struktur makna dalam sebuah karya sastra yang bersifat menjiwai dan berperan sebagai fondasi dalam pengembangan seluruh cerita. Pesan moral mencakup ajaran tentang persoalan kehidupan mengenai perbuatan, sikap dan kewajiban untuk memperjuangkan hak. Untuk informasi lebih lanjut, yuk disimak isi tulisan berikut ini!
ADVERTISEMENT

Tema

Pada novel Atheis tema yang disuguhkan penuh dengan ketegangan antara keyakinan theisme dan atheisme. Tema pada novel Atheis adalah persoalan manusia dengan Tuhan-Nya tentang kehidupan agama seseorang yang tidak mempunyai keyakinan secara utuh. Sebelumnya, perlu diketahui bahwa isi dari cerita novel Atheis diangkat pada saat terjadi peperangan Jepang.
Hasan merupakan tokoh utama dalam cerita yang berasal dari keluarga sangat religius. Sejak kecil, Hasan mendapatkan didikan yang keras dari ayahnya dan ibunya selalu memberikan perintah untuk rajin beribadah dan mengaji. Ia sering kali digambarkan surga dan neraka oleh ibunya melalui dongeng. Gambaran neraka menimbulkan perasaan takut akan hukuman dan siksaan. Perintah untuk beribadah disampaikan oleh ibunya agar Hasan selamat dunia dan akhirat.
ADVERTISEMENT
Singkatnya, Hasan tumbuh menjadi laki-laki dewasa dan menganut tarekat seperti kedua orang tuanya. Ia mencintai seorang gadis bernama Rukmini, sehingga mempunyai niat untuk menikahi dan hidup bersama, namun cintanya terhalang karena perbedaan kasta. Dengan demikian, mereka tidak dapat bersatu. Sejak memeluk ilmu tarekat, Hasan rajin menjalankan ibadah dan beberapa amalan di dalamnya, sehingga merasa menjadi manusia yang sudah sempurna. Hal ini dibuktikan pada kutipan berikut.
Hasan pergi merantau ke Bandung untuk bekerja. Pada suatu hari, ia bertemu Rusli teman kecilnya. Di samping itu, fokus Hasan tertuju kepada salah seorang dan ia mengira itu adalah sosok Rukmini pujaan hatinya yang sangat ia cintai, ternyata dirinya salah. Perempuan itu bernama Kartini, dan Rusli berkata bahwa Kartini itu adiknya. Sore hari tiba, Hasan pun pergi berkunjung ke kediaman Rusli. Di sana mereka saling bertukar cerita, ternyata Hasan mengetahui bahwa ia dengan Rusli berbeda keyakinan.
ADVERTISEMENT
Pada waktu yang bersamaan, hal yang disembunyikan terungkap bahwa sebenarnya Kartini adalah teman Rusli. Kehidupan mereka sangat bebas, mereka berdua menganut paham marxisme. Hasan bertekad untuk menyadarkan dan mengislamkan mereka, namun tekadnya bercerai berai. Hasan tidak kuasa membantah argumentasi yang dilontarkan Rusli, seperti pada kutipan berikut.
Keyakinan agama Hasan tidak didasari pada Al-Qur’an dan Hadits. Maka dari itu, keyakinannya mudah hancur. Perdebatan dengan Rusli berdampak pada keyakinannya, pikiran Hasan menjadi terganggu. Hal ini dibuktikan pada kutipan berikut.
ADVERTISEMENT
Perkataan Rusli sangat berpengaruh besar bagi jiwa Hasan. Hadirlah Anwar yang merupakan teman lama Rusli, ia sempat berkata:
Anwar mempunyai pendirian dan selalu berpegang teguh bahwa ia menganggap dirinya adalah Tuhan yang mampu mengabulkan segala keinginannya dengan berbagai cara yang ia lakukan. Dalam novel ini terdapat pula tema yang berisi pertentangan etika dan masalah agama antar tokoh. Kepercayaan Hasan goyah karena perkataan Rusli, ia merasa dirinya atheis namun tidak mau disebut sebagai atheis.
Suatu hari, Hasan memutuskan untuk pulang kampung bersama Anwar, ayahnya melihat perubahan yang signifikan pada diri Hasan. Ia menjadi seseorang yang sangat menentang kedua orang tuanya, bahkan ia menentang untuk menikah dengan Fatimah saudara angkatnya, justru ia bertekad untuk menikahi Kartini tanpa persetujuan kedua orang tuanya. Hasan pun memutuskan hubungan dengan kedua orang tuanya.
ADVERTISEMENT
Ia menikahi Kartini dengan harapan bisa mengembalikan ke jalan yang benar, akan tetapi pernikahan mereka jauh dari kebahagiaan, Kartini hidup dengan bebas. Sering kali Kartini pergi bersama Anwar, hal itu menjadi permasalahan besar untuk rumah tangganya. Pada akhirnya mereka bercerai. Hasan menyesal karena temannya sudah membawa kepada jalan yang sesat.
Hasan mengidap penyakit TBC dan itu membuat Hasan merasa dirinya sudah tidak kuat lagi. Ia memutuskan untuk kembali ke rumah, namun kehadirannya ditolak oleh ayahnya. Ayah Hasan sakit parah, tak lama dari itu ayahnya meninggal dunia dan Hasan kembali ke Bandung.
Tibanya di Bandung, penyakit Hasan kambuh. Ia memutuskan untuk menginap di salah satu tempat penginapan sekaligus menghindari serangan tentara Jepang, namun ia mendapati nama Anwar dan Kartini dalam buku tamu. Dirinya tak dapat menahan amarah dan berniat untuk membunuh Anwar pada malam itu, namun siapa sangka justru dirinya tertembak peluru oleh tentara Jepang pada paha kirinya hingga tewas.
ADVERTISEMENT

Pesan Moral

Setelah membaca novel Atheis secara saksama, terdapat banyak pesan moral yang dapat dipetik dan dapat dijadikan sebagai pembelajaran bagi para pembaca agar selalu berhati-hati. Pembaca dapat merenungkan pentingnya penanaman nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai kemanusiaan juga ditekankan atas perbedaan ideologi atau kepercayaan. Kebebasan berpikir dan menghargai adanya perbedaan keyakinan perlu ditelaah secara kritis agar tidak menerima begitu saja tanpa menyaring dan mempelajarinya terlebih dahulu.
Dalam menerima perubahan dan menjaga tradisi akan menjadi tepat jika menemukan keseimbangan. Di mana pun berada, ingatlah selalu pesan dan nasihat baik orang tua, sebab orang tua mengetahui suatu hal yang terbaik untuk anak-anaknya, karena rida Tuhan bergantung pada rida kedua orang tua. Maka dari itu, hormati, patuhi, dan taati perintah kedua orang tua. Membiasakan diri ke arah yang lebih baik akan membawa pribadi menjadi lebih baik pula. Tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya terjebak di jalan yang salah.
ADVERTISEMENT
Lingkungan pergaulan dan teman-teman memiliki pengaruh besar terhadap pandangan seseorang. Maka dari itu, berhati-hati dan pandailah dalam bergaul agar tidak salah pergaulan dan tidak tersesat ke jalan yang tidak tepat. Penting untuk menghidupkan lingkungan sosial yang berpegang erat pada ajaran agama yang lurus dan tidak bertentangan agar tak tersesat. Wawasan yang luas juga sangat berperan penting agar tidak mudah menerima suatu hal baru tanpa mencari tahu kebenarannya.
Selain itu, pencarian kebahagiaan dan makna hidup sangat penting dan harus berlandaskan pada perjalanan spiritual dan intelektual. Penting bagi seseorang untuk berpegang teguh pada prinsip atau pendirian agar tidak mudah goyah oleh hal yang tidak baik, jangan mudah percaya pada perkataan orang lain, tentu jangan sampai pula ingkar kepada agama yang sudah dianut. Jika sudah meyakini suatu agama, berpegang teguhlah pada pendirian, lakukanlah ibadah secara maksimal dan penuh tanggung jawab.
ADVERTISEMENT
Perbaikilah hubungan dengan Tuhan agar selalu percaya pada takdir. Bersikap jujur, dan bijaksanalah dalam hal apa pun agar menjadi pribadi yang kokoh untuk tetap bertahan dan tidak hancur. Perlu diketahui, kehidupan manusia yang kekal dan abadi hanyalah akhirat, maka jangan terlalu mencintai dunia dan mencari kebahagiaan di dunia semata.
.
.
.

Daftar Pustaka