Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Peredaran Jumlah Uang di Masa Pandemi

Amalia Elena
Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Malang
Konten dari Pengguna
11 Januari 2022 10:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Amalia Elena tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
World Healt Organization (WHO) resmi menetapkan wabah Coronavirus Disease 19 (covid-19) sebagai pandemi. Menurut KBBI pandemi merupakan wabah yang berjangkit serempak di mana-mana atau meliputi geografi yang luas. Penyebaran wabah Covid-19 ini telah meluas di Indonesia dan berdampak pada penurunan perekonomian global. Otoritas moneter tentu saja berupaya membuat kebijakan untuk menahan pelemahan ekonomi supaya perekonomian Indonesia tidak jatuh terpuruk. Siapa pemegang otoritas moneter pada negara kita? pemegang otoritas moneter yang memiliki wewenang untuk mengatur tingkat suku bunga dan peredar uang yaitu Bank Indonesia.
https://www.istockphoto.com/id/foto/random-layout-photo-rupiah-paper-money-50000-100000-dan-75000-di-brown-envelope-di-gm1315431474-403411158
BI telah memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan atau BI-7 Day Reserve Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50%. Angka 3,50% merupakan acuan suku bunga yang telah berada pada tingkatan terendah. Seperti yang kita ketahui bahwa tingkat suku bunga ini menjadi sebuah isyarat bagi Bank Indonesia jika ingin melakukan pengetatan uang yang beredar atau melakukan ekspansi uang. Dapat dipantau pada data BPS bahwa uang beredar dalam arti luas (M2) meliputi M1, uang kuasi (mencakup tabungan, simpanan berjangka dalam rupiah dan valas, serta giro dalam valuta asing) meningkat pada Oktober 2021 sebesar 7.491.704,38 (miliaran rupiah) atau tumbuh 10,4%(yoy) lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya (8,2%, yoy). HHal tersebut disebabkan apabila tingkat suku bunga menurun maka akan berpengaruh pada peningkatan jumlah uang yang beredar.
ADVERTISEMENT
Agustina Fitria, Financial Planner OneShildt mengatakan di tengah kondisi suku bunga rendah, investor dengan profil risiko agresif akan semakin percaya diri untuk masuk ke investasi saham. "Sebelum suku bunga turun, investor agresif cenderung menahan diri masuk ke saham, tapi kalau suku bunga sudah turun mereka akan langsung switch dana investasinya ke saham," kata Agustina, Jumat (19/2).
Rendahnya suku bunga ini dapat meguntungkan pasar modal karena masyarakat lebih berminat untuk melakukan kegiatan investasi, seperti pembelian saham, pembelian obligasi, dan pembelian surat berharga lainnya dibandingkan menabung pada bank. Jika masyarakat menyisihkan uangnya pada bank, tentu saja akan lebih sedikit mendapatkan keuntungan.
Menurut saya rendahnya tingkat suku bunga ini tidak selalu diiringi dengan dampak buruk, kenyataanya meningkatnya uang beredar dalam arti luas (M2) seiring waktu juga bisa mengoptimalkan kegiatan investasi pada pasar modal. Hal tersebut menyebabkan kenaikkan permintaan dan akan berpengaruh pada peningkatan pendapatan nasional. Selain itu dengan tingginya kenaikan uang beredar dalam arti luas (M2) dapat mendongkrak pertumbuhan bisnis juga loh! cukup banyak pelaku bisnis yang terbantu disebabkan bisa mulai meningkatkan kuantitas produksinya, dengan begitu potensi bisnisnya pun akan semakin berkembang. Apa dampaknya jika semua hal tersebut meningkat? menurut saya, dengan banyaknya dampak positif tersebut pertumbuhan ekonomi Indonesia perlahan akan membaik. Bank Sentral sudah berupaya semaksimal mungkin untuk meningkatkan perekonomian Indonesia. Dengan adanya peningkatan ekonomi tersebut maka otoritas moneter telah berhasil memulihkan perekonomian Indonesia meskipun tingkat suku bunga pada level terendah.
ADVERTISEMENT