Tiga Karakter Sang Pemburu Beasiswa

Muhammad Alwin
Seorang pembelajar di University of Queensland. Memiliki ketertarikan tentang Kewirausahaan, Kemahasiswaan, Startup, hingga Ekonomi Islam.
Konten dari Pengguna
8 Oktober 2020 11:45 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Alwin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi: VAC Global Education
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi: VAC Global Education
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini masyarakat Indonesia kerapkali disajikan tayangan film berlatar negeri asing dihiasi dengan kemegahan dan kemashuran tempat tersebut. Tak jarang cerita-ceritanya menggambarkan perjuangan pemuda tanah air yang sedang mengeyam pendidikan tinggi di sana.
ADVERTISEMENT
Beberapa diantaranya berhasil merenggut hati penonton seperti Ayat-Ayat Cinta, Negeri Van Oranje, Laskar Pelangi, hingga Bulan Terbelah di Langit Amerika dan yang terbaru Rentang Kisah. Film-film demikian menceritakan lika-liku kehidupan selama atau sebelum mengeyam kuliah di luar negeri, dilengkapi dengan bumbu percintaan, persahabatan hingga jalan-jalan ke banyak sudut bumi.
Tak hanya menghibur penonton seantero negeri, tapi juga memotivasi untuk mengenyam studi di luar negeri. Terlebih sejarah mencatat, memang banyak sekali alumni kampus luar negeri yang berhasil memberikan dampak signifikan bagi negeri ini. Di mulai dari Mohammad Hatta, Sri Mulyani, hingga para Pendekar Chicago, Nurcholish Madjid, Amien Rais, dan Ahmad Syafi'i Ma'arif.
Namun, di sisi lain, film demikian pun dapat mendorong netizen untuk studi di luar negeri dengan alasan traveling alias jalan-jalan, menikmati keteraturan dan keindahan hidup ala bule. Walau tak sepenuhnya benar, namun hal demikian bisa saja menghinggapi anak bangsa. Hal demikian erat kaitannya dengan karakter yang melatarbelakanginya dimana terdapat 3 karakter yang membentuk para hunter beasiswa.
ADVERTISEMENT
Si Bingung
Scholarship Hunter yang satu ini dihinggapi dengan jutaan pertanyaan yang biasanya menghinggapi pemuda di masa Quarter Life Crisis. Mereka bahkan tidak mengetahui sama sekali apa yang dibutuhkan untuk diri mereka sendiri. Sehingga pada akhirnya, mencari beasiswa S2 hanya sebatas mencari peluang, oportunis, agar dapat memberikan secerca kebaikan bagi masa depannya.
Karakter satu ini sangat riskan dikala gagal mengidentifikasikan kondisi internal yang meliputi kelebihan dan kekurangannya. Padahal faktor internal ini menjadi landasan utama untuk memproyeksikan masa depan, terlebih ketika menyusun rencana paska studi S2. Alhasil, kandidat memiliki alasan yang kurang dapat diterima untuk mendapatkan beasiswa, tak jurang ada orang yang menjadikan jalan-jalan sebagai alasan utama.
Tanpa mengelakan kondisi sempitnya lapangan pekerjaaan, lulusan S2 Luar Negeri pun masih memiliki potensi untuk menjadi pengangguran. Untuk itu, kehadiran alasan dan keinginan yang kuat bisa mengantarkan para pemuda ini untuk kokoh bertahan hidup dan konsisten memberikan kontribusi bagi negeri. Sehingga masa studi S1 menjadi waktu yang relevan untuk mencari the bigger why, sebuah alasan yang merepresentasikan kapasitas dan keinginan diri yang turut serta relevan dengan niat baik untuk mengembangkan negeri tercinta.
ADVERTISEMENT
Sang Pengalah
Karakter yang satu ini seolah-olah berhasil mengidentifikasi diri mereka padahal mereka terjebak dalam ruang yang membatasi diri mereka sendiri. Bejibun alasan seperti gak bisa bahasa inggris, kemampuan akademik ga bagus-bagus amat, kurang aktif berorganisasi atau ikut event-event yang positif, dan lainnya, mengantarkan para hunter untuk menundukan keinginannya.
Memang mendapatkan beasiswa S2 apalagi buat ke Luar Negeri terbilang cukup sulit, karena banyaknya saingan dan ketatnya proses seleksi. Namun, tidak banyak yang faham betul bahwa beasiswa S2 bisa diakses maksimal di umur 35 tahun, menjadikan kandidat dihadapkan dengan dua pilihan. Mendaftar sebagai freshgraduate/minim pengalaman berkarya, atau ikut seleksi sebagai praktisi yang telah memiliki kontribusi nyata.
Dalam hal ini, mereka yang ingin hunting beasiswa sebagai praktisi diberikan kesempatan sekali lagi untuk mempersiapkan apa yang memang sebelumnya belum memenuhi syarat. Kesempatan untuk fokus dalam karirnya lagi berikhtiar mempelajari bahasa asing selaku fundamental requirement terbuka seluas-luasnya.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, jika menjadi seorang pengusaha, ia dapat terus konsisten dalam mengembangkan usahanya, sekaligus memperluas lapangan pekerjaan. Selaku seorang pengajar, dapat terus semangat dan giat melakukan berbagai inovasi cara belajar. Juga seorang politisi muda, bisa secara kontinu untuk mendengar suara-suara rakyat yang kurang mendapat keadlian.
Si pengalah sekali lagi penting untuk memahami dirinya berikut mendapat bekal pemahaman tentang narasi paska kampus. Sangat disayangkan bagi mereka yang masih kuliah sudah meyakini mental pengalah, di tengah berbagai akses dan peluang yang dapat meningkatkan kapasitas diri baik online maupun offline.
Walau pada kenyataannya, menjadi diri sendiri adalah hal yang terbaik, dimana menjadi kita yang mampu berkontribusi sekamampuan, memahami pentingnya proses dan berharganya waktu, dan yang terpenting tau betul esensinya seorang mahasiswa.
ADVERTISEMENT
Seorang Biasa Aja
Ada pula hunter yang terbilang biasa aja, ia tidak terlalu mencolok kepermukaan akan kelebihannya tapi malah berhasil mengakses beasiswa S2. Ada juga yang memiliki karakter demikian, tapi sebetulnya belum menyadari betul eksistensi sebuah emas yang tertutup rapat di dalam dirinya.
Sebetulnya kondisi ini secara mendasar akan menghinggapi semua orang dimana setiap individu merupakan emas dalam bentuk dan keunikannya. Semuanya memiliki potensi untuk berkembang dan berkontribusi dengan caranya, hanya saja banyak diantara kita yang telat untuk sadar.
Ini terjadi karena beragam faktor. Mereka yang terakhir dari orang tua yang berpendidikan lagi memiliki kecerdasan emosional akan melahirkan generasi yang cepat sadar. Namun mereka yang tidak dibekali legacy demikian, memiliki jutaan faktor eksternal untuk menemukan kesadaran, Ibnu Khaldun menyebutnya sebagai Alam.
ADVERTISEMENT
Organisasi merupakan salah satu medium penting untuk menemukan hal demikian. Dinamika organisasi yang menghendaki interaksi sosial, penyelesaian masalah, dan hal lainnya yang berkaitan dengan soft-skill, tersedia dalam sebuah satuan manusia yang sama-sama mencapai tujuan. Dinamika tersebut dapat secara signifikan mengakselerasi proses penyadaran diri, menjadi sadar yang kritis bukan naif.
***
Ketiga karakter di atas dapat secara bersamaan menghinggapi seorang individu. Alhasil penting untuk diselesaikan melalui pencarian sebuah alasan terbaik lagi proporsional, terus konsisten memperbaiki diri sesuai kemampuan, dan turut serta aktif dalam dinamika sosial agar menemukan kesadaran.