Spell, Desire, Magic

“Gods of dark Magic, Gods of hate. Myself employed is my fate."

Seorang pemuda, bertubuh tinggi menghampirku. Aura gelap nyaris membuat penampakannya terkesan samar. Pekat. Bahkan untuk kulitnya yang putih pucat.

"Dark spirits of nature, this sorcerer conjures thee."

Tangannya begitu dingin, membelaiku lembut. Wajahnya begitu dekat, membuatku hanyut dalam hijau matanya. Langkahnya begitu tenang, membimbingku menuju lorong, menatap kubah hijau di luar sana.

"I conjure thee, I conjure thee, I conjure thee."

Suaranya begitu dingin, mendesiskan sebuah mantra. Puluhan, ratusan, pemuda pemudi bertubuh transparan bangkit memenuhi kubah hijau di depanku. Berteriak, menggeram, mengecam, menyerukan kebebasan.

"Heed my call dark essences that roam. Heed my call I ask with my heart and my soul."

Ia memanggil, pemuda pemudi itu terdiam. Menghunuskan tatapan kosong mereka ke arahku. Mengumandangkan satu suara, membakar sisi terdalam dari diriku yang telah lama mati.

"Bring forth all your power; bring forth all your might."

Panas. Tubuhku bergetar hebat, menahan kekuatan besar yang menginginkan kebebasan dari segel jasmani. Panas. Pikiranku menjadi liar, sementara mereka berteriak kegirangan.

"Strip obstacles to ashes, disintegrate them from sight."

Ini giliranku. Ia telah memilihku. Melepaskan sisi lainku, menjalani takdir, hancurkan semua yang ada dari pandanganku.

"Let my hearts desires and wishes be met."

Kekuatan besar ini, menghancurkan semuanya. Lantai putih tergenang oleh lautan darah. Teriakan ketakutan dari para pembual menjadi alunan melodi indah yang menaikkan semangatku. Indah. Wajah-wajah ketakutan yang indah.

"Let no individuals be put to death.”

Membunuh? Tidak. Pria itu berkata, aku hanya membantu mereka, menebus dosa dan menunjukkan jalan menuju alam surga. Mereka tidak mati, hanya berpindah ke alam berbeda.

House of Rules, 22.53.14.06.20.17