Diklat Menwa Berujung Perundungan

Amanda Putri Ristanti
Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia di Universitas Negeri Semarang
Konten dari Pengguna
30 November 2021 20:01 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Amanda Putri Ristanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : pixabay.com
ADVERTISEMENT
Belakangan ini jagat maya digegerkan dengan meninggalnya seorang mahasiswa yang sedang mengikuti diklat menwa. Mahasiswa tersebut dicurigai mengalami penggemblengan dari senior. Sebut saja nama dia adalah Bagas. Bukan kesenangan yang ia dapatkan dari kegiatan tersebut, tetapi justru kemalangan. Tidak hanya sekali, kasus penggemblengan memang tidak ada habisnya jadi perbincangan publik.
ADVERTISEMENT
Resimen mahasiswa atau akrab disapa dengan menwa adalah kegiatan yang seharusnya merangkul mahasiswa untuk membentuk mental, melatih kepemimpinan dasar dan menjadi cikal-bakal dalam menumbuhkan kesadaran bela negara di lingkup mahasiswa. Yang terkesan malah sebaliknya, dalam kegiatan menwa atau kegiatan kemahasiswaan lainnya sering kali terjadi proses gemblengan tiada habisnya hingga akhirnya beberapa nyawa melayang. Menwa adalah unit kegiatan mahasiswa di kampus, tetapi pihak kampus sering kali lalai dalam mengawasi setiap kegiatan yang dilakukan menwa.
Penggemblengan mungkin sudah tidak asing didengar oleh telinga orang awam. Tindakan yang mengarah pada kekerasan fisik, seksual dan serangan psikologi. Penggemblengan ini merupakan salah satu dari beberapa agenda dalam penerimaan mahasiswa baru atau untuk menyambut seseorang yang bergabung dalam suatu kegiatan. Di sini adalah tempat eksistensi kakak tingkat dimulai. Mereka akan memulai mengatur, memerintahkan sampai menghukum dengan sesuka hati. Di Indonesia, kasus penggemblengan yang mengarah kepada perundungan, marak terjadi menyasar kalangan pelajar maupun mahasiswa. Penindakan atau sanksi yang diberikan bagi pelaku masih saja tidak sesuai. Sanksi tersebut lebih mengedepankan terhadap asas kekeluargaan, daripada rasa kemanusiaan kepada korban penyintas yang traumatis.
ADVERTISEMENT
Menwa bukan militer, menwa hanya sebagian kecil komponen negara dalam tatanan upaya kegiatan bela negara. Lantas, mengapa menwa melakukan diklat ataupun kegiatan yang lebih keras dari militer. Dari kasus Bagas, banyak korban-korban lain mulai menyuarakan nasibnya melalui laman media sosial. Mulai dari dipukul, diperlakukan tidak pantas sampai dianiaya karena hal sepele. Katanya tidak ada junior senior, semua rukun dalam kebersamaan. Pernyataan tersebut berbanding terbalik dengan kejadian di lapangan, kesenioran turun temurun yang dilakukan untuk menyapa anggota baru.
Masih sangat banyak panitia mahasiswa yang sok berkuasa, berdiri di belakang nama baik organisasi dan menjalankan kesenioran dengan abadi. Lucu sekali, kampus yang menjadi bumerang bagi kelakuan para panitia yang tidak kemanusiaan. Anggota baru di minta tunduk terhadap seluruh aturan panitia yang tidak masuk akal. Melawan... Satu kata yang berarti adalah ditindak dengan kekerasan. Mahasiswa yang sudah terjun atau telanjur basah mencicipi praktik kesenioran akan memiliki beberapa opsi yakni keluar, diam tutup mulut atau menyelesaikan kegiatan sampai akhir.
Ilustrasi Bully Foto: Pixabay
Sikap kesenioran bukan melulu tentang stigma negatif yang dipercayai oleh beberapa orang. Sebagai budaya positif, sikap kesenioran dapat pula berbentuk upaya yang ditujukan untuk menyebarkan ilmu pengetahuan, keterampilan atau dapat pula sebagai tutor dalam pengalaman yang berbeda dari generasi sebelumnya. Kesenioran yang dilakukan oleh senior semata-mata bisa dilakukan sebatas ajang perkenalan interaksi dengan junior. Acap kali senior salah dalam mengartikan yakni membidik target yang notabene adalah mahasiswa baru atau anggota baru dalam kegiatan kampus untuk menghargai dirinya, padahal di sisi lain senior sama sekali tidak menunjukkan kualitas diri yang baik.
ADVERTISEMENT
Kampus adalah tempat untuk menuntut ilmu, mencari pengalaman, melakukan kegiatan positif dan belajar mengenai kehidupan makhluk sosial. Sudah sepatutnya kita sesama manusia yang memiliki rasa dan naluri atas dasar kemanusiaan, saling menghargai dan tidak membudayakan kesenioran. Imbas kesenioran juga tak akan ada habisnya, ada perasaan dimana seseorang akan membalas dendam tindakan itu kepada juniornya kelak. Pemikiran seperti inilah yang harus dibuang jauh-jauh.
Menwa yang merupakan komponen bela negara, terpaku pada tindakan kesenioran. Apakah mereka lupa akan norma-norma yang ada dalam Pancasila dan di mana letak kemanusiaan yang adil dan beradab. Pihak kampus tak boleh abai dalam mengawasi setiap kegiatan dan acara yang dilakukan oleh panitia, agar terhindar dari kasus kesenioran yang semakin meresahkan banyak pihak. Dengan kekerasan, mental tidak akan terbentuk dengan baik, yang ada hanyalah trauma menahun yang tak berkesudahan.
ADVERTISEMENT
Eratnya kaitan antara penggemblengan dan sikap kesenioran yakni tindakan yang dilakukan oleh para senior kepada junior, demi mementingkan kepuasan, kebaikan bersama atau tindakan mempermalukan junior. Baik itu saat masa pengenalan kampus, pengangkatan anggota kegiatan tertentu masih banyak menggunakan praktik ini dan cenderung menormalisasikan hal tersebut.
Kesenioran bisa saja dibutuhkan untuk membentuk mental mahasiswa atau anggota, namun pertanyaannya apakah metode yang dilakukan sudah ideal dalam menyampaikan esensi suatu kegiatan dan apakah tindakan kesenioran yang dilakukan menyimpang, bertentangan dengan hak kemanusiaan.
Mahasiswa membutuhkan ruang untuk bimbingan senior dalam memahami kampus, mencari pengalaman, membaca peluang dan sebagainya. Kesenioran ini dapat diperbaiki dengan bimbingan bukan eksploitasi habis-habisan pada junior. Kesuksesan adanya kesenioran dalam kampus adalah adanya timbal balik sesama manusia antara junior dan senior dalam menerapkan esensi visi misi kampus secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
Panjang umur terhadap hal-hal baik, semua keburukan harus sejalan dalam kewajaran. Apabila terjadi penggemblengan atau kesenioran, setidaknya harus ada lembaga yang terus mengawasi, memantau setiap kegiatan kampus agar kejadian kasus kekerasan, perundungan di kampus dapat dihindarkan. Satu hal yang harus diketahui banyak orang, bahwa kekerasan akan menimbulkan luka jiwa terhadap generasi penerus bangsa.