Bijak Agar Tak Terlibas di Dunia Digital

Amanda Puspanditaning Sejati
Dosen di Universitas Pendidikan Indonesia
Konten dari Pengguna
3 Januari 2021 21:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Amanda Puspanditaning Sejati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kehadiran teknologi digital seolah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari manusia modern. Berbagai aktivitas sosial telah mengadaptasi jenis teknologi ini, sehingga menciptakan pola sosial baru. Beberapa perubahan pola sosial yang dapat dirasakan di antaranya penyebaran informasi saat ini cenderung bersifat global apabila disebarkan melalui media digital, transaksi ekonomi tidak memerlukan tatap muka dengan cara memanfaatkan e-commers, dan penyedia jasa (misalnya ojek, layanan antar barang) yang mendatangi pengguna jasa.
ADVERTISEMENT
Salah satu contoh teknologi digital yang erat kaitannya dengan kita ialah ponsel (smartphone). Kehadiran perangkat berbentuk ponsel yang didukung oleh teknologi internet memungkinkan penggunanya melakukan berbagai aktivitas di dunia digital. Sebagai imbasnya, ribuan bahkan jutaan konten digital tercipta setiap saat baik dalam bentuk teks, gambar, suara, maupun video. Bahkan, saat kita berinteraksi di sosial media tanpa disadari kita telah menciptakan jejak digital baik berupa postingan status, komentar, maupun pesan pribadi. Kondisi ini menunjukkan pada kita tentang fakta bahwa kita sedang hidup di tengah limpahan informasi digital, sehingga secara tidak langsung menuntut kita untuk bijak dalam memilah informasi. Sikap bijaksana dalam memanfaatkan teknologi digital dapat diperoleh apabila seseorang menguasai literasi digital. Sebagaimana dipaparkan oleh Gilster (1997) terminologi literasi digital merujuk pada kemampuan memahami dan menggunakan informasi digital. Selain itu, seseorang yang berliterasi digital cenderung akan berhati-hati dalam menyaring dan memproduksi informasi digital.
ADVERTISEMENT
Teknologi digital yang umum digunakan
Sebagai gambaran, kilasan kasus-kasus yang muncul belakangan ini menggambarkan kegagapan litersi digital dalam konteks kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Contoh kasus yang pertama ialah kasus yang terjadi pada bulan Mei 2020 yakni penyebarluasan konten digital berupa video prank sedekah sampah yang berujung pada hukuman penjara bagi pembuatnya. Hal ini mengisyaratkan pembuat konten digital tersebut kurang memahami aturan yang terkait informasi digital, sehingga berujung pada tindakan yang merugikan dirinya. Contoh kasus yang kedua sebagaimana dilansir dalam kanal Youtube KompasTv terjadi pada Agustus 2020 yakni penyerangan Polsek Ciracas yang bermula dari hoaks yang disebarkan melalui media digital. Kasus ini mencerminkan masih ada masyarakat Indonesia yang belum mampu memilah informasi yang bersifat hoaks. Di samping itu, masih banyak kasus lain yang apabila ditelusuri penyebabnya ialah kurangnya kemampuan literasi digital di antaranya penipuan di media sosial, pembuatan konten pornografi, dan penyebaran ujaran kebencian di media sosial. Apabila kita menelusuri lebih dalam lagi, semua kasus tersebut berujung pada konsekuensi yang merugikan baik berupa sanksi pidana maupun sanksi sosial.
ADVERTISEMENT
Penguasaan literasi digital yang mumpuni akan mengarahkan pengguna teknologi digital cenderung lebih mawas diri saat berinteraksi melalui media digital. Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk mengasah kesadaran literasi digital akan dipaparkan sebagai berikut.
Berpikir Kritis. Berpikir kritis ialah hal yang pertama dilakukan saat menerima informasi yang tidak biasa (meresahkan). Kita perlu memikirkan tertang kebenaran informasi tersebut, karena tidak semua informasi yang kita dapat ialah fakta. Bersikap skeptis merupakan hal yang dianjurkan pada kondisi ini.
Menyaring Informasi. Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan ialah menyaring informasi. Kita perlu mencari tahu kebenaran informasi tersebut dengan cara membandingkannya dari berbagai sumber dengan menggunakan mesin pencari Google. Tahap ini akan mengarahkan kita pada kesimpulan ‘informasi yang kita terima merupakan fakta atau hoaks’. Apabila informasi tersebut terbukti hoaks, maka kita tidak perlu menyimpan atau bahkan menyebarkannya. Namun, apabila informasi tersebut ternyata fakta, kita perlu mempertimbangkan langkah berikutnya.
ADVERTISEMENT
Telaah Kebermanfaatan Informasi. Langkah ini dilakukan pada saat kita sudah menyakini bahwa informasi yang diterima bukahlah hoaks. Akan tetapi, keyakinan tersebut dapat memicu keinginan untuk menyebarkan. Hal yang perlu dilakukan saat kita merasa ingin menyebarkan suatu fakta ialah memikirkan manfaatnya. Apabila informasi tersebut tidak memberikan manfaat yang signifikan, maka kita tidak perlu menyebarkannya. Sedangkan, apabila informasi tersebut dirasa bermanfaat, maka kita perlu mengambil langkah berikutnya.
Telaah Urgensi Penyebaran. Langkah ini dilakukan pada saat kita meyakini bahwa informasi yang akan disebarkan dapat bermanfaat bagi masyarakat. Namun, kita perlu memikirkan urgensi penyebarannya. Apabila urgensi penyebarannya rendah, maka sebaiknya kita tidak menyebarkan informasi tersebut. Apabila urgensi penyebarannya tinggi, maka kita perlu mengambil langkah berikutnya.
ADVERTISEMENT
Berhati-hati dengan Jejak Digital. Langkah ini diambil pada saat kita merasa ingin menyebarkan suatu informasi yang menurut hasil pengamatan informasi tersebut merupakan fakta yang bermanfaat dan perlu untuk disebarkan sesegera mungkin. Namun, kita perlu memikirkan konsekuensi atas apapun yang kita publikasikan di internet. Konsekuensi yang akan terjadi ialah kita menciptakan jejak digital dan bertanggungjawab atas jejak digital tersebut. Seseorang yang berliterasi digital tentunya akan mempertimbangkan hal tersebut, sehingga dia berusaha untuk tidak menciptakan konten digital yang kelak dapat berimbas negatif di kemudian hari.