Nani Wartabone dan Persyarikatan Muhammadiyah

Amay Djibran
Gorontalo pride, mahasiswa UMM
Konten dari Pengguna
19 Februari 2023 16:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Amay Djibran tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Monumen Nani Wartabone di Kota Gorontalo sebagai simbol gerakan masyarakat Gorontalo melawan kolonialisme
zoom-in-whitePerbesar
Monumen Nani Wartabone di Kota Gorontalo sebagai simbol gerakan masyarakat Gorontalo melawan kolonialisme
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tulisan ini dibuat dalam rangka memperingati hari patriotik 23 januari 1942. Sebagai Mahasiswa asal Gorontalo yang menempuh Pendidikan di Jawa, saya harus lebih mendalami tentang sejarah – sejarah di Gorontalo salah satunya tentang peristiwa Gerakan Patriotik 23 Januari 1942. Banyak sudah teman – teman saya yang berasal dari berbagai daerah mengetahui tentang asal – usul daerahnya, pahlawan daerah, hingga cerita legenda yang ada di daerah mereka masing – masing. Saya merasa terpanggil untuk lebih banyak lagi mempelajari soal sejarah – sejarah yang ada di daerah saya sebagai bentuk rasa cinta dan bangga sebagai orang Gorontalo ketika berada di tanah Jawa.
ADVERTISEMENT
Ketika saya bercerita Gerakan Patriotik 23 Januari 1942, banyak teman – teman saya di Jawa yang tidak percaya akan peristiwa itu. Mereka kurang percaya akan peristiwa sejarah Kemerdekaan di Gorontalo tersebut. Mungkin masih banyak masyarakat di Indonesia yang belum mengetahui akan peristiwa Gerakan 23 Januari 1942, termasuk teman – teman saya yang ada di Jawa, yakni Terlepasnya Gorontalo dari belenggu penjajah, berkibarnya bendera Merah-Putih, dan berkumandangnya lagu Indonesia Raya.
Mungkin suatu saat sejarah ini akan terlupakan jika generasi muda Gorontalo akan antipati terhadap daerahnya sendiri bahkan orang Gorontalo pun tak luput dari keresahan ini jika tidak mempelajari sejarah daerahnya.
Nani Wartabone Pelaku Sejarah Gerakan Patriotik 23 Januari 1942
ADVERTISEMENT
Peristiwa ini dikomando langsung oleh seorang pahlawan revolusioner Gorontalo NANI WARTABONE (1908 – 1986). Seorang pejuang asal Suwawa yang mulai aktif dalam pergerakan Kemerdekaan sejak menempuh Pendidikan di Surabaya. Nani sempat mendirikan organisasi Jong Gorontalo di Surabaya dan aktif dalam kegiatan organisasi syarikat Muhammadiyah. Setelah Kembali dari Surabaya pada tahun 1928, Nani mendirikan perkumpulan Tani dan ikut ambil bagian dalam mendirikan persyrarikatan Muhammadiyah di Gorontalo pada tahun 1930.
Tujuan Nani mendirikan Muhammadiyah di Gorontalo semata – mata untuk memurnikan agama Islam disana dan tak lepas dari semangat pergerakan kemerdekaan di Gorontalo. Disebutkan bahwa Nani Wartabone aktif melakukan kegiatan dakwah di kampung – kampung dan melakukan doktrinasi kepada masyarakat kampung akan kesadaran terhadap belenggu penjajah yang ada disana. Soal spiritual Nani Wartabone tidak perlu diragukan lagi. Beliau turun langsung dan masuk ke pelosok – pelosok kampung di Gorontalo hanya untuk menyampaikan dakwahnya. Terbukti dengan antusias masyarakat ketika mendengar kabar bahwa Nani akan menjadi penceramah di kegiatan dakwah, para masyarakat akan ikut antusias hadir dan mendengar langsung ceramah dari seorang Nani Wartabone.
ADVERTISEMENT
Perjuangan Nani Wartabone membebaskan Gorontalo dari belenggu penjajah tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan, bertahun – tahun beliau berdakwah dari kampung satu ke kampung lainnya merupakan bagian dari usaha memerdekakan Gorontalo dari penjajah. Dari usaha tersebut maka terciptanya rakyat pejuang yang secara Bersama – sama menumpas penjajah dari tanah Gorontalo dan hal ini menjadi satu kesatuan dan rantai komando Nani Wartabone bersama rakyat Gorontalo.
Hubungan Nani Wartabone dan Muhammadiyah
Sebagai pribadi Muslim yang taat, tentunya Nani Wartabone banyak mengamalkan ajaran serta kewajiban seorang Muslim terlebih dalam kewajiban memerangi kebathilan yang ada di bumi Gorontalo. Dalam setiap gerakan – gerakan penumpasan penjajah di Gorontalo, Nani Wartabone sering melakukan di hari jumat. Mengapa hari jumat? Dalam analisa kecil saya sebagai mahasiswa, Nani Wartabone terinspirasi dari Rasulullah SAW ketika melakukan perang besar yang sangat berpengaruh dalam peradaban umat islam. Disamping itu, hari Jumat dalam Islam sangat diistimewakan karena banyak peristiwa – peristiwa besar yang terjadi di hari itu. Dari kepribadian muslim seorang Nani Wartabone, prinsip teguh seorang pengikut Muhammadiyah selalu dipegang untuk memerangi kebathilan yang ada di Gorontalo.
ADVERTISEMENT
Peristiwa Patriotik 23 Januari di Gorontalo berawal dari peristiwa – peristiwa sebelumnya salah satunya pembentukan panitia dua belas yang diketuai oleh Nani Wartabone. Rapat panitia dua belas yang berlangsung di hari jumat itu merupakan agenda yang sangat krusial. Perlu diketahui panitia dua belas tidak berkaitan dengan peristiwa “23 Januari” akan tetapi pembentukan panitia dua belas ibarat jalan yang membuka semangat lebih bagi para pejuang yang ada di Gorontalo.
Seminggu setelah pembentukan panitia dua belas, terjadilah peristiwa Patriotik 23 Januari 1942 yang diinisiasi langsung oleh Nani Wartabone. Uniknya, peristiwa ini terjadi di hari Jumat yang pada saat itu rakyat Gorontalo berbondong – bondong ke Pusat Kota Gorontalo untuk mengepung pusat markas Belanda. Pada saat itu juga, setelah semua tantara berhasil ditangkap, Nani Wartabone langsung berpidato dihadapan rakyat Gorontalo dan memproklamirkan kemerdekaan Gorontalo dari penjajah Belanda.
ADVERTISEMENT
Kepribadian Nani Wartabone sebagai kader Muhammadiyah sangat berpengaruh dalam pergerakannya dalam menumpas penjajah di Gorontalo. Entah bagaimana hingga saat ini banyak cerita – cerita di Masyarakat soal sosok Nani Wartabone yang katanya memiliki ilmu hitam sehingga bisa kebal terhadap serangan dari Belanda. Tapi tidak dengan nilai keMuhammadiyahan Nani Wartabone yang memiliki kepribadian agamais dan spiritualis diberikan kemudahan oleh Allah SWT dalam memerangi penjajah yang ada di Gorontalo. Aktualisasi yang dijalankan oleh Nani Wartabone dalam berperang memerangi penjajah di Bumi Gorontalo sudah sepatutnya diikuti oleh para generasi muda Gorontalo agar tetap berpegang teguh pada ajaran – ajaran Agama dalam berjuang menggapai cita – cita.
Meninggalnya Nani Wartabone
Hari Jumat di kehidupan Nani Wartabone memiliki banyak peristiwa yang krusial dalam memperjuangkan kemerdekaan Gorontalo. Tidak hanya di peristiwa 23 Januari 1942, sejak perebutan kekuasaan dari Permesta hingga meninggalnya Nani Wartabone semuanya jatuh pada Hari Jumat. 3 Januari 1986, merupakan hari kematian sang pahlawan Nani Wartabone yang jatuh juga pada hari Jumat. Saat Nani Wartabone meninggal dunia Bumi Gorontalo langit gelap kelabu dan dilanda hujan seolah – olah menangisi kepergian Nani Wartabone sehingga saat itu muncul istilah “Gorontalo Menangis” saat hari pemakaman Nani Wartabone.
ADVERTISEMENT
Nilai Muhammadiyah sangat berperan dalam pergerakan Nani Wartabone berperang melawan penjajah di Gorontalo. Yang perlu kita pahami, dalam memerangi kebathilan perlu dibarengi dengan semangat ketauhidan dan bertawakal kepada Allah SWT agar diberikan petunjuk dan kemudahan dalam mencapai suatu tujuan.
Referensi tulisan ini berdasarkan obrolan saya dengan Tokoh Gorontalo Pak Zain Badjeber yang saat ini tinggal di DKI Jakarta