2 Kandidat Calon Presiden Bersaing di Maluku

Konten Media Partner
6 Desember 2018 20:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ma'ruf Amin, Jokowi, Prabowo, Sandiaga Uno (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ma'ruf Amin, Jokowi, Prabowo, Sandiaga Uno (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Ambon,- Calon presiden pertahana nomor urut 1, Joko Widodo, menang pada Pilpres 2014 di Maluku. Namun, apakah Jokowi bisa kembali mempertahankan kemenangannya di Maluku, atau direbut Prabowo Subianto?
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU) provinsi Maluku, Joko Widodo dan Jusuf Kalla menang tipis pada Pilpres 2014 di Maluku, dengan memperoleh 433.981 (49,42 persen) suara. Sedangkan, Prabowo yang saat itu berpasangan dengan Hatta Rajasa meraih merebut 443.040 (50,52 persen) suara.
Direktur Indonesia Research and Strategy (IRS), Djali Gafur, mengatakan kemenangan calon presiden dan wakil presiden bisa diukur dari beberapa variabel. Pertama, persepsi publik terhadap figur secara individu.
Hal ini dapat dilihat dari interaksi Prabowo dan Jokowi dalam empat tahun terakhir. Berdasarkan catatan Djali, Jokowi telah tiga kali berkunjung ke Maluku, di antaranya, Kota Ambon dan Buru.
Dalam kunjungan tersebut, Jokowi secara tidak langsung membangun interaksi dengan masyarakat. Sehingga terbangun persepsi positif terhadap Jokowi.
ADVERTISEMENT
“Persepsi terbentuk dari interaksi. Katakanlah indikatornya interaksi antara kedua tokoh ini di Maluku. Kita bisa hitung. Berapa kali selama empat tahun belakang Probowo ke Maluku. begitu pula Jokowi,” kata Djali kepada Ambonnesia.com, Kamis (6/12).
Variabel kedua, kata Djali, adalah kontribusi. Sebagai petahana, Jokowi sudah berkontribusi lewat programnya meski dalam waktu singkat tidak bisa berdampak pada peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Maluku.
“Misalnya, membangun bendungan Waepo untum irigasai lahan pertanian di Buru pertanian mandiri. Artinya, dapat memenuhi stok, tanpa impor dari daerah lain. Lalu, setidaknya berpihak pada Blok Masela di darat,” ungkapnya.
Sedangkan Prabowo, lanjut Djali, publik maklum karena ketua umum Partai Gerindra itu bukan petahana atau menteri. Calon wakilnya, Sandiaga Uno memang pernah ke Ambon pada September lalu, dan beberpa tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Dari sisi bisnis, lanjut Djali, Sandiaga mungkin telah berkontribusi. Namun, tidak bisa diklaim mendapat dukungan masyarakat Maluku secara luas.
“Sandi ke Maluku membangun interaksi sosial. Tetapi, apakah Sandi punya kontribusi? Semua orang boleh berinteraksi, tetapi tidak semua interaksi itu menghasilkan kontribusi,” jelasnya.
Sementara itu, dari sisi elektoral yang merupakan variabel ketiga, Jokowi dan capresnya, Ma’ruf Amin masih di atas pasangan Prabowo-Sandiaga berdasarkan hasil survei.
Seandainya partai bekerja, ya otomatis positioning Jokowi-Ma’ruf lebih kuat. Pertama, pasangan didukung oleh banyak partai, dan kedua partai pemenang pemilu dan Pilkada yakni PDIP. Kemudian, Jokowi-Ma’ruf juga diunggulkan dari aspek kekuatan parpol pengusung.
Pasangan nomor urut 1 diusung oleh PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Nasdem, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Hanura. Sementara pasangan Prabowo-Sandiaga diusung Partai Gerindra, Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional dan Partai Keadilan Sejahtera.
ADVERTISEMENT
“Dari sisi kuantitas, Jokowi-Ma’ruf unggul karena diusung oleh banyak parpol. Apalagi, ada PDIP, partai pemenang pemilu dan Pilkada di Maluku,” katanya.
Tetapi Jokowi-Ma’ruf juga memiliki kelemahan. Antara lain isu anti-islam dan ketidakadilan pembangunan. Isu yang terakhir ini menurut Djali, masih perlu diperdebatkan karena perlu data yang akurat.
“Selain itu, tim pemenangan Jokowi-Ma’ruf juga terlalu percaya diri sehingga menganggap remeh lawan,” katanya.
Sebelumnya, Wakil Ketua DPD Partai Gerindra Maluku, Valentino Amahorsej, mengatakan kemenangan pilpres tidak hanya ditentukan oleh kekuatan parpol dan figuritas, namun juga strategi masing-masing tim di daerah.
“Jadi, tapi tergantung bagaimana meracik strategi kemenangan dan mengkonsolidasikan tim pemenangan di daerah. Gerindra 6 kursi, PKS 5 kursi, Demokrat 6 kursi dan PAN 1. Tentu saja, optimisme itu tetap tinggi, karena teman-teman di punya strategi-strategi yang akan diterapkan,” ujarnya. (Amar)
ADVERTISEMENT