Alasan Keamanan, Polisi Cegat Warga Adat Tertibkan Gunung Botak

Konten Media Partner
20 Juli 2018 0:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ambon,-Ratusan warga adat yang hendak melakukan penertiban ke Gunung Botak nyaris terlibat kericuhan dengan aparat Polsek Waeapo saat pertemuan di rumah tokoh adat Robot Nurlatu, di Dusun Wamsait, Desa Dava Kecamatan Wailata Kabupaten Buru, Kamis (19/7).
ADVERTISEMENT
Saat pertemuan berlangsung para tokoh adat langsung terlibat adu mulut, karena Kapolsek Waeapo Ipda Novit Prasetyo melarang mereka naik ke Gunung Botak.
Dalam pertemuan tersebut, Kapolsek menegaskan pihaknya tidak mengizinkan warga adat naik ke Gunung Botak karena bisa menimbulkan konflik antara warga adat dengan penambang emas di Gunung Botak. Apalagi jumlah aparat keamanan juga terbatas, sementara sebagian besar warga adat menggunakan senjata tajam.
“Kami tidak bisa mengizinkan bapak-bapak untuk naik ke Gunung Botak. Kami tidak mau ambil resiko karena bisa menimbulkan konflik antara warga dan penambang. Apalagi sebagian dari bapak-bapak membawa senjata tajam, penambang juga pasti ada yang menggunakan senjata,” kata Kapolsek. Pantauan Ambonnesia.com sejumlah tokoh adat sempat adut mulut dengan Kapolsek. Sesuai rencana seratusan perwakilan warga adat dari berbagai kawasan di Waeapo dan Kayeli akan naik ke Gunung Botak pada Kamis sore. Warga adat itu tergabung dalam koperasi binaan PT BPS, perusahan yang mendapat izin Pemerintah Provinsi Maluku menata dan mengolah bahan kimia berbahaya yakni sianida dan merkuri Gunung Botak.
ADVERTISEMENT
Tokoh Adat Umar Nurlatu mengatakan, aksi mereka ke Gunung Botak untuk membuat tapal batas wilayah kerja antara koperasi dengan tambang milik warga adat. Tapal batas itu, lanjut Umar untuk memperjelas dimana wilayah kerja koperasi dan dimana wilayah kerja adat.
Umar menegaskan, selain membuat tapal batas, pihaknya juga akan menertibkan penggunaan sianida dan merkuri dalam pengolahan emas dengan sistem rendaman yang dilakukan para penambang ilegal. Namun aksi mereka dicegat Kapolsek Waeapo dengan alasan pertimbangan keamanan.
“Kenapa bapak-bapak kepolisian harus mencegat kami naik ke Gunung Botak. Padahal tujuan kami baik. Niat kami ingin bicara baik-baik dengan penambang. Kami juga ingin membantu, menata serta mengatur sesuai prosedur, agar masyarakat adat tidak dirugikan terus dari hasil bumi yang ada. Apalagi saat ini banyak sekali pengunaan merkuri dan sianida,” tegas Umar.
ADVERTISEMENT
Dia mengungkapkan, aparat sengaja melindungi penggunaan merkuri di Gunung Botak. Bahkan, lanjut Umar, salah satu warga yang meninggal pada Rabu kemarin adalah imbas dari merkuri di kawasan penambangan.
“Aparat kepolisian sengaja menghalangi kami dan melindungi para penambang yang telah merusak lingkungan. Dalam pertemuan bersama aparat kepolisian kami mengultimatum, jika dalam waktu dua hari, aparat tidak bertindak, maka kami akan pakai cara sendiri,” ancam Umar.
Belasan aparat Brimob Polda Maluku Kompi Namlea juga datang melakukan pertemuan untuk mengantisipasi terjadinya kericuhan. Karena tidak diizinkan naik, warga adat pun kembali ke daerah masing-masing.
(Miftah)