Deretan Fenomena hingga Bencana Alam di Maluku Sepanjang Tahun 2019

Konten Media Partner
30 Desember 2019 20:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rumah warga rusak akibat gempa bumi berkekuatan 6,8 magnitudo
zoom-in-whitePerbesar
Rumah warga rusak akibat gempa bumi berkekuatan 6,8 magnitudo
ADVERTISEMENT
Ambonnesia.com-Ambon,-Tahun 2019, merupakan tahun penuh kecemasan. Bagaimana tidak, sejumlah peristiwa alam mewarnai sepanjang tahun ini. Awal Januari 2019, dimulai dengan peristiwa ledakan alga atau fitoplankton di laut Ambon dengan jumlah ledakan yang cukup besar, menyebabkan warga diimbau tidak mengonsumsi ikan, ribuan ikan mati, tanah longsor hingga bencana gempa bumi sebagai penutup kejadian di akhir tahun.
ADVERTISEMENT
Ambonnesia merangkum sejumlah bencana dan kejadian alam yang melanda Maluku dan Ambon sepanjang tahun 2019, beragam kejadian ini menggegerkan masayarakat, tak hanya di Ambon, Maluku namun juga di Indonesia.
Berikut ulasannya:
Ledakan Alga, Fitoplankton di perairan Ambon.
Peta ledakan fitoplankton di perairan Teluk Ambon
Mengawali tahun baru, Masyarakat Ambon dikejutkan dengan ledakan fitoplankton di perairan Teluk Ambon pada Kamis, (10/1). luasan ledakan mencapai 31 hektar di perairan Desa Lateri dan Passo, Kecamatan Baguala hingga kawasan Desa Poka, Kecamatan Teluk Ambon.
Tingkat kepadatan ledakan terbilang tinggi, yakni 9×100 ribu sel per liter hingga 2,5×1000 juta sel per liter. Tiga hari setelah ledakan alga jenis Dinoflagelata Gonyaulax itu, Dinas Lingkungan Hidup Kota Ambon mengeluarkan larangan tak mengonsumsi ikan yang berasal dari dalam teluk. Buntut larangan itu menuai protes dari sejumlah pembudidaya ikan di Desa Passo lantaran usaha bagan ikan milik mereka merugi. Menurut Kepala Pusat Penelitian Laut Dalam Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Augy Syahilatua, ledakan fitoplankton di Teluk Ambon sering terjadi di perairan sekitar Lateri, Latta dan Passo, karena terpapar limbah yang berasal dari darat.
Bagan ikan milik warga di Desa Passo, lokasi terjadinya ledakan alga (Foto: ambonnesia.com)
Banyak Warga Jadi Korban Terkaman Buaya
Warga menangkap seeokor buaya (Foto: ambonnesia.com)
Sebulan setelah ledakan alga, kejadian menghebohkan kembali melanda Ambon dan sejumlah daerah di Maluku. Pada Rabu, (6/2) seorang warga Desa Makariki, Maluku Tengah tewas diterkam buaya saat mencari ikan di muara desa setempat. Jelang sehari, tepatnya Kamis (7/2) kejadian serupa terjadi di Desa Atubuldol, Maluku Tenggara Barat, Adam Malik Batalata, nelayan itu meninggal dimangsa buaya.
Warga mengevakuasi potongan kaki Jonias Makaweru (37) warga yang diterkam buaya di Sungai Ruata, Makariki Kabupaten Maluku Tengah, Kamis (7/2) (Foto: ist)
Di Desa Gah, Kecamatan Tutuk Tolu, Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku, warga setempat menangkap dan membunuh seekor buaya sepanjang 4,7 meter lantaran reptil raksasa itu mengganggu aktivitas mandi dan mencuci warga di sungai Pada kamis, (4/7). Sementara di Pulau Buru, warga Desa Kayeli, terpaksa membunuh seekor buaya sepanjang 3 meter lantaran kemunculan buaya tersebut membuat warga cemas setelah seorang warga tewas dimangsa.
ADVERTISEMENT
Di Kota Ambon, Rabu, (6/3) pedagang pasar Gotong Royong dikejutkan dengan munculnya buaya berukuran 115 cm di selokan depan Pasar Gotong Royong, warga berhasil menangkap buaya dan diserahkan langsung ke BKSDA Maluku. Tak hanya itu, pada Jumat, (9/8) seekor buaya lagi-lagi terlihat oleh warga di Pantai Desa Passo, Kecamatan Baguala, Kota Ambon. Warga di pesisir pantai bahkan tak berani mandi di pantai.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Maluku menyebutkan, penyebab konflik buaya dan manusia hampir terjadi dimana-mana, disebabkan rusaknya habitat buaya. Maluku sebagai negeri kepulauan merupakan habitat buaya. Di Pulau Seram, Pulau Buru, Pulau Tanimbar adalah habitat buaya terbanyak.
Rusaknya habitat buaya, lantaran nelayan kerap menggunakan bom ikan, sehingga ikan yang menjadi pakan buaya berkurang. Selain itu, adanya perubahan tata kelola lahan oleh masyarakat, habitat buaya diubah menjadi lahan perkebunan
(Foto: Dok. ambonnesia)
Ribuan Ikan Mati di Pulau Ambon
Bangkai Ikan mola-mola terdampar mati di desa Poka, kecamatan reluk Ambon (Foto: dok. ambonnesia)
Dua orang nelayan asal Waihaong, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon menemukan seekor ikan mola-mola berukuran besar mengapung di pesisir pantai desa itu pada (11/1) lalu. Tak hanya di lokasi tersebut, ikan mola-mola dengan panjang 2,28 meter kembali ditemukan mati terdampar di keramba milik warga tepatnya di pantai Desa Poka, Kecamatan Teluk Ambon, Minggu (31/3). Hingga kini, para peneliti belum dapat memastikan penyebab kematian ikan dengan julukan matahari atau sunfish itu.
Tim BKSDA Maluku mengidentifikasi bangkai paus bungkuk yang mati terdampar di Desa Liliboi, Kecamatan Leihitu Barat (Foto: dok. istimewa)
Sementara itu, seekor paus bungkuk (Megaptera novaengliae) juga mati di pantai Desa Liliboi, Kecamatan Leihitu Barat, Maluku Tengah, Maluku, pada Jumat (30/8). Tim dari Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Maluku dan Dinas Kelautan dan Perikanan Maluku masih melakukan identifikasi pada bangkai paus bungkuk tersebut.
Ikan mati di Pantai Desa Rutong, Kecamatan Leitimur Selatan (Foto: dok. istimewa)
Di pesisir Pantai Rutong Kecamatan Leitimur Selatan, Ambon, Minggu (15/9), warga dikagetkan dengan ribuan ikan yang mati secara mendadak. Kejadian serupa juga terjadi di bagian tenggara Maluku, di Desa Lilingluan, Kecamatan Tanimbar Utara, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, fenomena ikan mati sempat membuat cemas. Peristiwa ini diperparah dengan informasi bohong atau hoaks yang menyebar di sosial media, bahwa fenomena matinya ikan sebagai pertanda akan terjadi tsunami.
Hewan laut ditemukan mati Di pantai Desa LIlingluang, Kabupaten Kepulauan Tanimbar (Foto: dok. istimewa)
Matinya biota laut umumnya disebabkan oleh upwelling. Fenomena ini merupakan arus naik ke permukaan yang biasanya membawa plankton atau zat hara yang menjadi makanan biota laut dangkal, bukan efek dari aktivitas lempeng atau sesar.
ADVERTISEMENT
Gempa di Ambon
Bangunan gereja rusak akibat gempa di Ambon (Foto: dok. ambonnesia)
Salah satu peristiwa penting dan membekas bagi Masyarakat Maluku adalah bencana gempa bumi berkekuatan 6,8 magnitudo yang mengguncang Pulau Ambon, Maluku Tengah dan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat pada Kamis 26 September lalu. Data BNPB Maluku menyebutkan sebanyak 1.630 rumah rusak, 39 orang meninggal dunia dan 135.875 orang mengungsi akibat kejadian tersebut.
Medio Oktober tepatnya pada Selasa (12/11) gempa kembali menggetarkan Ambon dengan kekuatan 5,1 magnitudo. Dalam kejadian itu, 900 rumah warga di Ambon dilaporkan rusak Data BMKG, Jumat (18/10) lalu intensitas gempa susulan sudah mencapai 1.647 kali. Namun, yang menghasilkan guncangan dan dirasakan oleh masyarakat sebanyak 188 kali.
(Foto: dok. ambonnesia)