Kepulauan Kei Menuju Wisata Bebas Sampah

Konten Media Partner
25 Januari 2019 16:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pantai Ngurtavur terletak di Pulau Waja dan disebut juga sebagai Pasir Timbul karena ada pasir yang menjorok ke laut dan bisa ditapaki saat laut surut (Foto: Ist)
zoom-in-whitePerbesar
Pantai Ngurtavur terletak di Pulau Waja dan disebut juga sebagai Pasir Timbul karena ada pasir yang menjorok ke laut dan bisa ditapaki saat laut surut (Foto: Ist)
ADVERTISEMENT
Ambon,-Maluku Tenggara memiliki pesona pantai indah yang telah tersohor akan keeksotisannya. Beberapa diantaranya bahkan telah mendunia. Namun, kenyataanya pada musim-musim tertentu, keindahan pantai-pantai ini tertutup sampah dari laut yang bersumber dari masyarakat setempat maupun sampah kiriman yang terbawa arus. Sampah plastik terlihat dominan dan ini menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan sektor pariwisata juga perikanan di daerah itu. Padahal, pariwista dan perikanan sedang gencar-gencarnya dipromosikan sebagai sektor utama pembangunan ekonomi. Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Maluku Tenggara, tingkat jumlah timbulan sampah setiap harinya mencapai 11.771,5 kg. Sumber sampah ini teridentifikasi berasal dari kawasan pemukiman, supermarket/ritel, pasar tradisional dan kawasan wisata.
ADVERTISEMENT
Tidak tersedia Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelola Sampah Tempat Pembuangan Akhir (TPA ) yang mengelola masalah sampah, sehingga pekerjaan operasional persampahan di Maluku Tenggara belum terlaksana secara maksimal. “Kebijakan pengelolaan sampah yang baik berasal dari data yang terukur dan tertanggung jawab,”ungkap Hero Andreas Ohoiulun, Project Excecutant Inner Banda Arc Seascape, Jumat (25/1). Dengan Mengadopsi dan memodifikasi metode dari CSIRO (Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization) Global Plastic Pollution Project, Australia yang mengacu pada metode sampling acak bertingkat (stratified random sampling) menggunakan sistem transek. Dihasilkan bahwa sampah plastik lunak adalah yang tertinggi dan diikuti oleh keberadaan sampah plastik keras berturut-turut sebesar 39,01 persen dan 19,51 persen
ADVERTISEMENT
Dia berharap, Plastic Free Network Survey dan Monitoring sampah plastik lautan di Pesisir Kei, yang digelar Pemda Maluku Tenggara akan menjadikan Kei sebagai destinasi wisata bebas sampah. Hal ini sejalan dengan semangat untuk mengurangi produksi sampah plastik di perairan laut. WWF Indonesia menargetkan di Tahun 2023, terjadi penurunan sebesar 30 persen . Sehinggga dapat dapat menciptakan sebuah program monitoring nasional bersifat sukarela yang menghasilkan data-data yang digunakan untuk membangun sebuah data dasar nasional. “Sebab, pepatah usang mengatakan bahwa ‘bumi bukanlah warisan nenek moyang melainkan titipan anak cucu,” tuturnya. (Amar)