Pemilih Milenial di Ambon Mencapai 57 Persen

Konten Media Partner
4 Februari 2019 22:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Diskusi publik Peran Pemuda dan Mahasiswa Maluku dalam mewujudkan Pemilu 2019 yang Damai, Bermartabat, Tanpa Hoax yang diselenggarakan oleh Rumah Milenial di Cafe Pelangi, Senin (4/2) (Foto: ambonnesia)
zoom-in-whitePerbesar
Diskusi publik Peran Pemuda dan Mahasiswa Maluku dalam mewujudkan Pemilu 2019 yang Damai, Bermartabat, Tanpa Hoax yang diselenggarakan oleh Rumah Milenial di Cafe Pelangi, Senin (4/2) (Foto: ambonnesia)
ADVERTISEMENT
Ambonnesia.com-Ambon,-Jumlah pemilih milenial dalam pemilu 2019 di Maluku hampir mencapai 50 persen. Untuk itu, pemilih milenial harus menjadi pemilih kritis, terutama dalam menentukan sikap dan pilihan politik. Ketua KPU Provinsi Maluku, Syamsul Rifan Kubangun mengatakan, data jumlah pemilih milenial di Maluku belum diperoleh secara keseluruhan. Namun, untuk Kota Ambon saja jumlahnya mencapai 57 persen dari total Daftar Pemilih Tetap (DPT). "Kota Ambon, dari total DPT, ada 47 persen pemilih milenial dengan kategori umur 17-30 tahun. Kalau Maluku, kita belum dapat datanya,” tutur Rifan dalam diskusi publik Peran Pemuda dan Mahasiswa Maluku dalam mewujudkan Pemilu 2019 yang Damai, Bermartabat, Tanpa Hoax" Senin (4/2).
ADVERTISEMENT
Kata Rifan, diskusi publik seperti ini harus terus digelar sebagai bentuk pengawasan aktif dari masyarakat. "Ini adalah bentuk pengawasan dari masyarakat dalam merespon permasalahan pemilu maupun hoax-hoax yang meresahkan,” kata Rifan. Menurut Akademisi Institut Agama Islam Negeri Ambon, Abdul Manaf Tubaka, kaum milenial tidak hanya sebagai penyumbang suara bagi kontestan pemilu. Namun harus terlibat penuh dalam pemilu. “Kalau kita buat kategori, ada milenial junior dan milenial senior. Milenial senior itu dari usia 21-34. Mereka ini yang harus dituntut kritis, karena merupakan generasi yang terkoneksi secara digital. Nah, kita berharap mereka mampu menyaring kebutuhan mereka dari pemilu itu sendiri,” paparnya. Namun berdasarkan pengamatannya, pemilih pemula di Maluku belum memperoleh pendidikan politik yang maksimal dari peserta pemilu. "Sebab, kita mengalami ketidakpercayaan ketika partai tidak mampu menghadirkan caleg-caleg yang dianggap berkualitas, mewakili aspirasi masyarakat, terutama kaum milenial. Ruang diskursus politik di Maluku belum terlalu ramai karena belum menemukan formatnya," (Amar)
ADVERTISEMENT