Penjelasan Ilmiah soal Robohnya 3 Gedung IAIN Akibat Pergerakan Tanah

Konten Media Partner
12 Juni 2019 20:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gedung Perpustakaan IAIN Ambon yang roboh akibat tanah bergerak beberapa waktu lalu. (Foto: istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Gedung Perpustakaan IAIN Ambon yang roboh akibat tanah bergerak beberapa waktu lalu. (Foto: istimewa)
ADVERTISEMENT
Ambonnesia.com-Ambon, - Runtuhnya gedung perpustakaan, auditorium, dan laboratorium Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon akibat pergerakan tanah pada Kamis (6/6) lalu berimbas pada gedung rektorat di kampus tersebut.
ADVERTISEMENT
Kabag Humas dan Informasi IAIN Ambon, Mohtar Derlauw, mengatakan rusaknya pintu WC di lantai dasar gedung rektorat mengindikasikan adanya keretakan tanah. Olehnya itu, meski ada talud setinggi 6 meter yang dibangun berderet, tetap tidak mampu menahan keretakan tanah ketika hujan dengan intensitas tinggi.
“Kekuatan talud oke. Tapi, apakah tanah di bawah bagus atau tidak. Ini kan tanah gembur semua (tidak padat),” kata dia.
Menurut dia, tidak boleh ada pembangunan di atas tanah tersebut. Karena dipaksakan membangun auditorium, akibatnya bangunan itu roboh sebelum difungsikan. "Seharusnya ditanami pohon untuk menahan tanah dan air," katanya.
Pantauan Ambonnesia.com di lokasi, jarak antara ruang gardu mesin kampus yang sudah rusak karena amblesnya tanah sekitar 2 meter dengan gedung rektorat hanya sekitar 8 meter. Ruang gardu berada tepat di bawah gedung rektorat.
ADVERTISEMENT
Sedangkan gedung perpustakaan yang sudah ambruk akibat amblesnya tanah hanya berjarak 10 meter dari rektorat. Sementara itu, keretakan tanah juga terlihat di sisi kiri bagian belakang gedung rektorat dengan jarak sekitar 15 meter. Aktivitas di gedung rektorat telah dialihkan ke gedung Student Center sejak Selasa (11/6).
Berdasarkan hasil pemantauan sementara tim Dinas Pekerjaan Umum (PU), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan BMKG beberapa waktu lalu, ditemukan keretakan hampir di seluruh areal empat gedung tersebut.
Sementara itu, pakar Geologi Universitas Pattimura, Ferat Puturuhu mengatakan, kondisi fisik lahan dan intensitas hujan yang tinggi dalam waktu lama menjadi faktor pendukung terjadinya rayapan tanah di IAIN Ambon. Dampaknya, bangunan amblas dan menjadi miring dan retakannya mengarah 300 derajat ke arah Barat.
ADVERTISEMENT
Ia menduga, tiga bangunan tersebut dibangun di atas lahan hasil penimbunan tanah akibat pemotongan lereng. Apalagi lokasi tersebut mengandung tanah liat yang membantu proses kembang kerut tanah saat hujan maupun panas, sehingga dapat menghasilkan banyak retakan tanah jika tidak ditumbuhi rumput ataupun vegetasi.
Dosen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Unpatti ini mengungkapkan, runtuhnya gedung di kampus IAIN Ambon juga dipicu adanya gangguan stabilitas lereng akibat pembangunan auditorium dibawah lereng tempat perpustakaan berada. Padahal, lereng tersebut menjadi perkuatan tanah di kaki lereng dari bangunan perpustakaan dan gedung rektorat.
Keretakan tanah di halaman perpustakaan IAIN Ambon (Foto: Doc.ambonnesia)
Kondisi tersebut menyebabkan tanah menjadi renggang. Hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi sejak akhir Mei hingga awal Juni 2019 menyebabkan air terinfiltrasi dan banyak terisi pada rekahan tanah. Dampaknya, tanah menjadi jenuh dan semakin mengembang menjadi akumulasi air mengakibatkan kemampuan bergerak lebih besar ke arah bawah mengikuti lereng dengan gaya gravitasi.
ADVERTISEMENT
"Kemiringan lereng di lokasi kampus berkisar 15-3o persen. Tanah itu sangat labil, kemiringan lereng seperti itu adalah pemicu terjadinya longsor,” ujar Puturuhu.
Menurutnya, pada wilayah bawah lokasi perpustakaan telah terjadi longsoran yang membentuk tapal kuda menuju ke arah auditorium, yang juga berdampak pada bergeraknya bagian-bagian bangunan auditorium. Demikian juga pada gedung laboratorium sudah terjadi retakan pada bangunan dan talud penahan tanah.
"Kerusakan akan lebih parah terjadi jika rayapan tanah berubah menjadi longsor Nendatan atau Translasi. Tanah dan bangunan akan meluncur dengan kecepatan tinggi ke arah bawah dan tentunya akan berisiko menghancurkan kedua bangunan di bawahnya," ungkapnya.
Tidak hanya itu, tarikan gaya berat dari tanah dan bangunan yang bergerak ke bawah turut memengaruhi gedung rektorat yang rawan mengalami keretakan.
ADVERTISEMENT
“Kemungkinan gedung rektorat bisa bergerak mengikuti gerakan bangunan perpustakaan bila terjadi longsor,” jelasnya. (Amar)