Prabowo: Kita Targetnya Menang dengan Sah dan Mutlak di Maluku

Konten Media Partner
28 Desember 2018 19:46 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prabowo: Kita Targetnya Menang dengan Sah dan Mutlak di Maluku
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Ambon,-Pasangan Calon Presiden dan Calon Waklil Presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menargetkan kemenangan di Maluku pada Pilpres 2019 mendatang. Mereka ingin menang dengan cara adil dan prosedural.
ADVERTISEMENT
“Kita target tentunya adalah menang ya dengan baik, dengan sah dengan fair dan bersih dan mutlak. Haparan kita menang,” kata Prabowo kepada wartawan usai pertemuan konsolidasi internal dengan pengurus partai Gerindra Maluku dan Relawan di Hotel Santika Ambon, Jumat (28/12).
Pada pemilihan presiden 2014, Prabowo Subianto yang berpasangan dengan Hatta Rajasa melawan Jokowi-Jusuf Kalla. Berdasarkan rekapitulasi tingkat provinsi, Prabowo Hatta memperoleh 433.981 (49,42 persen) suara, sedangkan Jokowi-Kalla merebut 443.040 (50,52 persen) suara.
Sebelumnya kepada ambonnesia.com, Direktur Indonesia Research and Strategy (IRS), Djali Gafur, mengatakan, kemenangan Capres bisa diukur dari beberapa variabel. Pertama, persepsi publik terhadap figur secara individu.
Hal ini dapat dilihat dari interaksi Prabowo dan Jokowi dalam empat tahun terakhir. Berdasarkan catatan IRS, Jokowi telah tiga kali berkunjung ke Maluku, di antaranya, Kota Ambon dan Buru. Sementara Prabowo Subianto, baru mengunjungi Ambon.
ADVERTISEMENT
Dalam kunjungan tersebut, Jokowi secara tidak langsung membangun interaksi dengan masyarakat. Sehingga terbangun persepsi positif terhadap Jokowi. Tak kalah dengan pesaingnya, Prabowo juag mendapat tempat di hati masyarakat Ambon, sejak kedatangannya kamis malam kemarin, ribuan pendukungnya sudah menanti ketua umum partai Gerindra itu.
“Persepsi terbentuk dari interaksi. Katakanlah indikatornya interaksi antara kedua tokoh ini di Maluku. Kita bisa hitung. Berapa kali selama empat tahun belakang Probowo ke Maluku. begitu pula Jokowi,” kata Djali
Variabel kedua, kata Djali, adalah kontribusi. Sebagai petahana, Jokowi sudah berkontribusi lewat programnya meski dalam waktu singkat tidak bisa berdampak pada peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Maluku.
“Misalnya, membangun bendungan Waepo untum irigasai lahan pertanian di Buru pertanian mandiri. Artinya, dapat memenuhi stok, tanpa impor dari daerah lain. Lalu, setidaknya berpihak pada Blok Masela di darat,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Sedangkan Prabowo, lanjut Djali, publik maklum karena ketua umum Partai Gerindra itu bukan petahana atau menteri. Calon wakilnya, Sandiaga Uno memang pernah ke Ambon pada September lalu, dan beberpa tahun sebelumnya.
Dari sisi bisnis, lanjut Djali, Sandiaga mungkin telah berkontribusi. Namun, tidak bisa diklaim mendapat dukungan masyarakat Maluku secara luas.
“Sandi ke Maluku membangun interaksi sosial. Tetapi, apakah Sandi punya kontribusi? Semua orang boleh berinteraksi, tetapi tidak semua interaksi itu menghasilkan kontribusi,” jelasnya.
Sementara itu, dari sisi elektoral yang merupakan variabel ketiga, Jokowi dan capresnya, Ma’ruf Amin masih di atas pasangan Prabowo-Sandiaga berdasarkan hasil survei.
Seandainya partai bekerja, ya otomatis positioning Jokowi-Ma’ruf lebih kuat. Pertama, pasangan didukung oleh banyak partai, dan kedua partai pemenang pemilu dan Pilkada yakni PDIP. Kemudian, Jokowi-Ma’ruf juga diunggulkan dari aspek kekuatan parpol pengusung.
ADVERTISEMENT
Pasangan nomor urut 1 diusung oleh PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Nasdem, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Hanura. Sementara pasangan Prabowo-Sandiaga diusung Partai Gerindra, Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional dan Partai Keadilan Sejahtera.
“Dari sisi kuantitas, Jokowi-Ma’ruf unggul karena diusung oleh banyak parpol. Apalagi, ada PDIP, partai pemenang pemilu dan Pilkada di Maluku,” katanya.
Tetapi Jokowi-Ma’ruf juga memiliki kelemahan. Antara lain isu anti-islam dan ketidakadilan pembangunan. Isu yang terakhir ini menurut Djali, masih perlu diperdebatkan karena perlu data yang akurat.
“Selain itu, tim pemenangan Jokowi-Ma’ruf juga terlalu percaya diri sehingga menganggap remeh lawan,” katanya.