Mengenal Tiga Calon Gubernur Jawa Barat

Konten dari Pengguna
21 Agustus 2017 15:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aming Soedrajat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mengenal Tiga Calon Gubernur Jawa Barat
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Ini analisa pribadi saya, yang diambil dari berbagai sumber, baik realita dilapangan, media manapun opini dari masyarakat yang berkembang dari mulut ke mulut. Melihat ketiga Calon Gubernur Jawa Barat dilihat dari profil dan backround masing-masing para kandidat. Termasuk Partai yang mengusungnya.
ADVERTISEMENT
Pertama Dedi Mulyadi, sosok pluralisme dari Jawa Barat yang berhasil membangun Kabupaten Purwakarta selama dua periode.
Tumbuh dan besar di lingkungan Pedesaan yang membuatnya paham betul tentang kondisi dan Permasalahan di Jawa Barat secara umum.
Pemikirannya menarik, berpegang kepada Kebudayaan yang notabenya adalah infrastruktur dari agama. Saat daerah-daerah lain berkiblat pada barat sebagai acuan Pembangunan serta penampilan ke timur agar di anggap sebagai religius, Dedi Mulyadi Konsisten dengan tradisi Jawa Barat (Nusantara).
Bisa dilihat Pembangunannya di Purwakarta, hasil dari pemikirannya yang memadukan antara kearifan lokal dan modernitas, hingga puncaknya Purwakarta sebagi daerah Kesundaan di Jawa Barat yang mulai hilang Identitasnya.
Penampilan yang sederhana memudahkannya sangat dekat dan di cintai masyarakatnya. Saat penampilan kesundaan dianggap tertinggal, Dedi berhasil menembus ruang tersebut agar tradisi lokal bisa sejajar dengan tradisi luar.
ADVERTISEMENT
Bahkan, Pengasuh Pondok Pesantren Daarul Ma'arif Kiai Sofyan Yahya menyebut Dedi Mulyadi Rujukan Kesundaan. Cerdas, Religius Nasionalisme dan Toleran.
Dedi Mulyadi menurut Ma'arif Kiai Sofyan Yahya telah berhasil menterjemahkan pemikiran-pemikiran sunda yang berupa simbol menjadi sebuah gagasan dan pemikirannya untuk membangun Purwakarta.
Pemikiran Dedi tersebut sejalan dengan kebutuhan yang dibutuhkan oleh masyarakat Jawa Barat. selain itu Permasalahan Kekerasan antar umat beragama di Jawa Barat terbalik dengan yang Terjadi di Purwakarta.
Saat daerah-daerah lain terjadi kekerasan atas nama agama, di Purwakarta hal tersebut tidak pernah terjadi di Purwakarta, Dedi berhasil menuangkan gagasan Pancasila dalam kehidupan masyarakatnya.
Belum lagi visi dan konsistennya Dedi Mulyadi dalam menjalankan roda pemerintahan. Dedi sangat Konsisten dengan profesinya sebgai Bupati, tiap hari waktunya di lakukan untuk bekerja, bekerja dan bekerja.
ADVERTISEMENT
Hingga jangan heran kalau Partai Golkar dan PDI Perjuangan akan mengusungnya menjadi calon Gubernur Jawa Barat, karena selain ada kesamaan Visi dalam Ideologi, juga ada misi yang sama untuk membawa masyrakat Jawa Barat lebih toleran dan lebih sejahtera.
Selanjutnya Dedy Mizwar. Sosok Wakil Gubernur dalam waktu dekatnya akan di Deklarasikan oleh Partai PKS dan Partai Gerindra.
Tidak ada yang meragukan lagi Demiz menjadi seorang Pemimpin, ia di hormati dan di hargai oleh kawan maupun lawan. Tapi sayang, 'Itu dalam cerita film Naga Bonar.' Bukan dalam kehidupan nyata.
Demiz ini terlihat kaku dalam menjankan Roda pemerintahannya sebagai Wakil Gubernur, seperti tidak paham bahkan tidak mengerti apa yang Harus dilakukannya. Maklum, dia bukan seorang Birokrat atau aktivis yang paham tentang itu.
ADVERTISEMENT
Hampir lima tahun memimpin, seperti tidak ada gagasan dan terobosan yang diambil untuk menyelesaikan permasalahan yang melanda masyarakat Jawa Barat.
Mungkin selama memimpin sebagai Wakil Gubernur, Demiz habiskan waktunya duduk diatas kursi sambil berdoa kepada Tuhan agar permasalahan Jawa Barat dilenyapkan tanpa kerja nyata dan soslusi nyata.
Setiap kali ada permaslahan yang terjadi, Demiz hanya bisa khawatir. Serahkan semuanya kepada Tuhan, selesai perkara.
Beliau ini orang hebat, tanpa turun tanganpun permasalahan selesai dengan sendirinya. Beruntung PKS dan Gerindra mengusung orang sehebat ini.
Kita lanjutkan, Kalau sampai beliau ini terpilih menjadi Gubernur Jawa Barat, sangat rawan sekali. Kenapa, karena sangat mudah di tumpangi oleh kelompok-kelompok yang mempunyai kepentingan, kalaupun terpilih di khawatirkan Demiz hanya sebagi boneka saja.
ADVERTISEMENT
Apalagi masyarkat Jawa Barat di kecewakan lagi dengan tingkah laku yang dilakukan Oleh Demiz. Ia malahan berprofesi ganda menjadi bintang iklan dan menjadi Gubernur. Hingga waktu yang harusnya mengurusi rakyat ditinggalkan.
Kenapa Demiz masih membintangi iklan di televisi, apakah gaji dari negara kurang?
Hanya Demiz yang tau, karena sejatinya seorang yang religius dan di usung oleh Partai Paling Religius harusnya sudah meninggalkan hal-hal yang bersifat duniawi dan matrealistis.
Sedangka yang Ketiga atau yang terakhir adalah si ganteng yang Jomblo, Ridwan Kamil Walikota Bandung yang gampang bawa perasaan (Baper).
Kang Emil adalah pemimpin yang sangat Ideal. Untuk Kota Bandung, bukan untuk Jawa Barat. Emil hampir mirip seperti Demiz, tidak paham dengan kondisi sosial dan Geografis Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Maklum, Kang Emil adalah orang Kota, hidupnya juga di luar negeri. Jadi tidak mengenal Jawa Barat itu seperti apa dan harus bagai mana untuk memberlakukannya.
Mungkin dalam bayakan Emil, Jawa Barat itu siap di olah atau di bangun dan di olah menjadi kota seperti Ibu Kota Negera, salah besar kalau polanya seperti itu, selain akan mengasingkan masyarkatnya, juga bisa menimbulkan kekerasan yang lebih besar lagi.
Kalau kata Denny Siregar Kang Emil ini adalah gedebong pisang, menurut saya Kang Emil ini Bunglon, tidak memiliki jati diri dan karakter yang kuat dalam dirinya. Plin-plan dan bertele-tele.
Kenapa saya katakan seperti itu, kang emil lebih takut kehilangan Elektabilitasnya dari pada kehilangan kepercayaan dari masyarakatnya.
ADVERTISEMENT
Contohnya seperti ini. Saat demam Ahox melanda ibu kota negara pada DKI Jakarta bulan lalu, Emil hadir bagikan seorang ahox sejati. Hingga ia lupa siapa dirinya sebenarnya.
Selanjutnya tentang religius dan ketuhanan, Isu sara bakalan terjadi di Pilkada Jawa Barat, maka ia dengan cepat membentengi dirinya agar terlihat agamis dengan cara mendatangi pesantren-pesantren dan terus berbicara sebagai cucu dari pejuang kemerdekaan.
Padahal sebelumnya ia tidak pernah perhatian kepada pesantren ataupun siapa kakek buyutnya. Hal tersebut dilakukan agar tidak terkena isu sara, tapi sayang dengan apa yang dilakukannya itu telah membuka kedok siapa dia sebenarnya.
Miskin Kreativitas juga menjadi acuan tersendiri bagi kang emil, Program-programnya bukan mutlak dari gagasan pemikiranya, tapi menjiplak hasil dari orang lain.
ADVERTISEMENT
Belum lagi etika dan komunikasi yang buruk Emil lakukan. Ia tidak melihat siapa di Partai tersebut yang akan di calonkan, ia main sikat dan main rebut layaknya seorang politisi jalanan untuk merebut wilayah kekuasaan.
Cara-cara yang dilakukan pun tidak Fair seperti bukan seorang politisi kawakan. Yang lebih mementingkan syahwat kekuasaan dari pada tujuan kesehahteraan.
Mungkin ketidak konsistennya tersebutlah hingga hari ini Kang Emil tidak dipinang lagi oleh Partai lain selain Partai Nasdem.
Karena disinyalir, Partai Pendukung Pemerintah akan berkumpul kembali di Pilgub Jabar, jadi kecil kemungkinan Emil akan menarik simpatik dari Partai-partai pendukung Pemerintah.
Itulah calon-calon gubernur Jawa Barat yang akan bersaing, walaupun masih ada nama-nama lain, tapi ketiga calon inilah yang akan bersaing ketat dengan strategi dan intrik yang akan dilakukan.
ADVERTISEMENT
Demokrasi adalah jalan menuju kesejahteraan, jadi hanya dengan cara-cara terhormatlah yang akan mendapatkan sebuah kehormatan. Jangan salah pilih, apalagi pilih yang salah.