“Modal Dedi Mulyadi Menuju Jabar Satu”

Konten dari Pengguna
8 Agustus 2017 18:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aming Soedrajat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Panggung Politik di Jawa Barat semakin memanas setelah Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Kang Dedi Mulyadi diusung menjadi Calon Gubernur. Apalagi, hubungan Partai berlambang beringin tersebut akan berkoalisi dengan Pemenang pemilu tahun lalu PDIP.
ADVERTISEMENT
Golkar memiliki 17 kursi di DPRD, di tambah dengan 20 kursi milik PDIP hingga kedua partai tersebut melebihi kuota untuk mencalonkan Gubernur, yakni 20 orang anggota DPRD. Jumlah kedua partai tersebut bila digabung menjadi 37.
Apakah kemesraan antara kedua partai tersebut cukup sampai disini?
Sepertinya tidak, malahan akan terus berlanjut dan membesar. Ketua Harian DPP Partai Golkar Nurdin Halid, mengatakan kalau Partainya terus berkomunikasi dengan PKB (7), PPP (9) untuk membentuk koalisi memenangkan Dedi Mulyadi menjadi Gubernur Jawa Barat tahun mendatang.
Jika benar partai-partai tersbut bergabung. Maka, secara keseluruhan mereka mempunyai 53 Anggota DPRD di parlemen. Jelas ini menjadi komposisi yang besar dan sulit untuk dibendung.
Jika melihat sejauh calon lain yang paling potensial dengan visi dan gagasannya, jelas Dedi Mulyadi yang paling unggul. Selain karena pengalaman memimpin Purwakarta selama dua periode, menjadi wakil Bupati dan menjadi anggota DPRD kabupaten Purwakarta, menjadikan Dedi Mulyadi merasakan asam-garam dalam kepemimpinannnya.
ADVERTISEMENT
Perlu diketahui kalau Dedi merupakan seorang organistatoris yang besar di kalangan pergerakan dan organisasi.
Melirik karyanya, Dedi Mulyadi berhasil membangun Purwakarta menjadi kabupaten yang di Pesat pembangunannya.
Karya yang paling penomenal jelas ketika dia berhasil membangun Air Mancur terbesar di Asia tenggara. Berbekal tangan dingin tersebut, Purwakarta menjelma menjadi Kabupaten yang di perhitungankan di nasional mapun dunia internasional karena berkat kejeniusannya dalam memimpin.
Hal lainnya adalah Dedi Mulyadi paham tentang permasalahan yang melanda Jawa Barat, karena ia sering beluskannya memenuhi undangan di setiap wilayah di seluruh Jawa Barat.
Hal lainnya kenapa PDIP melirik Dedi Mulyadi menjadi Calon Gubernurnya, walaupun secara itung-itungan Partai Tersebut bisa saja mencalonkan sendiri.
Karena sejauh ini, PDIP sendiri tidak ada calon yang kuat dan tidak ada elektabilitas dan Popularitas seperti Dedi.
ADVERTISEMENT
Hal lainnya dalah seperti dikatakan oleh Peneliti Bidang Politik Jaringan Kerja Sama Nusantara (Jarkanus) Andi Khairul Dzikri, yang mengatakan kalau Dedi adalah calon yang bisa menterjemahkan pemikiran-pemikiran ajaran Marhaenisme Soekarno.
“Dedi Mulyadi adalah anak Ideologis dari Bung Karno” kata Dzikri.
Pertama adalah beas perelek. Gagasan yang dituangakan menjadi sebuah kebijakan, “dari segi kultur, beas perelek merupakan tradisi, yakni Gotong Royong.
Gotong Royong sendiri merupakan ruhnya Pancasila.” Dedi berhasil membumikan ajaran pancasila di Purwakarta, keberpihakan kepada masyarakat Kecil “wong Cilik” adalah kebijakan yang menjadi dasarnya.
Yang kedua, pemahaman marhaenisme yang di terapkan Dedi Mulyadi agar masyarakat menjadi tuan di tanahnya sendiri, “PDIP sadar kalau wajah dan wujud marhaenisme berada di Purwakarta. Saat budak angon (Pengembala) yang mengembala milik orang lain, di Purwakarta pengembala di berikan domba oleh pemerintah daerahnya.”
ADVERTISEMENT
Jelas ini sejalan dengan ajaran marhaenisme yang di dengungkan oleh Bung Karno, hanya kontek dan jamannya saja yang berbeda, tetapi esensi dan tujuannya tetal sama.
Begitu pula sifat kasih sayangnya terhadap sesama, ia adalah tipikal orang yang 'tidak tega' melihat Masyarakat hidup susah.
Dedi selalu membantu orang-orang yang hidup dalam keadaan kesusahan. Intisari ajaran Jawa Barat 'welasan, deudeuhan, asihan, nulung kanu Butuh, nalang kanu susah ia terapkan dalam kehidupan sehari-sehari.
Selanjutnya, dari kalangan agama. Keislaman Dedi Mulyadi tidak usah diragukan lagi, dia adalah salah satu Wakil Ketua dari Nahdatul Ulama.
Kecintaan dan ketaatannya dalam beragama juga dia tuangkan dalam sebuah kebijakan untuk anak-anak sekolah di Purwakarta.
Bagi yang beragma islam mereka diajarkan kitab kuning di sekolahnya. Dedi Mulyadi sadar kalau pondasi agama adalah pondasi yang kuat untuk membentuk karakter bangsa dan anak-anak tangguh di masa depan.
ADVERTISEMENT
Dan yang terakhir ini juga tidak kalah pentingya, berkat kecerdasan, keilmuam dan keislamannya yang kuat.
Dedi berhasil menjadikan Purwakarta menjadi daerah paling Toleran disaat Jawa Barat menurut salah satu lembaga survey merupakan daerah yang paling tinggi kasus kekerasan mengatasnamakan agama.
Purwakarta layaknya bagaikan oase di padang pasir saat daerah-daerah lain di jawa barat dahaga kerukunan, kebhinekaan dan kenyamanan.
Purwakarta sudah menjelma menjadi miniaturnya Indonesia, dimana kerukunan antar umat Bergama hidup berdampingan dalam bingkai bhineka penuh dengan cinta kasih, yang hidup dalam damai.
Memang ini adalah sedikit modal yang akan dibawa Dedi Mulyadi untuk bertarung di pesta demokrasi lima tahunan tersebut. Padahal gagasan dan pemikiran dari seorang Dedi Mulyadi masih jauh lagi dengan visinya untuk membangun Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan isu berkembang yang mengatakan Dedi Mulyadi adalah seorang yang Musyrik, Klenik dan isu sara lainnya?
Ah… itu hanya isu yang digagasa oleh orang-orang yang tidak setuju dengan pancasila di Negeri yang majemuk. “mereka mejatuhkan seseorang dengan cara tidak terhormat untuk memuluskan langkah kepentingan politiknya.”
Kebohongan dan kebencian sengaja disebar untuk menjatuhkan seseorang dengan cara rendah.
Ingatlah apa yang dikatakan oleh Imam Ali Bin Abi Thalib “secepat apapun Kebohongan, pada akhirnya kebenaran juga akan berhasil menyusulnya”
Maka, penulisa sangat setuju dengan pendapat yang dikatakan oleh Andi Khairul Dzikri, kalau Dedi Mulyadi adalah 'anak Ideologis dari Bung Karno'
Karena Dedi adalah orang yang Religius, Sosialis, dan Nasionalis.