10 Tahun Berdiri, Terminal Hamid Rusdi Malang Sepi bak Tak Berfungsi

Konten Media Partner
19 Desember 2019 10:23 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Terminal Hamid Rusdi yang telah 10 tahun berdiri, namun seakan masih belum berfungsi. (Foto: Rizal Adhi/Tugumalang.id)
zoom-in-whitePerbesar
Terminal Hamid Rusdi yang telah 10 tahun berdiri, namun seakan masih belum berfungsi. (Foto: Rizal Adhi/Tugumalang.id)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tahun 2009 silam, terminal Hamid Rusdi di Kota Malang dibangun dan diresmikan. Nyatanya, setelah 10 tahun berlalu, terminal yang menghabiskan dana sekitar Rp 59,7 miliar itu tetap sepi dan seakan tak berfungsi.
ADVERTISEMENT
TUGUMALANG.ID – Lengang. Tak sedikit pun suara gaduh dan berisik. Derum kendaraan dan ingar bingar manusia sama sekali tak terdengar. Hanya beberapa angkutan desa jalur Tumpang, Ngliyep, Donomulyo, dan Gondanglegi yang masih tampak lalu lalang. Terminal Hamid Rusdi masih sepi meski 10 tahun telah berdiri.
Salah seorang anggota Dinas Perhubungan (Dishub) yang enggan disebut namanya mengatakan penyebab sepinya terminal tersebut dikarenakan masih banyak sopir bus mau pun angkutan kota (angkot) yang berhenti di terminal lama, yakni terminal di Gadang.
“Menurut pengamatan saya sepinya terminal Hamid Rusdi karena masih banyak yang berhenti di perempatan Gadang,” terangnya saat ditemui di kantor terminal Hamid Rusdi.
Tampak gedung bagian depan terminal Hamid Rusdi Kota Malang yang sepi tanpa adanya kendaraan. (Foto: Rizal Adhi/Tugumalang.id)
Meski demikian, ia menyatakan masih ada sebagian bus dari arah Dampit yang masuk ke Terminal Hamid Rusdi. Tapi, masih banyak juga yang berhenti dan menurunkan penumpang di perempatan Gadang.
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan pada tiga tahun lalu, pernah dilakukan uji coba pemindahan terminal. Ketika itu, semua bus diminta memindahkan jalur ke Terminal Hamid Rusdi. Seluruh angkot juga ikut pindah ke sana dengan sendirinya.
Namun, uji coba dihentikan di tahun 2017 saat pengelolaannya diambil alih Pemprov Jawa Timur. Lalu seluruh sopir baik bus mau pun angkot kembali ke perempatan Gadang.
“Dulu pernah dilakukan uji coba selama tiga bulan. Seluruh bus masuk ke sini (Terminal Hamid Rusdi) dan mikrolet dengan sendirinya ikut karena menunggu penumpang dari bus,” jelasnya.
TAK ADA MANUSIA: Bagian dalam terminal Hamid Rusid yang mestinya banyak dilalui oleh calon penumpang nyatanya masih sepi tanpa ada seorangpun. (Foto: Rizal Adhi/Tugumalang.id)
Padahal, Terminal Hamid Rusdi sendiri dibangun untuk merelokasi terminal lama yang ada di Gadang agar lebih layak bagi para pengemudi maupun penumpang.
ADVERTISEMENT
Enggannya para sopir tersebut direlokasi disebabkan oleh macetnya sepanjang jalan Terminal Hamid Rusdi menuju perempatan Gadang yang melewati pasar besar Gadang. Apalagi, setiap jam 09.00 WIB terjadi kegiatan bongkar muat barang dagangan membuat lalu lintas semakin sulit.
Salah satu sopir bus jalur Malang-Dampit, Sulis, 51, mengungkapkan dua alasan mengapa dirinya tidak mau masuk ke terminal Hamid Rusdi.
“Pertama itu karena macet, jalannya kan pasar jadi pasti macet, kalau jalurnya lancar pasti saya mau masuk. Kedua karena semua angkot dari Landungsari maupun Arjosari pasti turunnya di sini,” terang Sulis.
Sulis juga mengatakan kalau sebenarnya uji coba yang pernah dilakukan dulu selama 3 bulan sebenarnya efektif. Namun macet yang menghantui pasar Gadang membuat para sopir malas untuk kembali ke terminal Hamid Rusdi.
ADVERTISEMENT
Selama berhenti di terminal lama Gadang, Sulis mengungkapkan sudah ada penertiban dari Dishub, tapi sekarang sudah jarang. Lalu ia juga berharap kalau dirinya ingin tetap mengambil penumpang di terminal lama Gadang.
“Inginnya tetap di sini (terminal lama) saja. Kalau di sana penumpang itu kebingungan mau naik di mana,” jelasnya.
Ia berharap agar dinas-dinas terkait, seperti dinas perdagangan, Polsek, dan Kodim juga ikut duduk bersama menyelesaikan permasalahan di Terminal Hamid Rusdi ini. Hal ini disebabkan wilayah pasar Gadang adalah milik Kota Malang, sehingga yang bisa menyelesaikan permasalahan pasar ini adalah Pemkot Malang sendiri.