Prasasti Manggarai, Saksi Bisu Banjir Jakarta

Nusantara
Bangkit dengan Semangat Bahari
Konten dari Pengguna
2 Januari 2020 17:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nusantara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jika Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy dan Kepala BNPB Doni Monardo mengunjungi Pintu Air Manggarai, tentu bukan tanpa alasan. Pintu air yang terletak di Jl. Tambak, Kawasan Manggarai, Jakarta Selatan itu adalah saksi bisu bencana banjir di Jakarta, bahkan sejak zaman kota ini bernama Batavia.
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy dan Kepala BNPB Doni Monardo saat mengunjungi Pintu Air Manggarai, Foto : BNPB
“Karena alasan sejarah pula, Kepala BNPB dan Menko PMK mengunjungi Pintu Air Manggarai ini,” ujar Egy Massadiah, Tenaga Ahli BNPB yang turut dalam kunjungan tersebut.
Benar. Hari ini, Kamis (02/01/2020), Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy, dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Doni Monardo, berkunjung ke Pintu Air Manggarai. Di sana, juga hadir Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Pintu air ini adalah pemegang kendali luapan air di Ibukota. Ia terdiri dari dua bangunan pintu air, yaitu Pintu Air Ciliwung Lama dan Pintu Air Banjir Kanal Barat (BKB) yang dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda, dalam hal ini Departement Waterstaat dari tahun 1920 sampai tahun 1922. Pintu air itu dibangun dua tahun setelah banjir besar yang melanda Batavia tahun 1918.
ADVERTISEMENT
Alhasil, dalam banjir-banjir besar berikutnya yang antara lain terjadi tahun 1930, 1942, 1976 hingga 1 Januari 2019, perannya tetap vital. Tak pelak, ia telah menjadi situs bersejarah. Setidaknya jika kita lihat dari prasasti berukuran 60 x 40 cm di pintu air bagian utara.
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy dan Kepala BNPB Doni Monardo mengunjungi Pintu Air Manggarai, Foto : BNPB
Prasasti itu masih asli tertulis dalam bahasa Belanda, “Door de Burgerrij van Batavia Werd Vit erkentelijk heid jegens den Ingenieur van de Waterstraat en Island Burgergelijke openbare werken van Breen out Werper en bouw meester der werken tat banjir vrij making van Batavia. De gedenkplaat aan gebracht in het jaahr MDCCCXIX nadat de eerst groate banjir was afgevoerd door het kanaal dat anvangt bij dezie sluis.”
ADVERTISEMENT
Dalam bahasa Indonesia prasasti ini merupakan ucapan terima kasih dari warga Batavia pada seorang insinyur perairan dan tata kota, Herman Van Breen karena telah membangun pintu air tersebut dalam rangka membebaskan Batavia (Jakarta pada saat ini) dari banjir pada 1918. Pembangunan itu dilakukan setelah Batavia mengalami banjir besar di aliran kali Ciliwung di area kanal barat tersebut.
Menurut data resmi pemerintah, setelah Batavia mengalami kelumpuhan saat didera banjir besar pada 1918, pemerintah Hindia Belanda kemudian mengutus van Breen untuk memecahkan masalah ini agar tidak terulang. Van Breen sendiri bekerja untuk Burgelijke Openbare Werken atau yang kini dikenal sebagai Departemen Pekerjaan Umum.
Hingga hari ini, peran Pintu Air Manggarai tetap vital. Tak salah jika Doni Monardo merasa perlu segera mendatangi Pintu Air Manggarai manakala banjir besar menggenangi Ibukota. Ia merasa perlu mendapatkan informasi langsung dari lapangan.
ADVERTISEMENT
Keinginan Doni, Menko PMK serta Gubernur Anies terkabul. Di Pintu Air Manggarai, mereka mendapat penjelasan mengenai operasional pintu air Manggarai oleh Kasie Dinas Sumber Daya Air, Ika.
“Seperti biasa, pak Doni kepada teman-teman pers serta masyarakat menekankan kembali pentingnya kesadaran kolektif untuk mencegah dan menanggulangi bencana. Bencana adalah urusan bersama,” kata Egy Massadiah.
Egy menambahkan, sejarah Pintu Air Manggarai telah memberi peringatan kepada kita semua, bahwa banjir besar di Jakarta sudah terjadi bahkan sejak tahun 1600-an. Pintu Air Manggarai adalah saksi bisu bencana banjir Jakarta, sejak dahulu kala.
“Bencana banjir yang bisa dibilang permanen di Jakarta, perlu diatasi secara permanen juga. Ini harus menjadi concern bersama ke depan,” pungkas Egy. 
ADVERTISEMENT