Spirit Emas Biru, Membangun Budidaya Perikanan Pesisir Maluku

Nusantara
Bangkit dengan Semangat Bahari
Konten dari Pengguna
28 Mei 2017 14:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nusantara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Selama ini masyarakat lokal kita tertumpu pada sektor perikanan tangkap yang dianggap praktis dan langsung menghasilkan uang. Mereka berpikir dengan peralatan seadanya seperti kail, umpan ataupun jala dan dilengkapi sebuah perahu bisa langsung melakukan penangkapan ikan, dan di hari itu pula kelihatan pendapatan yang diperoleh dari hasil tangkapan yang didapat.
ADVERTISEMENT
Budaya ini sudah berlangsung lama dan turun temurun. Laut dijadikan pusat mata pencaharian praktis di tengah kebutuhan hidup yang semakin meningkat. Tanpa disadari, karena adanya global warming dan kerusakan lingkungan, aksi penangkapan ikan ilegal secara tidak langsung berdampak pada terjadinya degradasi potensi sumberdaya ikan di laut, musim yang berubah, serta kondisi alam yang kadang tidak bersahabat buat aktifitas nelayan.
Potensi SDI (sumberdaya ikan) sulit diprediksi karena ikan selalu melakukan ruaya/migrasi dari suatu perairan ke perairan yang lain. Walaupun assesment stok kita lakukan, belum tentu data tersebut bisa dikatakan riil dan terperinci berdasarkan spesies. Jumlah stok juga tidak berbanding lurus dengan jumlah produksi yang dilakukan. Ikan (dalam arti luas) perlu dimanfaatkan sebaik mungkin dan berkelanjutan, salah satunya dengan memaksimalkan potensi perikanan budidayaEmas Biru. Selama ini, sektor budidaya bagaikan the sleeping giant, yang apabila dikelola secara baik akan menjadi harapan baru dalam pengelolaan sumberdaya perikanan, serta lokomotif utama perekonomian daerah dan nasional ke depan. 
ADVERTISEMENT
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa lembaga PBB untuk urusan pangan dan ertanian, yaitu FAO (Food and Agriculture) melakukan pertemuan yang dilaksanakan pada 11-15 Juli 2016 di Kota Roma, Italy.  FAO diikuti 194 negara anggota termasuk Indonesia dan sudah menetapkan dan meluncurkan 'The State of World Fisheries and Aquaculture (SOFIA)', sebuah laporan dan dokumen terkait perikanan dan budidaya yang menjadi referensi para anggota FAO dalam memenuhi kebutuhan ikan di dunia. 
SOFIA ditetapkan dalam sidang ke-32 Committee on Fisheries (COFI) yang digelar FAO di Plenary Hall, markas pusat FAO di Viale delle Terme di Caracalla, Roma. Dari data di SOFIA, produksi ikan dunia pada tahun 2025 diproyeksikan sebesar 196 juta ton, terdiri dari 52% berasal dari perikanan budidaya dan 48% dari perikanan tangkap. Proyeksi ini meningkat signifikan dari data produksi ikan pada 2014 yang sebesar 167,2 juta ton, dengan rincian 44% perikanan budidaya dan 56% perikanan tangkap. Jumlah konsumsi ikan pada tahun 2014 per kapita mencapai 20 kg.
ADVERTISEMENT
Dengan proyeksi kondisi perikanan tersebut, maka hal ini memperlihatkan harapan baru, di mana sektor perikanan budidaya ke depan semakin mengalami peningkatan yang signifikan. Oleh karena itu, program Emas Biru yang sementara digalakan di Maluku yang diinisiasi oleh Pangdam XVI Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo, sudah sangatlah tepat guna meningkatkan produksi perikanan dari sektor budidaya, dan merupakan salah satu cara untuk merubah mindset yang selama ini terfokus pada hasil produk perikanan tangkap. Seharusnya, dengan tren perikanan dunia seperti di atas, maka kita harus dapat mengendalikan sektor perikanan tangkap dan meningkatkan sektor perikanan budidaya, karena produk dan hasil budidaya yang kita lakukan dapat terlihat jelas baik jumlah dan spesiesnya. Hal ini berkaitan dengan data produksi riil perikanan budidaya.
ADVERTISEMENT
Perikanan budidaya mungkin kurang diminati masyarakat karena berkaitan dengan sarana prasarana budidaya, benih, pakan, pemasaran dan waktu panen yang relatif membutuhkan kesabaran, ketelitian dan keuletan serta disiplin. Seharusnya, kondisi tersebut memotivasi kita menjadikan budidaya sebagai tabungan perikanan secara baik, yang jika dikelola secara profesional, terarah,terpadu dan berkelanjutan akan menjadi modal dalam peningkatan pendapatan penghasilan masyarakat.
Kondisi laut yang kadang kurang bersahabat, waktu penangkapan ikan yang kadang tak menentu dikarenakan musim, dan kendala umpan hidup bagi nelayan pole and line seharusnya dapat menjadi catatan serius bagi para nelayan kita untuk mengembangkan Sektor usaha perikanan budidaya tanpa harus meninggalkan profesi nelayan tangkap.
Ke depan kiranya ada hubungan kerjasama, baik antara pemerintah, swasta, dan masyarakat yang harus ditingkatkan guna kembangkan sektor perikanan budidaya dari hulu sampai hilir. Karena dari pemerintah sebagai pengambil kebijakan lewat regulasi, swasta melakukan investasi, dan masyarakat sebagai pelaku kegiatan budidaya harus saling berkaitan dan mendukung satu sama lain. Jika ketiga elemen ini bisa bekerja bersinergi dan terintegrasi secara terkoordinasi, maka harapan untuk menjadikan budidaya sebagai penopang lokomotif pembangunan ekonomi nasional akan terwujud!
ADVERTISEMENT