Kiat Menumbuhkan Generasi Muda Indonesia Sadar Pentingnya Membaca

Ana Chonitsa
Ana Chonitsa adalah mahasiswa UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan
Konten dari Pengguna
29 November 2022 13:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ana Chonitsa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://pixabay.com/id/photos/buku-asia-anak-anak-anak-laki-laki-1822474/
zoom-in-whitePerbesar
https://pixabay.com/id/photos/buku-asia-anak-anak-anak-laki-laki-1822474/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Membaca merupakan aktivitas yang sudah tidak asing lagi bagi kaum pelajar di Indonesia. Bahkan, membaca menjadi keharusan karena dengan membaca para pelajar dapat memperoleh ilmu pengetahuan sekaligus mengembangkan kemampuan berpikirnya secara cakap, luas dan kritis. Terutama dalam menanggapi segala bentuk persoalan. Oleh karena itu, membaca bagi sebagian negara maju diberbagai belahan dunia seperti Belanda, Swedia, Jepang, Finlandia, dan Amerika Serikat sudah menjadi keseharian dan rutinitas yang tidak dapat lepas dari kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Namun, sebaliknya dengan negara Indonesia yang masyarakatnya masih jauh dari buku dan sumber bacaan. Meskipun, teknologi seperti e-book, aplikasi-aplikasi penunjang aktivitas membaca dan berbagai platfrom pendukungnya telah menyediakan kemudahan bagi kaum terpelajar untuk membaca nyatanya belum sepenuhnya menjadi rutinitas dan kesadaran akan pentingnya membaca bagi kehidupan mereka. Menurut, Lilik Tahmidaten dan Wawan Krismanto dalam penelitiannya yang berjudul “Permasalahan Budaya Membaca di Indonesia” mengungkapkan bahwa data dari World’s Most Literate Nations yang dilakukan oleh Central Connecticut State University Amerika Serikat yang dirilis pada awal tahun 2017 menginformasikan bahwa Indonesia menempati urutan ke-60 dari 61 negara dalam hal kemampuan literasi.
Kemudian, hasil Indonesia National Assesment Program pada tahun 2016 yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Pendidikan (Puspendik) dari Kemendikbud mengungkapkan rata-rata secara nasional kemampuan literasi dan membaca pelajar di Indonesia adalah 46,83% berada pada kategori kurang, hanya 6,06% berada pada kategori baik, dan 47,11% berada pada kategori cukup untuk survei secara keseluruhannya.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana, dilansir pada halaman website ruang guru yang dikenal sebagai perusahaan teknologi terbesar berbasis pendidikan di Indonesia mengungkapkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia berdasarkan data UNESCO berada pada taraf yang sangat memprihatikan dengan presentase 0,001%. Artinya dari 1.000 orang hanya 1 yang rajin membaca. Sehingga persoalan membaca dan kebudayaan membaca di Indonesia menjadi permasalahan belum pernah selesai dan tuntas bagi negara Indonesia.
Mencari akar dan sebab bahwa tingkat kesadaran membaca di negara Indonesia rendah. Ditemukan dalam penelitian Anggelika Permata Sari yang berjudul “Budaya Baca dan Kemajuan Bangsa Indonesia”. Dalam tulisannya mengungkapkan bahwa tingkat kesadaran membaca masyarakat di Indonesia tergolong rendah dikarenakan kebudayaan yang melekat pada masyarakat Indonesia adalah budaya lisan bukan budaya tulisan. Hal ini, berdasarkan fakta-fakta sejarah yang menyimpulkan bahwa transfer nilai dan kebudayaan dilakukan melalui budaya tutur atau lisan. Seperti adanya tembang-tembang, kidung, cerita dan sebagainya yang mana proses penafisrannya dilakukan melalui lisan. Meskipun tidak semua, tetapi prasasti dan kitab karya para Empu-empu, seperti kitab Pararaton, Serat Kalatidha, Negarakertagama, Serat Centhini, dan lain-lain. secara praktis bukan dibaca, tetapi disajikan dan diajarkan melalui tembang atau nyayian. Terlebih kebudayaan masyarakat Jawa yang mengenal aksara jawa sebagai alat komunikasi yang kaya struktur Bahasa dan kalimat dengan kaidah guru gatra, wilangan dan guru lagu yaitu perlu adanya kesesuaian ritme dan kaidah tembang sehingga lebih enak untuk didengar. Lalu, adanya ajaran moral dan etika di kalangan masyarakat Indonesia lebih banyak diajarkan melalui cerita, dongeng, tutur dan nasehat langsung kepada anak-anak bukan dalam bentuk tulisan melainkan lisan. Oleh karena itu, tidak heran, jika masyakarat Indonesia sampai saat ini kurang peduli akan aktivitas membaca dalam keseharian mereka.
ADVERTISEMENT
Mengetahui realita yang ada, pemerintah tidak henti-hentinya membuat kebijakan dalam meningkatkan minat membaca masyarakat Indonesai khususnya para kaum pelajar dan generasi mudanya seperti adanya program pendirian jenis perpustakaan baik di desa maupun di kota, pemberian bantuan koleksi perpustakaan bagi seluruh wilayah Indonesia, pemberian bantuan layanan mobil perpustakaan keliling dan Gerakan Literasi Nasional dengan mendistribusikan buku-buku ke PAUD dan SD yang berada di wilayah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal).
Jika melihat realita dan karakteristik masyarakat Indonesia maka program tersebut masih kurang tepat. Karena, sasaran pemerintah hanya untuk meningkatkan minat baca bukan meningkatkan kesadaran membaca. Seperti yang diungkapkan oleh John dan Pearson dalam buku yang berjudul Teaching Reading Coprehension (1978) membaca adalah praktik menggunakan teks untuk memperoleh makna. Lalu, menurut D. P. Tampubolon (1987), membaca adalah proses penalaran untuk memahami ide atau pikiran yang terkandung dalam tulisan. Sehingga, membaca adalah aktivitas yang memiliki tujuan, dilakukan secara sadar, memiliki arti dan kebermanfaatan lebih bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, sebagai masyarakat perlu melakukan pemaknaan arti kembali terhadap aktivitas membaca sebagai kesadaran dan kebutuhan bagi kehidupan mereka.
ADVERTISEMENT
Secara sederhana, kesadaran adalah kesiapan terhadap peristiwa yang ada di lingkungan sekitarnya dengan melibatkan pemahaman kognitif terdiri dari kerja memori, pikiran, perasaan dan sensasi fisik. Sebab itu, kesadaran memiliki arti penting bagi manusia yaitu pandangan luas dalam berpikir untuk menemukan solusi melalui sumber bacaan yang dibacanya.
Berikut ini, kiat-kiat untuk meningkatkan kesadaran membaca bagi generasi muda di Indonesia :
ADVERTISEMENT
Dengan menerapkan kesadaran membaca maka generasi muda Indonesia akan benar-benar membaca.