Gangguan Makan: Makanan Tampak Menyeramkan Bagiku

Ananda Robiatul Adawiyah
Mahasiswi Program Studi Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
14 Desember 2021 17:18 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ananda Robiatul Adawiyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Unsplash
ADVERTISEMENT
"Lebih baik menahan rasa lapar, daripada menjelma menjadi orang yang mengerikan untuk menghindari nasib yang buruk".
ADVERTISEMENT
Halo sobat sehat, kenapa kita harus takut makan? Sebagian dari kita pasti menganggap makanan terlihat menyeramkan, bukan? Misalnya, setelah melakukan program diet dan menurunnya berat badan, kita jadi sering merasa takut untuk makan. Nah, mungkin saja Anda sudah memiliki gejala gangguan makan atau yang biasa disebut dengan eating disorder nih.
Berbicara tentang gangguan makan (eating disorder). Apa itu gangguan makan? Menurut (National Institute of Mental Health, 2011 dalam Laila, 2013), gangguan makan adalah penyakit mental yang dapat mengancam secara serius kebiasaan makan sehari-hari, seperti makan berlebihan atau kurangnya asupan makanan. Lalu apa saja gejala gangguan makan dan bagaimana cara mengatasinya jika Anda sudah mengalaminya? Yuk, kita simak teman sehat.
Menurut (Sigman, 2003 dalam Laila, 2013), Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV (DSM-IV) menunjukkan bahwa ada tiga kategori diagnostik khusus gangguan makan, yaitu anorexia nervosa, bulimia nervosa, dan binge eating disorder. Selain itu, ada juga kondisi yang mirip dengan 3 gangguan di atas tetapi umumnya tidak memenuhi kriteria yang ada, yaitu eating disorder not otherwise specified.
ADVERTISEMENT
Anorexia Nervosa adalah sindrom di mana seseorang sengaja melaparkan diri karena takut kelebihan berat badan, bahkan mereka memiliki berat badan yang jauh lebih rendah dari biasanya. Contohnya, seperti tidak ingin mencapai berat badan normal, membuat alasan untuk tidak makan, dan takut kelebihan berat badan.
Bulimia Nervosa adalah gangguan makan yang ditandai dengan upaya terus-menerus untuk memuntahkan makanan yang dimakan. Gangguan ini ditandai dengan mengkonsumsi makanan dalam jumlah besar dan secara berulang, lalu dimuntahkan kembali makanan tersebut serta melakukan olahraga yang berlebihan.
Binge-eating Disorder adalah gangguan makan yang memakan makanan dalam jumlah besar dalam waktu singkat, seperti makan setiap 2 jam sekali. Gangguan ini ditandai dengan perasaan tidak bisa mengontrol ukuran porsi makan dan makan dalam jumlah yang banyak bahkan ketika Anda tidak merasa lapar. Gangguan ini berlangsung minimal 2 hari selama 6 bulan.
ADVERTISEMENT
Eating Disorder Not Otherwise Specified merupakan jenis gangguan makan yang di mana hanya sekitar 50% dari pengidap yang mengalami gangguan anorexia nervosa atau bulimia nervosa. Misalnya, seorang wanita yang memenuhi kriteria anorexia nervosa, tetapi masih memiliki periode menstruasi yang normal dan masih dalam kisaran berat badan ideal.

Dampak Gangguan Eating Disorder

Efek pertama pada orang yang menderita anorexia nervosa adalah penurunan berat badan secara terus menerus, turunnya penyimpanan lemak dan otot, penurunan proses pertumbuhan, penurunan laju metabolisme, penurunan suhu tubuh, dan turunnya perkembangan pengeluaran energi. Penurunan lemak pada tubuh menyebabkan penurunan suhu tubuh, yang akhirnya membuatnya tak tertahankan untuk sirkulasi yang buruk (Grosvenor, 2002 dalam Laila, 2013).
Depresi merupakan salah satu kondisi dari penyebab bulimia nervosa. Lemah juga termasuk dari penyebab tersebut. Terjadinya kelemahan karena kurangnya makanan yang cukup, dehidrasi, atau tidak seimbangnya asam lambung akibat muntah yang terus-menerus atau akibat diare karena penggunaan laksatif secara berlebihan.
ADVERTISEMENT
Dampak pada gangguan binge eating disorder, orang dengan kebiasaan makan berlebihan cenderung mengalami kelebihan berat badan. Dengan begitu, penderita akan mengalami komplikasi bagi kesehatan tubuhnya seperti terjadinya depresi kecemasan, panik, kecanduan narkoba, tekanan darah tinggi, diabetes stadium II, penyakit jantung, stroke, dll (Proverawati, 2010 dalam Laila, 2013).
Pasien dengan eating disorder not otherwise specified yang mengalami obesitas berada pada peningkatan risiko cacat psikologis dan fisik seperti harga diri rendah, berada pada peningkatan risiko diabetes, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan stroke. (Pusat Kerjasama Kesehatan Jiwa Nasional, 200 dalam Laila, 2013).

Pengobatan Eating Disorder

Terapi keluarga, perawatan ini direkomendasikan untuk remaja yang didampingi dengan orang tua. Orang tua harus mampu mengontrol berat badan anak dan makanan yang dikonsumsi. Tujuannya agar anak mau makan makanan yang sehat dan mengurangi nafsu makan yang berlebihan.
ADVERTISEMENT
Terapi Perilaku Kognitif, terapi ini dianggap sebagai perawatan di rumah untuk anak-anak, remaja, dan orang dewasa, untuk menormalkan dan memperbaiki masalah psikologis yang berkaitan dengan kebiasaan makan.
Psikoterapi Interpersonal, tujuan dari perawatan ini adalah untuk membantu pengidap mengidentifikasi masalah interpersonal yang dianggap menyebabkan gangguan makan. Perawatan psikoterapi interpersonal ini tidak berfokus langsung pada gejala gangguan makan.
Obat-obatan, gangguan makan tidak dapat disembuhkan dengan obat-obatan. Namun, obat-obatan dapat mengontrol nafsu makan berlebihan dan menghentikan keinginan untuk memuntahkan makanan yang dikonsumsi.
Baik sobat sehat, memang hidup terkadang terasa melelahkan. Namun, kita harus yakin bahwa kita kuat dan mampu mengatasi segala kesulitan yang harus kita lalui. Kita semua adalah pemeran utama dalam kisah hidup kita sendiri. Maka jadilah pemeran utama yang mencintai tubuhnya karena tubuh Anda layak untuk dipahami dan dicintai.
ADVERTISEMENT
Sumber
Krisnasi, H. dkk (2017). Gangguan Makan Anoreksia Nervosa dan Bulimia Nervosa Pada Remaja. Jurnal Prosiding Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat. 4(3). p. 399-401.
Herpertz, Stephan. dkk (2011). Jurnal Deutsches Arzteblatt International. 108(40). p. 680-683.
Chairani, L. (2018). Body Shame dan Gangguan Makan Kajian Meta-Analisis. Jurnal Buletin Psikologi. 26(1). p. 12-13.
Wilson, G. dkk (2007). Psychological Treatment of Eating Disorder. Jurnal American Psycologist Association. 62(3). p. 199-204.
Laila, N. N. (2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Makan Pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta. p. 13-27.