Di Ponpes Garut, Jokowi Jelaskan soal Hoax Fotonya dengan DN Aidit

17 Oktober 2017 20:40 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jokowi di Pesantren Al Amien Prenduan (Foto: Biro Setpres)
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi di Pesantren Al Amien Prenduan (Foto: Biro Setpres)
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo mengajak seluruh elemen masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap informasi yang beredar di media sosial. Mengingat saat ini, informasi yang beredar sangatlah beragam, baik yang positif maupun negatif.
ADVERTISEMENT
Ajakan ini disampaikan Presiden Joko Widodo dalam sambutannya saat menghadiri Rapat Koordinasi Nasional Pondok Pesantren Muhammadiyah di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, Selasa (17/10).
“Ini yang harus kita waspadai. Media sosial kalau tidak bisa kita screening akan mempengaruhi anak-anak kita,” ucap Jokowi di lokasi seperti dikutip dari rilis Biro Pers Istana Kepresidenan.
Jokowi mencontohkan bagaimana sebuah foto hasil rekayasa beredar di media sosial. Dalam foto itu, terpampang foto D.N. Aidit dan dirinya pada tahun 1955.
“Saya tahun 1955 belum lahir. Kalau orang tidak bisa menyaring kan bisa percaya. Ini maunya apa? Maunya membangun informasi yang dikelirukan,” ujar Jokowi.
Oleh karenanya, Presiden mengingatkan agar pondok pesantren ikut serta bersama pemerintah memberikan pendidikan dan pemahaman dalam berperilaku positif di media sosial.
ADVERTISEMENT
“Mestinya pondok pesantren memberikan pemahaman yang benar kepada anak didik, santri,” kata Presiden.
Salah satunya adalah dengan membangun karakter dan menanamkan nilai agama sejak dini pada anak-anak. Meskipun sulit, namun Presiden yakin cara tersebut akan mempengaruhi perilaku, budaya, dan budi pekerti generasi penerus Indonesia di masa mendatang.
“Ini bukan sesuatu yang gampang untuk diselesaikan,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, Jokowi menyebut penyebaran kabar bohong dan fitnah di media sosial tidak hanya terjadi di Indonesia. Di negara lain, seorang kepala negara pun menyebutkan bahwa di negaranya media mainstream dapat dikuasai, namun media sosial tidak dapat dikendalikan.
“Televisi dan koran bisa kita kuasai tapi media sosial tidak bisa,” ujar Presiden.
ADVERTISEMENT
Kepala negara tersebut pun bertanya kepada Presiden Jokowi tentang aktivitas media sosial di Indonesia.
“Bertanya kepada saya, bagaimana di Indonesia? Kalau di Indonesia media sosial kejam banget,” kata Presiden.
Turut hadir mendampingi Presiden, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir.