LSI Denny JA: 72,5% Warga Indonesia Tak Nyaman dengan Pro-Kontra Ahok

19 Mei 2017 18:07 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Konpers temuan terbaru survey nasional (Foto: Kelik Wahyu/kumparan)
Polarisasi massa kubu pro dan kontra Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang terjadi pasca Pilgub DKI Jakarta membuat hampir sebagian besar masyarakat Indonesia tidak nyaman. Berdasarkan survei LSI Denny JA, sebanyak 72,5 persen masyarakat menilai selain membuat tidak nyaman, polarisasi ini berpotensi memecah persatuan dan kesatuan bangsa.
ADVERTISEMENT
"Sebanyak 72,5 persen publik merasa tidak nyaman. Ini telah melampaui persoalan Pilgub DKI, melonggarkan persatuan dan kebersamaan bangsa," ujar peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa, saat memberikan paparan mengenai hasil survei di kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (19/5).
Sementara itu, sebanyak 8,7 persen masyarakat Indonesia merasa tenang-tenang saja dari adanya polarisasi kubu pro dan kontra Ahok. Sisanya, sebanyak 18,8 persen tidak menjawab dan tidak mengaku tak tahu soal polarisasi yang muncul pasca Pilgub DKI.
Baca juga:
Massa simpatisan Ahok melakukan aksi seribu lilin (Foto: Kelik Wahyu/kumparan)
Ardian menyebut polarisasi kubu pro dan kontra Ahok bukan hanya menjadi isu masyarakat DKI tapi juga telah menjadi isu nasional. Sehingga perlu adanya usaha untuk merajut kebersamaan bangsa Indonesia kembali
ADVERTISEMENT
"Polarisasi ini tentu tidak hanya terjadi di Jakarta pada akhirnya, kita juga tanyakan pada masyarakat indonesia pada keseluruhan. Sehingga kita perlu melihat kira-kira apa yang bisa kita lakukan ke depannya untuk merajut kembali kebersamaan ini," pungkas Ardian.
Polarisasi kubu pro dan kontra Ahok. kata Ardian, telah menciptakan aksi-aksi saling menyerang dan demo. Sebut saja aksi dari simpatisan pro Ahok melakukan aksi lilin dan karangan bunga. Mereka menilai aksi tersebut merupakan bagian dari dukungan dan penghargaan kepada Ahok. Namun, di sisi lain bagi massa kontra Ahok, aksi ini hanya mengganggu ketertiban umum.
Survei ini digelar pada 5-10 Mei 2017 dengan melibatkan 1.200 responden dari seluruh Indonesia. Metode sampling menggunakan metode multistage random sampling. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara tatap muka menggunakan kuesioner. Margin of error mencapai kurang lebih 2,9 persen.
ADVERTISEMENT