4 Alasan Seseorang Sulit Tidur saat Bermalam di Kamar Hotel

21 Februari 2018 13:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kamar hotel. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kamar hotel. (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Menginap di hotel impian bisa jadi bagian dari agenda utama liburanmu. Kamu rela merogoh kocek agak dalam demi dapat beristirahat di kamar hotel yang nyaman. Staycation, begitu istilahnya.
ADVERTISEMENT
Kamu membayangkan bisa tidur nyenyak dan bangun pagi dengan segar. Tapi tunggu dulu, seringnya kita malah sulit tidur saat bermalam di kamar hotel, bahkan yang sangat nyaman dan mewah sekalipun. Bukan hanya terjadi padamu, rata-rata hampir semua orang cenderung mengalaminya.
Tak jarang lewat dini hari kamu masih terjaga dan membolak-balikkan badanmu. Lampu kamar sudah dimatikan, namun kamu tak kunjung terlelap. Dilansir dari Conde Nast Traveler, kecenderungan untuk sulit tidur di kamar hotel dapat dijelaskan secara ilmiah.
Menurut penjelasan dr Melisa Moore, pakar tidur dari Rumah Sakit Anak Philadelphia, fenomena ini disebut sebagai ‘first night effect’. Apa yang menyebabkannya terjadi? Berikut empat alasannya:
1. Otak Mengidentifikasi Lingkungan Baru
Ilustrasi tamu hotel. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tamu hotel. (Foto: Pixabay)
Penelitian menyatakan bahwa salah satu dari belahan otak (hemisfer) kita tidur lebih sedikit saat bermalam di lingkungan baru. Perbedaan aktivitas dari dua hermisfer itulah yang membuat kita sulit tidur.
ADVERTISEMENT
Sejak bayi, otak juga telah belajar mengasosiasikan tidur dan lingkungan sekitar. Saat tidur di tempat baru, otak perlu beberapa waktu untuk menyesuaikan diri dan merasa aman. Oleh karena itu, kita cenderung lebih susah kembali tidur saat terbangun di kamar hotel.
2. Jet Lag
Ilustrasi susah tidur karena jet lag (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi susah tidur karena jet lag (Foto: Thinkstock)
Inilah alasan paling umum jam tidur traveler cenderung berantakan. Saat bepergian jauh ke destinasi dengan zona waktu berbeda dari tempat asal, jam biologis kita perlu beberapa saat untuk menyesuaikan.
Traveler cenderung tidak bisa tidur hingga dini hari dan mengantuk berat pada pagi hari. Untuk mengatasinya, paparkan dirimu pada cahaya matahari. Meski mengantuk, paksakan untuk jalan kaki santai. Hal itu membantu pengaturan jam biologis.
3. Merasa Tidak Aman
Ilustrasi cemas (Foto: Dok. Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cemas (Foto: Dok. Thinkstock)
Meski merasa senang berhasil menabung untuk tidur di kamar hotel bintang lima, bisa jadi otakmu berkata lain. Secara tidak sadar, otak mengirim alarm tanda merasa tidak aman saat menginap di lingkungan baru.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, banyak hotel yang menyediakan eye mask dan earplug untuk membantu tamu tidur lebih nyenyak. Kedua barang itu akan mengurangi otak mengidentifikasi hal-hal yang dianggap tidak aman. Tak jarang, hotel juga menyediakan lilin beraroma terapi untuk membantu kita lebih relaks.
4. Bukan Kasur Sendiri
Ilustrasi tidur. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tidur. (Foto: Thinkstock)
Mungkin hal ini terdengar konyol. Namun, tak jarang kita merasa ada saja yang kurang jika tidak tidur di kasur sendiri. Mulai dari tinggi bantal yang kurang sesuai, temperatur kamar yang terlalu dingin, selimut yang terlalu tebal, dan lain sebagainya.
Maka jangan heran jika melihat traveler yang pergi kemana-mana dengan membawa bantal atau selimut kesayangannya. Memang repot, sebab tak semua hotel dapat menyajikan suasana personal seperti di rumah sendiri.
ADVERTISEMENT