Kurangnya Manajemen Stres, Alasan Utama Timbulnya Pertengkaran Besar

5 September 2017 16:02 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Pasangan Bertengkar (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pasangan Bertengkar (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Beberapa hari lalu, masyarakat Indonesia dikejutkan dengan berita tentang pembunuhan pegawai cantik BNN Lido bernama Indria Kameswari. Wanita berhijab itu ditemukan tewas di rumah kontrakannya di Perum River Valley, Desa Palasari, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dengan luka tembak dibagian punggungnya.
ADVERTISEMENT
Belakangan, sang suami, Abdul Malik Azis ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan Indria. Ia disebut tega membunuh istrinya karena pertengkaran yang kerap terjadi di antara keduanya.
Dalam rekaman pertengkaran yang didapatkan polisi diungkapkan jika Indria sering menuntut rumah dan mobil mewah kepada Abdul. Ia juga sering mengeluarkan kata-kata kasar dan memukul sang suami ketika sedang bertengkar.
Lantas, apakan faktor yang akhirnya membuat pasangan suami istri kerap bertengkar dan berakhir dengan pembunuhan?
Psikolog Liza Marielly Djaprie, mengungkapkan jika pertengkaran antara suami istri tidak selalu berujung pada pembunuhan. Menurutnya, pembunuhan bisa dipicu tak hanya dari pertengkaran suami istri saja, tetapi juga pertengkaran antara sahabat dan anggota keluarga lainnya.
"Ini murni tergantung daripada orangnya. Bisa saja terjadi (pembunuhan) antar sahabat," ujar Liza ketika dihubungi kumparan (kumparan.com), Selasa (5/9).
Ilustrasi Pasangan Bertengkar (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pasangan Bertengkar (Foto: Thinkstock)
Namun, dalam kasus antara Indria dan Abdul, Liza melihat jika ada beberapa faktor yang menyebabkan pasangan suami istri ini bertengkar dan akhirnya terjadi pembunuhan. Kurangnya manajemen stres menjadi salah satu faktor utama dalam kasus ini.
ADVERTISEMENT
"Saya lebih melihatnya ini terjadi karena tidak adanya manajemen stres yang baik. Ia tidak secara efektif mengatasi gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang muncul akibat suatu hal," jelas Liza.
Selain itu, kurangnya kemampuan untuk mengendalikan emosi serta kata-kata yang keluar dari mulut juga menjadi pemicu pertengkaran yang besar dan berujung pada pembunuhan. "Ada orang-orang yang implusif bertindak dan berkata-kata ngga dipikirin," terangnya.
Untuk itulah, Liza menyarankan agar setiap pasangan suami istri dapat menahan emosinya dan benar-benar mempunyai manajemen yang baik agar kasus serupa tidak terulang kembali.
"Seharusnya kita punya kontrol impuls yang baik, ada kemampuan untuk ngerem. Lalu, balik lagi, tidak adanya manajemen stres yang baik juga sangat berpengaruh. Jadi, komunikasi suami istri yang baik menjadi kunci utamanya di sini," pungkas Liza.
ADVERTISEMENT