Kumplus Opini- Andina

Perkara Nama

Andina Dwifatma
Andina menerbitkan novel Semusim, dan Semusim Lagi (2013) dan Lebih Senyap dari Bisikan (2021). Ia juga mengajar di Program Studi Ilmu Komunikasi, Unika Atma Jaya.
25 Januari 2022 10:16 WIB
·
waktu baca 5 menit
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Meskipun Shakespeare yang konon jarang mandi itu pernah berkata “apalah arti sebuah nama”, dunia yang kita hadapi saat ini rupanya tidak sependapat. Orang tua berlomba-lomba menamai anaknya dengan kata-kata yang belum pernah didengar umat manusia.
Nama-nama yang tadinya “biasa saja” pun dimodifikasi sedemikian rupa, misalnya dengan menambahkan huruf “h” atau “y” pada “s” sehingga menghasilkan bunyi “sh” atau “sy” yang terdengar kenes, atau mengganti huruf “i” dengan “ee”.
Apakah Anda pernah berhadapan langsung dengan anak-anak bernama tak biasa? Saya belum. Tapi sebuah tangkapan layar melintas di lini masa Twitter saya suatu sore, tentang orang tua yang saling berbagi referensi nama bayi. Era Adit, Icha, atau Dimas rupanya sudah berlalu, digantikan Shaqueena, Azkeeya, Shaqueel, Queenzino, sampai Saqeenarava.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
check
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
check
Bebas iklan mengganggu
check
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
check
Gratis akses ke event spesial kumparan
check
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten