
Putri saya yang baru berumur lima tahun gemar bermain trampolin. Setiap sore ia mengajak teman-temannya, anak-anak tetangga kami, melompat-lompat di atas sebuah trampolin kecil yang kami letakkan di garasi. Sambil terayun-ayun di udara, mereka bermain sepuasnya: role playing polisi-maling, pura-pura mengantre vaksin, sampai nyanyian boneka Squid Game, yang lama kelamaan saya hafal walaupun tidak ingin. Mugunghwa kkoci pieot seumnida…
Barang siapa pernah menyaksikan anak-anak bermain, akan tahu bahwa imajinasi mereka luar biasa. Mereka bisa mengolah realita (tanpa membedakan baik atau buruk) dan mencerminkannya ke dalam semacam alternate universe yang bisa bikin orang dewasa merinding mendengarnya.
Ariel Heryanto, profesor emeritus di Monash University, Australia pernah bercerita anaknya ketika SD bermain “PKI-PKI-an” di sekolah. “Semua anak ingin jadi PKI karena bisa mengejar para jenderal, yang lari terbirit-birit masuk kamar mandi,” oceh putra Ariel sementara bapaknya terbengong-bengong. Maklum, kala itu masih Orde Baru.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanplus
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanplus
Gratis akses ke event spesial kumparan
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814
Konten Premium kumparanplus
Rombongan pasar malam menghadirkan keramaian yang tanpa syarat dan kebersamaan yang tidak dibuat-buat. Anak kampung dan kompleks berbaur dalam binar dan kegirangan yang sama.
Kolom Andina Dwifatma, terbit tiap Selasa, di kumparanplus.
11 Konten
KONTEN SELANJUTNYA
Sebungkus Cireng di Status WhatsApp
Andina Dwifatma
SEDANG DIBACA
Yang Kalah Pindah Agama
Andina Dwifatma
Lihat Lainnya