Sistem Energi Terbarukan yang Tangguh untuk Keberlanjutan Global

Andini Putri
Politeknik Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
1 Juli 2024 16:49 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Andini Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Transformasi Tenaga Angin Menuju Masa Depan

ilustrasi Peta Kecepatan Indonesia : https://p3tkebt.esdm.go.id/pilot-plan-project/energi_angin/potensi-energi-angin-indonesia-2020
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi Peta Kecepatan Indonesia : https://p3tkebt.esdm.go.id/pilot-plan-project/energi_angin/potensi-energi-angin-indonesia-2020
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLT Angin) adalah jenis pembangkit listrik yang sangat mengutamakan perlindungan lingkungan. PLT Angin dapat diimplementasikan dalam bentuk wind farm atau mandiri, baik terhubung ke jaringan listrik maupun tidak. Teknologi ini cocok untuk diterapkan di lokasi terpencil atau di area yang sudah memiliki infrastruktur jaringan listrik. Keberhasilan dan kelangsungan operasional PLT Angin sangat tergantung pada pemilihan lokasi yang tepat berdasarkan data angin yang akurat sepanjang masa pakai turbin angin. Oleh karena itu, melakukan studi potensi angin yang komprehensif sepanjang tahun di lokasi yang memiliki potensi sangat penting sebelum memutuskan untuk membangun PLT Angin.
ADVERTISEMENT
Indonesia telah dikenal sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam, terutama di sektor energi. Ketersediaan energi menjadi aspek vital dalam kehidupan sehari-hari, yang sangat diperlukan pemakaian Listrik. Semua komponen perangkat alat rumah tangga memerlukann daya Listrik yang memadai agar dapar terintegrasi secara struktural dan optimal. Maka dari itu, Pengukuran Potensi Energi Angin dilakukan untuk menentukan lokasi yang tepat secara teknis dan ekonomis untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLT Angin), terutama di wilayah yang belum terjangkau oleh pembangkit listrik dari sumber energi fosil atau energi terbarukan lainnya.
MENGATASI TANTANGAN ENERGI UNTUK MENCAPAI TARGET NZE MELALUI INOVASI ANGIN
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, target bauran energi baru dan terbarukan pada tahun 2025 paling sedikit 23% dan 31% pada tahun 2050. Target kapasitas PLT-Angin (Pembangkit Listrik Tenaga Angin) pada tahun 2025 yakni 255 MW. Sementara hingga tahun 2020 PLT-Angin baru terpasang sekitar 135 MW dengan perincian 75 MW di daerah Sidrap dan sebesar 60 MW di daerah Janeponto). Dengan demikian pengembangan energi angin di Indonesia masih menjadi tantangan nasional.
ADVERTISEMENT
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, pada penyelenggaraan Energy Transition Council (ETC) Ministerial: Uniting Leaders, Catalyzing Finance, Emporing Clean Energy, rangkaian COP 28 Dubai, mengatakan Indonesia telah menetapkan Enhanced-Nationally Determined Contribution (E-NDC). E-NDC tersebut menyatakan peningkatan target pengurangan emisi karbon dari 29 persen atau 835 juta ton CO2 menjadi 32% atau 912 juta ton CO2 pada 2030.
Pentingnya memiliki peta potensi energi angin yang akurat di seluruh Indonesia sangat terlihat pada langkah awal dalam mengidentifikasi dan memilih lokasi proyek energi angin. Peta tersebut memberikan data mengenai karakteristik angin di berbagai wilayah, seperti kecepatan angin rata-rata, maksimum, dan minimum yang bisa dijadikan referensi untuk membuat peta kepadatan daya dan peta energi tahunan (dalam kWh/m² atau W/m²). Informasi ini sangat berharga dalam menentukan lokasi proyek serta memilih jenis turbin yang sesuai.
ADVERTISEMENT
Perkembangan jangka panjang: Pertumbuhan yang kuat terus berlanjut
Ilustrasi Wind Power Annual Growth Rates : https://wwindea.org/AnnualReport2023
Berdasarkan WWE Annual report ( World wind energy association) , Dengan kapasitas terpasang mencapai 1'047'288 Megawatt, dunia telah mencapai sebuah pencapaian bersejarah. Capaian melewati ambang batas 1 juta Megawatt kapasitas angin global terjadi 25 tahun setelah dunia memasang 10.000 Megawatt dan 15 tahun setelah mencapai 100.000 Megawatt.
Pertumbuhan di masa depan diharapkan terus meningkat, didorong oleh penerapan kebijakan baru di banyak negara di seluruh dunia sebagai tanggapan terhadap perubahan iklim yang semakin meningkat dan krisis bahan bakar fosil.
Banyak negara telah meningkatkan tekad mereka untuk mengembangkan ladang angin skala besar, baik di darat maupun lepas pantai, dengan dukungan kebijakan yang konkret. Akibatnya, prospek pertumbuhan jangka pendek juga diprediksi sangat tinggi. Tiga kali lipat kapasitas tenaga angin sebelum akhir dekade ini dan peningkatan sepuluh kali lipat pada pertengahan abad ini bukan hanya mungkin, tetapi juga merupakan pilihan yang realistis.
ADVERTISEMENT
Hambatan untuk penyebaran yang lebih cepat
Berdasarkan WWEA ( World wind energy association) , Subsidi bahan bakar fosil telah menciptakan ketidakseimbangan yang signifikan di pasar energi, mencapai puncaknya baru-baru ini karena krisis pasokan energi fosil yang dipicu oleh invasi Rusia di Ukraina. Penghapusan subsidi ini menjadi krusial untuk memastikan perlakuan yang adil bagi energi terbarukan yang ramah lingkungan
Kendala utama lainnya meliputi proses persetujuan dan perencanaan yang lambat. Seperti yang telah disorot oleh WWEA sebelumnya, proses rata-rata untuk perencanaan dan perizinan memerlukan waktu lebih dari lima tahun, dan bahkan di beberapa negara, proses ini dapat memakan waktu sepuluh tahun atau lebih. Idealnya, perizinan harus diselesaikan dalam waktu yang wajar, biasanya dua tahun dalam kondisi normal sudah cukup.
ADVERTISEMENT
UPAYA MEMPERCEPAT PEMANFAATAN SUMBER DAYA ANGIN DI INDONESIA
Keyakinan untuk mencapai target pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) semakin meningkat. Ini terlihat dari pelaksanaan proyek pembangkit listrik tenaga angin atau bayu (PLTB) sebesar 1.725 Mega Watt (MW) atau 1,7 Giga Watt (GW) di berbagai lokasi di Indonesia.
Badan Litbang ESDM, melalui P3TKEBTKE, telah melakukan berbagai langkah untuk mempercepat penggunaan sumber daya angin. Mereka mengembangkan metode perhitungan potensi energi angin dengan menciptakan peta potensi energi angin Indonesia resolusi 5 km pada tahun 2016. Pada tahun 2020, peta tersebut diperbarui dengan memperpanjang periode input model untuk menghitung potensi energi angin onshore dan offshore di Indonesia. Hasil pemodelan ini kemudian digunakan untuk menghasilkan peta distribusi kecepatan angin onshore dan offshore, peta distribusi kecepatan angin berdasarkan musim, peta distribusi rapat daya angin (Wind Power Density/WPD), dan peta distribusi produksi energi tahunan (Annual Energy Production/AEP) untuk menggambarkan potensi energi angin di Indonesia. Validasi model dilakukan dengan membandingkan data hasil model dengan data pengukuran dari 111 stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan 11 lokasi pengukuran Pusat Penelitian Pengembangan Geologi dan Kelautan (P3GL-KESDM), dengan menghitung bias dan root mean square error (RMSE).
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2020, P3TKEBTKE juga melakukan studi Pre-Feasibility terhadap dua lokasi yang dilengkapi dengan menara pengukur angin, yaitu Pulau Sabu, Nusa Tenggara Timur, dan Saumlaki, Maluku, untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendetail mengenai potensi energi angin. Di Pulau Sabu, Nusa Tenggara Timur, kecepatan angin rata-rata di ketinggian 50 m, 30 m, dan 20 m secara berurutan adalah 5,82 m/s, 5,69 m/s, dan 5,23 m/s dengan arah angin dominan dari tenggara. Kecepatan angin harian di ketinggian 50 m menunjukkan kecepatan merata sepanjang hari, dengan kecepatan maksimum yang cenderung stabil terjadi pada siang-sore hari sekitar pukul 10.00-17.00 (7 jam) dengan kecepatan sekitar 6 m/s. Pada malam hari, kecepatan angin berkisar antara 5,4 m/s hingga 5,9 m/s.
ADVERTISEMENT
Sementara di Saumlaki, Maluku, potensi energi angin onshore menunjukkan kecepatan angin rata-rata di ketinggian 50 m, 30 m, dan 20 m berturut-turut adalah 5,20 m/s, 4,37 m/s, dan 3,66 m/s dengan arah angin dominan dari tenggara. Kecepatan angin harian di ketinggian 50 m menunjukkan kecepatan merata sepanjang hari, dengan kecepatan maksimum yang cenderung stabil terjadi di siang hari sekitar pukul 11.00-14.00 (3 jam) dengan kecepatan sekitar 6 m/s. Pada periode malam, kecepatan angin berkisar antara 4,6 m/s hingga 5,9 m/s.
Dari data yang sudah disebutkan diatas potensi keberlanjutan global ini memerlukan Kerjasama dan keterlibatan masyarakat yang baik adalah prasyarat lain untuk pertumbuhan yang lebih cepat, karena warga setempat dapat menjadi pendorong aktif pengembangan energi angin. Sementara kurangnya keterlibatan masyarakat yang baik dapat menunda atau mencegah proyek angin, angin berbasis masyarakat adalah pendorong utama, seperti yang ditunjukkan oleh banyak kasus.
ADVERTISEMENT
Indonesia, yang kaya akan sumber daya alam dan menunjukkan komitmen terhadap energi berkelanjutan, memiliki potensi besar untuk memainkan peran penting dalam pengembangan energi Angin/Bayu di masa depan. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu yang aman dan efisien diharapkan dapat mengatasi peningkatan permintaan energi sekaligus mengurangi dampak lingkungan dari penggunaan energi fosil.