Filipina Deklarasikan Pertempuran di Marawi Telah Berakhir

23 Oktober 2017 13:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Militer Filipina kuasai Marawi (Foto: Reuters/Erik De Castro)
zoom-in-whitePerbesar
Militer Filipina kuasai Marawi (Foto: Reuters/Erik De Castro)
ADVERTISEMENT
Filipina mendeklarasikan pertempuran lima bulan di Marawi telah berakhir. Wilayah tersebut menjadi pusat zona perang setelah dikuasai oleh milisi pro-ISIS.
ADVERTISEMENT
Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana mengatakan operasi militer telah dihentikan. Keputusan dikeluarkan usai angkatan bersenjata memenangkan baku tembak melawan sejumlah kecil milisi pro-ISIS yang tersisa di Marawi.
"Sudah tidak ada lagi militan di Marawi," ucap Lorezana seperti dikutip dari Reuters, Senin (23/10).
Menambahkan pernyataan Lorezana, Juru Bicara Militer Filipina Restituto Padila menyebut, walau milisi sudah tidak ada suara tembakan masih terdengar di wilayah tersebut. Padila tidak menjelaskan kenapa hal itu masih terjadi.
Dia cuma memamparkan, baku tembak terakhir di Marawi dilakukan agar para milisi menyerahkan diri. Namun, kelompok pemberontak tersebut menolak. Akibatnya, dalam serangan ini banyak milisi yang kehilangan nyawa, termasuk dua orang istri militan pro-ISIS.
Panglima Angkatan Bersenjata Filipina Eduardo Ano menyatakan, jasad para milisi pro-ISIS ditemukan di dua bangunan dan sebuah masjdi di pusat pertempuran.
ADVERTISEMENT
Terbebasnya Marawi dimulai saat dalang aksi teror di Marawi yang merupakan pemimpin ISIS di Asia Tenggara, Isnilon Hapilon, tewas di tangan militer Filipina.
"Pemimpin tinggi dan otak di balik perang berbulan-bulan di Marawi telah terbunuh," sebut Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana, seperti dikutip dari Inquirer, Senin (16/10).
Selain Hapilon, pemimpin ISIS lain Omar Maute juga tewas pada serangan teranyar yang dilancarkan militer Filipina.
Kantor Berita Associated Press (AP) menyebut, menurut keterangan pejabat kepolisian dan militer Filipina, jenazah Hapilon dan Maute ditemukan di sekitaran Marawi.
Pertumpahan darah di Marawi berlangsung sejak 23 Mei 2017. Krisis meletus usai Militer Filipina gagal menangkap Hapilon yang sedang bersembunyi di kota tersebut.
Tentara Filipina di Marawi (Foto: Reuters/Romeo Ranoco)
zoom-in-whitePerbesar
Tentara Filipina di Marawi (Foto: Reuters/Romeo Ranoco)
Hapilon yang juga sempat memimpin Abu Sayyaf memberi perlawanan. Bersama milisi Maute mereka mengepung Marawi dan memaksa militer Filipina keluar dari kota.
ADVERTISEMENT
Sejumlah bangunan di Marawi seperti Marawi City Hall, Mindanao State University, rumah sakit, dan penjara mereka duduki.
Tak cuma itu, selama berkuasa di Marawi, milisi Maute dan gerombolan Hapilon membakar gereja, sekolah, dan kampus.
Untuk merebut kembali Marawi, Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengambil langkah tegas. Ia menerapkan darurut militer di seluruh wilayah Mindanao.