Hamas dan Fatah Capai Kesepakatan Rekonsiliasi

12 Oktober 2017 17:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Faksi Hamas di Palestina (Foto: REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa)
zoom-in-whitePerbesar
Faksi Hamas di Palestina (Foto: REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa)
ADVERTISEMENT
Dua partai besar di Palestina, Hamas dan Fatah, akhirnya mencapai rekonsiliasi politik. Sebelumnya kedua kelompok tersebut terlibat perselisihan dan silang pendapat selama bertahun-tahun.
ADVERTISEMENT
Keterangan mengenai rekonsiliasi disampaikan oleh Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh. Negosiasi telah berlangsung sejak Selasa (10/11) lalu.
"Fatah dan Hamas mencapai kesepakatan pada subuh tadi dengan dukungan penuh dari kebaikan hati Mesir," sebut Haniyeh seperti dikutip dari Reuters, Kamis (12/10).
Juru Bicara Hamas Hazem Qassem mengatakan, terjalinnya kesepakatan disambut baik faksinya. Sebab, rekonsiliasi akan membawa sukacita besar bagi warga Palestina.
Faksi Hamas di Palestina (Foto: REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa)
zoom-in-whitePerbesar
Faksi Hamas di Palestina (Foto: REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa)
"Kami memberikan ucapan selamat bagi warga Palestina atas perjanjian rekonsiliasi yang terlaksana di Kairo," ucap Qassem.
"Kami akan melakukan segala upaya agar bisa mengimplementasi ini ke dalam babak baru sejarah dan perjalanan rakyat kami," tambah dia.
Tercapainya perjanjian rekonsiliasi sudah nampak sejak awal bulan lalu. Ketika itu, Hamas setuju menyerahkan kekuasaan di Gaza pada pemerintahan Fatah yang menguasai Tepi Barat.
ADVERTISEMENT
Selain masalah penyerahan kekuasaan, isu lain yang diangkat dalam perundingan adalah keamanan di Gaza serta perlintasan perbatasan.
Berdasarkan perjanjian, sekitar 3.000 aparat keamanan Fatah akan segera bergabung dengan kepolisian Gaza. Hamas pun tetap diizinkan menjalankan angkatan bersenjatanya.
Dengan bergabungnya ribuan aparat keamanan Fatah, diharapkan Mesir dan Israel akan menarik kebijakan pengetatan keamanan di perbatasan. Karena kebijakan itu perekonomian di Gaza merosot tajam.
Hamas merupakan pemimpin de facto Gaza sejak 2007 lalu. Mereka menguasai wilayah itu, setelah mengalahkan dominasi Fatah dan Presiden Mahmoud Abbas dalam pemilu parlemen.
Mereka pun mendorong Fatah untuk tidak ikut campur pada konflik berdarah yang kerap terjadi di Gaza. Permintaan tersebut memicu krisis politik di Palestina.
Faksi Hamas di Palestina (Foto: REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa)
zoom-in-whitePerbesar
Faksi Hamas di Palestina (Foto: REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa)
Fatah menolak dan tidak mengakui hasil pemilu. Kedua partai ini pun terpecah dan menguasai dua wilayah berbeda di Palestina.
ADVERTISEMENT
Keadaan semakin memburuk ketika AS, negara-negara Barat, dan Israel memasukan Hamas ke dalam daftar hitam kelompok teroris dunia.
Upaya rekonsiliasi pun selalu menemui jalan buntu. Terakhir ketika mereka setuju bersatu perjanjian itu rusak usai Israel melancarkan perang selama 51 hari di Gaza.