news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Militer Filipina Tewaskan Otak Serangan Marawi, Isnilon Hapilon

16 Oktober 2017 10:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Isnilon Hapilon pemimpin Abu Sayyaf (Foto: Dok. FBI)
zoom-in-whitePerbesar
Isnilon Hapilon pemimpin Abu Sayyaf (Foto: Dok. FBI)
ADVERTISEMENT
Dalang aksi teror di Marawi yang merupakan pemimpin ISIS di Asia Tenggara, Isnilon Hapilon, tewas di tangan militer Filipina.
ADVERTISEMENT
"Pemimpin tinggi dan otak di balik perang berbulan-bulan di Marawi telah terbunuh," sebut Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana, seperti dikutip dari Inquirer, Senin (16/10).
Selain Hapilon, pemimpin ISIS lain Omar Maute juga tewas pada serangan teranyar yang dilancarkan militer Filipina.
Kantor Berita Amerika Serikat Associated Press (AP) menyebut, menurut keterangan pejabat kepolisian dan militer Filipina, jenazah Hapilon dan Maute ditemukan di sekitaran Marawi.
Operasi militer tentara Filipina yang sukses menewaskan Maute dan Hapilon dilakukan untuk merebut wilayah Selatan Marawi. Daerah tersebut adalah wilayah terakhir yang masih dikuasai milisi pro-ISIS.
Ribuan tentara diturunkan dalam serangan tersebut. Selain membunuh Hapilon dan Maute, Militer Filipina turut membebaskan 17 orang sandera.
Belasan sandera tersebut termasuk di antaranya bayi dan perempuan.
ADVERTISEMENT
Pertumpahan darah di Marawi berlangsung sejak 23 Mei 2017. Krisis meletus usai Militer Filipina gagal menangkap Hapilon yang sedang bersembunyi di kota tersebut.
Tentara Filipina di Marawi (Foto: Reuters/Romeo Ranoco)
zoom-in-whitePerbesar
Tentara Filipina di Marawi (Foto: Reuters/Romeo Ranoco)
Hapilon yang juga sempat memimpin Abu Sayyaf memberi perlawanan. Bersama milisi Maute mereka mengepung Marawi dan memaksa militer Filipina keluar dari kota.
Sejumlah bangunan di Marawi seperti Marawi City Hall, Mindanao State University, rumah sakit, dan penjara mereka duduki.
Tak cuma itu, selama berkuasa di Marawi, milisi Maute dan gerombolan Hapilon membakar gereja, sekolah, dan kampus.
Untuk merebut kembali Marawi, Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengambil langkah tegas. Ia menerapkan darurut militer di seluruh wilayah Mindanao.