Seni Membangun Relasi dengan Media di Indonesia

Andrew Prasatya
Head of Content Marketing - RevoU
Konten dari Pengguna
27 Oktober 2017 9:52 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Andrew Prasatya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Seni Membangun Relasi dengan Media di Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Media relations adalah salah satu aspek yang penting bagi semua perusahaan startup. Dengan jutaan pembaca dan juga ratusan ribu pengikut mereka di media sosial, media menjadi tempat yang baik bagi startup untuk memperkenalkan produk atau jasa mereka ke publik. Ini alasannya perusahaan besar rela mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk mendapatkan liputan yang positif.
ADVERTISEMENT
Namun bagaimana mungkin perusahaan kecil dengan pendaan yang terbatas dapat melakukan hal ini? Apakah ada cara agar perusahaan ini bisa mendapatkan liputan positif dari media? Jawabannya adalah, ada.
Berdasarkan pengalaman saya sebagai kuli konten di iPrice Group, saya menyadari bahwa sangat memungkinkan untuk mendapatkan liputan positif dari media secara gratis. Selama 12 bulan belakangan, tim content marketing iPrice berhasil mendapatkan liputan 500 lebih liputan dari media-media besar dan juga diliput oleh majalah Forbes.
Beberapa waktu lalu, saya mewawancara beberapa orang yang bekerja di media besar Indonesia untuk lebih mengerti pendapat dan juga masukan mereka mengenai cara membangun relasi yang baik dengan media.
Di artikel ini saya akan berbagi ilmu yang saya pelajari dari teman-teman media Indonesia. Hal ini akan saya bungkus dalam 4 strategi utama.
ADVERTISEMENT
1. Temukan Orang yang Tepat
Seni Membangun Relasi dengan Media di Indonesia (1)
zoom-in-whitePerbesar
Hal pertama yang harus kita lakukan adalah menemukan orang yang "tepat" di setiap media.
Saya tidak memiliki latar belakang PR ketika pertama kali menjadi seorang kuli konten. Saya tidak mengenal editor dan juga jurnalis dari media-media yang ada di Indonesia. Jadi, ini adalah tantangan yang besar bagi saya.
Baik mbak Ratna Dewi dari Jalan Tikus, dan juga Mehulika Sitepu dari BBC Indonesia mengatakan bahwa terhubung dengan orang tepat adalah kunci mendapatkan publikasi dari media.
Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mendapatkan orang yang tepat:
Tahap pertama yang harus dilakukan adalah membuat daftar media yang ingin dijangkau.
Di tim cotent marketing di perusahaan saya bekerja saat ini kami membuat daftar 50 media-media besar yang ada di masing-masing negara.
ADVERTISEMENT
Untuk melihat kualitas website, kita bisa menggunakan beberapa tools seperti SimilarWeb untuk melihat jumlah pengunjung, dan juga MOZ untuk melihat domain authority mereka. Semakin besar jumlah pengunjung dan juga domain authority mereka, semakin baik kualitas website mereka.
Setelah menyelesaikan daftarnya, saatnya kita mencari orang yang tepat di media tersebut.
Berdasarkan pengalaman saya, rata-rata perusahaan media adalah generalis. Artinya mereka meliput berbagai macam tema mulai dari politik, ekonomi sampai teknologi, dan biasanya memiliki orang yang berbeda untuk masing-masing desk.
Karena asumsi saya rata-rata pembaca artikel ini, termasuk kamu, bekerja di perusahaan teknologi, kamu ingin mengetahui orang yang meliput topik teknologi. Namun, semakin banyak orang yang kita kenal, semakin baik.
Bagaimana cara menemukan orang-orang ini?
ADVERTISEMENT
Riset. Riset. Riset
Ambil waktu untuk membuka website mereka satu per satu dan baca tulisan dengan memiliki topik serupa yang sedang kita kerjakan. Kita juga bisa melihat halaman "redaksi" atau "kontak" yang biasanya ada informasi mengenai tim di media tersebut. Jika informasi tersebut tida ada di laman ini, kita bisa melihat nama penulis artikel tersebut dan cari kontak detil mereka secara manual.
Dengan melakukan ini, kita akan mendapatkan dua hal, pertama nama dari penulis yang meliput topik tersebut dan juga gaya tulisan mereka.
Media Sosial
Berdasarkan observasi saya, rata-rata editor dan juga wartawan dari media online setidaknya memiliki 2 atau lebih akun media sosial.
Saya menggunakan LinkedIn untuk mendapatkan kontak editor dan juga wartawan di media Indonesia. Jika saya sudah mengetahui nama mereka, saya bisa langsung mencari nama mereka di LinkedIn dan memeriksa hasil pencariannya satu per satu sampai menemukan orang yang tepat.
ADVERTISEMENT
Jika saya tidak mengetahui nama mereka, saya akan mencari nama perusahaan dan memeriksa orang yang bekerja di sana.
Bertanya
Cara termudah yang bisa dilakukan untuk mencari orang yang tepat adalah bertanya kepada teman dan juga keluarga. Mereka bisa jadi tidak mengetahui orang yang tepat, namun mungkin mereka bisa jadi memiliki teman yang mengetahuinya.
Dalam kasus saya, saya bertanya ke banyak orang. Dulu saudara perempuan saya bekerja sebagai wartawan di The Australian, sehingga dia dapat mengenalkan sata dengan temannya yang bekerja di BBC Indonesia, Reuters, dan juga Bloomberg . Saya juga memiliki mantan teman kantor yang saat ini bekerja di Tech in Asia Indonesia. Ia memperkenalkan saya dengan chief editor di media ini.
ADVERTISEMENT
2. Bangun Relasi yang Baik
Seni Membangun Relasi dengan Media di Indonesia (2)
zoom-in-whitePerbesar
Setelah menemukan orang yang tepat, saatnya membangun hubungan yang baik dengan mereka.
Menurut mas Nurfajri Budi Nugroho, mantan wakil kepala redaksi Metrotvnews, membangun hubungan yang baik dengan media merupakan hal yang sangat penting untuk Startup.
Menurutnya, startup jangan melihat media hanya semata-mata media promosi. Namun juga harus membangun hubungan yang baik sebagai teman. Dengan begini, startup akan mendapatkan liputan yang positif, di sisi lain media akan mendapatkan cerita yang akan memperkaya media mereka.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membangun relasi yang baik:
Perkenalan diri yang baik
Jika kita mengetahui orang tersebut dari teman, maka kita bisa meminta mereka untuk memperkenalkan kita melalui email atau whatsapp. Jika kita mengetahui orang tersebut melalui artikel mereka, kita bisa mengirimkan permohonan koneksi di LinkedIn atua Facebook dan menulis pesan singkat yang meliputi, nama, asal kita, dan mengapa kita ingin terhubung dengan mereka.
ADVERTISEMENT
Ini adalah contoh pesan singkat yang saya kirimkan kepada orang di LinkedIn.
Sabar dan jangan memaksa
Ini adalah saatnya mengirimkan mereka cerita kita.
Biasanya media lebih suka menggunakan email untuk komunikasi terkait dengan tips dan juga press release. Jadi kita harus dapat mengirimkan email yang baik terkait cerita kita (Akan saya jelaskan lebih lanjut di poin setelah ini).
Jika mereka tidak membalas email kita, tidak apa-apa. Jika setelah 3-4 hari masih tidak ada balasan, kita dapat mengirimkan email follow-up. Mungkin pada saat pertama kali kita mengirimkan email, sedang banyak hal-ha yang mereka kerjakan, sehingga email kita terlewat. Untuk melakukan ini, kalian bisa mengatakan:
Jika setelah email ini kita masih tidak mendapatkan balasan dari mereka, tidak apa-apa. Mungkin mereka memang cerita yang kita kirimkan belum pas dengan media tersebut.
ADVERTISEMENT
Intinya adalah jangan pernah memaksa media untuk mempublikasikan cerita yang kita bagikan. Karena mereka sudah memiliki kalender dan juga jadwal untuk publikasi mereka. Jika media tidak mempublikasikan cerita kita, bukan berarti cerita tersebut jelek, namun mereka memiliki prioritas lain.
Jadi teman yang baik
Untuk memiliki hubungan yang baik dengan media, kita harus bisa menjadi teman yang baik dan memastikan mereka nyaman untuk berbicara dengan kita.
Pertama, berinteraksi secara natural dengan mereka di media sosial. Kita bisa berinteraksi dengan postingan media sosial mereka, seperti bertanya, memberikan komentar, berbagi postingan mereka dan masih banyak lagi.
Di iPrice, setiap kali saya mendapatkan publikasi dari media, saya akan membuat postingan di facebook untuk mengucapkan terima kasih kepada editor atau jurnalis dan juga media.
ADVERTISEMENT
3. Kirim Email yang Baik
Seni Membangun Relasi dengan Media di Indonesia (3)
zoom-in-whitePerbesar
Setelah kurang lebih satu tahun bekerja sebagai kuli konten, saya menyadari bahwa email masih menjadi metode komunikasi yang paling sering digunakan untuk berkomunikasi dengan para editor. Penulisan email yang buruk, tidak jelas, dapat membuang-buang waktu dan juga meninggalkan reputasi yang buruk.
Beberapa bulan lalu saya berkesempatan untuk mewawancarai mas Wisnu Nugroho, chief editor Kompas.com. Menurutnya banyak perusahaan startup masih kesulitan untuk mengirimkan email yang baik. Subjek yang tidak menarik dan rata-rata masih belum bisa menjelaskan dengan jelas produk atau cerita yang ingin dibagikan.
Berdasarkan mbak Asmara Wreksono, managing editor dari The Jakarta Post, email yang baik itu harus jelas, ringkas, menjelaskan siapa dan apa yang ditawarkan, dan mengapa cocok untuk pembaca di media tersebut.
ADVERTISEMENT
Ada 4 hal yang harus kita ingat ketika ingin meningkatkan kualtias email ke media:
Pertama, kirimkan ke orang yang tepat. Berdasarkan wawancara saya dengan para editor dan juga jurnalis, saya belajar bahwa mengirimkan cerita ke email personal seperi [email protected], memiliki tingkat keberhasilan lebih tinggi dibandingkan dengan email umum seperti [email protected].
Kedua, buat subjek yang menarik. Subjek harus singkat padat dan jelas. Rata-rata editor dan jurnalis membaca email kita melalui smartphone mereka. Jelaskan apa isi email pada subjek. Jika ini adalah riset, kita bisa menulis "Temuan Riset untuk.."
Ketiga, buat email yang sifatnya personal. Jangan pernah menempatkan alamat penerima email kita di BCC. Kita harus mengirimkan email tersebut satu demi satu. Kita bisa membuat emailnya lebih personal dengan cara menyebutkan nama media mereka di subjek seperti: "Riset mengenai E-Commerce untuk Kumparan". Atau, juga bisa menyebutkan nama mereka di body email, seperti "Selamat pagi mas Andrew". Kita juga harus bisa menjelaskan mengapa cerita ini relevan dan menarik untuk mereka.
ADVERTISEMENT
Keempat, buat isi email yang terstruktur. Harus ada pembuka, isi dan juga penutup.
4. Kirimkan Cerita yang Baik
Seni Membangun Relasi dengan Media di Indonesia (4)
zoom-in-whitePerbesar
Jika kita ingin mendapatkan publikasi gratis dari media, kita tidak bisa membuat konten yang sifatnya terlalu promosi. Kita harus memastikan informasi yang kita bagikan dapat bermanfaat bagi mereka dan juga pembaca.
Untuk mendapatkan perhatian dari media besar, kita harus membuat cerita dengan sudut pandang yang unik dan juga didukung dengan data-data yang relevan.
Di perusahaan saya sekarang, kami membantu orang untuk bisa membandingkan produk dan juga harga dari berbagai toko online yang ada di Asia Tenggara, seperti Lazada, Tokopedia, Bukalapak, Zalora, dan masih banyak lagi.
Dari pada membuat konten yang membosankan dan terlalu promosi, kami membuat riset interaktif Peta E-Commerce Indonesia dan di beberapa negara lain seperti Singapore, Malaysia, Thailand, Vietnam dan Philippines. Di riset ini, pembaca dapat mengurutkan dan juga menyaring toko online berdasarkan berbagai parameter. Riset ini telah diliput lebih dari 50 media besar di Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT
Untuk mengerti lebih baik mengenai konten yang baik, saya mewawancarai 8 editor dan juga wartawan dan bertanya "Konten seperti apa yang menarik dari sudut pandang media?"
Berikut ini jawaban mereka:
"Konten menarik tentu saja konten yang didukung oleh data yang kuat, dan analisis yang tepat. Selain itu, kontennya pun harus cover both side, agar pembaca mendapatkan perspektif yang lengkap tentang sebuah hal atau peristiwa." - Nurul Qomariyah dari Tirto
"Konten yang menarik harus memiliki isu yang spesifik dan tidak hanya sebatas gambaran umum tentang suatu masalah. Dilengkapi dengan data yang valid (hasil survey, riset, atau kutipan dari expert) Disesuaikan dengan kebutuhan setiap media. (Personalisasi sesuai karakter media akan sangat membantu)." - Pradipta Nugrahanto dari Tech in Asia Indonesia
ADVERTISEMENT
"Pertama kami tertarik dengan cerita berdasarkan riset. Konten dari startup yang menarik biasanya kalau di Metrotvnews.com adalah hasil riset mereka yang cenderung memberikan gambaran mengenai industri terkait. Mereka juga bisa kasih pandangan dari hasil riset tersebut. Kedua, kita juga tertarik dengan produk yang unik. Kalian bisa mengirimkan press release ke kita, namun pastikan produk tersebut unik" - Muhammad Mamduh dari MetroTVNews
"Konten yang menarik itu yang terkait dengan sesuatu yang sedang trending, ada dukungan data, dan bisa mengungkapkan sesuatu yang jarang orang ketahui atau kesimpulan yang menarik" - Ratna Dewi dari Jalan Tikus
"Konten yang menarik harus menggunakan data, metodologi yang reliable dan membarikan wawasan baru bagi pembaca" - Amir Karimudin dari Dailysocial
ADVERTISEMENT
"Konten yang menarik perhatian media tidak lepas dari seberapa besar nilai berita yang dikandung dalam konten tersebut. Dalam ilmu jurnalistik, ada beberapa parameter yang dapat dijadikan acuan: -dampak (jumlah orang yang berpotensi terkait dengan berita), kebaruan (sesuatu yang baru dan belum diketahui orang), prominence (keterkenalan), proximity (kedekatan), bizzareness (kejanggalan) dan konflik" - Deni Yudiawan dari Pikiran Rakyat
"Kita harus melihat trend terkait industri tersebut di Indonesia. Kedua, gunakan point of interest untuk memastikan judulnya menarik bagi pembaca. Dan ketiga, pastikan ringkas dan tidak terlalu hard-selling"- Aditya Gema Pratomo dari Suara
"Pada umumnya, konten yang baik memiliki dampak yang luas bagi pembaca. Bisa merupakan angka yang bombastis, mempertemukan pro dan kontra atau terkai dengan aktor penting seperti perusahaan, organisasi, atau individu" - Siti Sarifah Aliah from Viva
ADVERTISEMENT
Untuk mendapatkan publikasi dari media-media besar secara gratis memang tidak mudah, namun sangat memungkinkan. Kita harus meluangkan banyak waktu dan juga tenaga untuk bisa mewujudkannya!